Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Indonesia Lestari Artikel Utama

Generasi "Sampah" Menjadi Beban di Masa Depan

14 April 2022   06:00 Diperbarui: 14 April 2022   08:52 2653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
via suarapemredkalbar.com

via suarapemredkalbar.com
via suarapemredkalbar.com

Bagaimana dengan Kesadaran Pengelolaan Sampah Belanja Online?

Pembahasan di atas mengenai penanganan sampah rumah tangga yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga seperti masak-memasak, laundry, dan urusan rumah tangga lainnya. Sampah yang dihasilkan tersebut akan dikumpulkan oleh orangtua bersama anaknya. Lalu kemudian anak membawa ke sekolah dan disetorkan ke bank sampah sekolah. Selesai.

Sedangkan secara massif saat ini sampah yang dihasilkan dari aktivitas masyarakat sangatlah banyak dan tetap dari segi jumlah cukup fantastis. Salah satunya dari kegiatan belanja online.

Kebiasaan masyarakat yang semakin hari terus menggandrungi gemar berbelanja kebutuhan secara online disebabkan karena faktor pandemi yang telah terjadi. Pandemi mengubah cara dan kebiasaan masyarakat yang selama ini melakukan kegiatan jual-beli secara konvensional.

Ya, mau tidak mau kita harus menyesuaikan dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Manusia hanya mengikuti trend yang sedang berlangsung di masyarakat.

Hitung saja berapa jumlah sampah yang akan dihasilkan oleh satu keluarga jika semua anggotanya ikut belanja online? Ada ayah, ibu, dan dua orang anaknya yang sudah remaja ikut kegaiatan belanja online setiap ada event belanja online ditanggal kembar.

Lantas, yang perlu kita sikapi dengan bijak adalah tentang fenomena dan gelombang belanja online yang menimpa masyarakat. Ketika pengaruh ini dilancarkan oleh perusahan demi target keuntungan sebesar-besarnya maka kita jangan sampai larut ikut beraksi tanpa menelisik terlebih dahulu apakah sudah sesuai dengan kita butuhkan saat ini atau tidak sama sekali.

Jika terlanjur belanja online, sampah yang dihasilkan harus dikelola juga dengan bijak. Sampah pembungkus yang berasal dari bahan karton bisa digunakan ulang. Bisa kita gunakan untuk menyimpan barang pribadi lainnya. Agar menarik kita bisa percantik tampilannya sesuai kreativitas masing-masing.

Begitu pula dengan pembungkus yang terbuat dari bahan plastik. Memang pada umumnya pembungkus plastik lebih banyak dipilih penjual karena alasan kemudahan. Sampah pembungkus dari plastik ini bisa digunakan ulang misalnya untuk plastik yang disarungkan ke tong sampah di dapur sebagaimana yang biasa dilakukan.

Atau pun jika memungkinkan sampah-sampah pembungkus barang belanja online itu baik karton maupun plastik bisa dikumpulkan. Ketika sudah terkumpul banyak bisa diserahkan ke pemulung. Sehingga menjadi lebih bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan yang mencari penghidupan dengan cara mengais timbunan sampah.

Jika masih memiliki anak yang duduk di bangku sekolah, dan di sekolah ada bank sampahnya maka sampah belanja online tersebut juga bisa dibawa anak untuk kemudian disetorkan ke bank sampahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Indonesia Lestari Selengkapnya
Lihat Indonesia Lestari Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun