Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Waspadai Makanan Tak Layak Jelang Berbuka dan Sahur

26 April 2022   06:57 Diperbarui: 28 April 2022   15:33 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi gulai tak layak (dokpri)

Menyadari makanan yang kami beli itu sudah basi. Akhirnya terpaksa kami berbuka puasa dengan menyantap makanan yang tersisa. Mau tidak mau harus seperti itu lantaran perut sudah lapar karena seharian berpuasa.

Kami pun terheran-heran kenapa makanan yang kami beli itu bisa basi atau sudah tidak layak konsumsi lagi. Padahal itu kali kedua kami membeli makanan pada penjual yang sama dan di tempat yang sama pula.

Ada sedikit rasa kecewa karena merasa sudah dibohongi oleh penjual. Tapi kami tetap berprasangka baik mungkin kejadian itu memang diluar kesadaran pedagang tersebut.

Menanggapi hal tersebut, agar kita semuanya disini tidak mendapati kejadian yang sama dengan yang sudah kami alami. Maka hendaklah dapat mencermati beberapa poin penting berikut ini.

Kondisi gulai tak layak (dokpri)
Kondisi gulai tak layak (dokpri)

Pertama, melakukan pengecekan secara kasat mata terhadap makanan sebelum dibeli. Untuk beberapa jenis menu makanan seperti gulai biasanya bisa disimpulkan apakah masih bagus atau tidak dibuktikan dengan melihat kekentalan kuahnya. Karena kuah gulai dimasak menggunakan santan kelapa sehingga ketika sebuah gulai sudah menunjukkan tanda-tanda menuju basi maka akan ada gumpalan atau gelembung-gelembung kecil yang terdapat di permukaan kuah gulai.

Kedua, menanyakan kondisi makanan kepada penjual. Kami rasa tidak ada salahnya ketika kita bertanya secara langsung terkait kondisi makanan yang hendak dibeli kepada penjualnya. Tentu dengan mengemukakan pertanyaan yang logis dan dengan redaksi kalimat yang tidak menyinggung penjual. Misalnya, dengan menanyakan kapan makanan tersebut dimasak.

Ketiga, membeli makanan di tempat yang telah dipercaya. Jika kita sudah menemukan penjual yang menjual makanan yang layak dan rasanya sesuai dengan selera. Jika kita sedang ingin menyantap makanan dari luar maka lebih baik membeli makanan dari pedagang yang makanannya sudah sesuai dengan lidah kita.

Disamping itu, ketika kita ternyata mendapati kejadian tak terduga seperti itu maka ada beberapa hal yang harus dihindari.

  • Pertama, hindari berprasangka buruk. Kejadian semacam itu yang terjadi di bulan Ramadhan ini seperti tidak pernah diharapkan oleh semua pihak, baik pembeli maupun penjual. Lantaran makanan dijual saat kita masih berpuasa. Sehingga penjual tidak bisa langsung memastikan kelayakan makanannya dengan cara mencicipinya terlebih dahulu karena dalam keadaan masih berpuasa. Berbeda kondisinya ketika diluar Ramadhan. selain penjual bisa memastikan terlebih dahulu, kita pun sebagai pembeli juga bisa mencicipi makanan yang hendak dibeli jika memungkinkan hal itu dilakukan dengan persetujuan penjual.
  • Kedua, jangan mengumpat dan berkata kotor. Terkadang ketika kita sedang kesal, maka dapat dengan mudah keluar perkataan-perkataan yang kurang pantas keluar dari mulut kita. Selama berpuasa dan menjalani rutinitas ibadah di bulan Ramadhan ini, seharusnya mulut dan lidah kita memang harus dijaga dari hal yang tidak baik seperti mengumpat maupun berkata kotor atau bercarut-marut.

Pada intinya, kita mesti berhat-hati dalam bertindak dan bertutur kata. Jangan sampai perbuatan kita dapat mengurangi pahala dan nilai ibadah puasa yang sedang kita jalani.

Nah, kebalikan dari yang diatas, kita tetap bisa melakukan beberapa sebagai berikut:

Mari diikhlaskan saja. Apapun dan segala sesuatu yang telah terjadi mesti disikapi dengan bijak dan hati yang ikhlas. Ikhlas berarti melakukan segala sesuatu dengan tujuan hanya mengharapkan ridho Allah SWT. Apa yang telah terjadi itu berarti sudah menjadi bagian dari ketentuan-Nya.

Anggap bagian dari sedekah. Bersedekah punya banyak cara. Melihat orang lagi jualan setelah kita perhatikan ternyata pembelinya cenderung sepi. Kemudian timbul rasa iba dalam diri kita yang menyebabkan kita ingin membantu melarisi dagangannya. Itu merupakan contoh dari sedekah dan kedermawanan. Mungkin beberapa hari terakhir diri ini masih kurang melakukan sedekah. Sehingga Allah SWT menggerakkan langkah kita untuk membeli makanan dari penjual tadi.

Berikan ke hewan peliharaan. Mendapati makanan yang kita beli sudah tidak layak, maka hendaknya jangan cepat-cepat dibuang ke tong sampah. Jika ternyata kita memelihara ayam atau ikan maka makanan tersebut bisa diberikan kepada hewan peliharan. Anggap saja sebagai ganti membelikan pakan untuk hewan peliharan. Sehingga tidak ada yang terbuang percuma begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun