Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tanggung Jawab Semua Pihak Hindarkan Anak Terpapar Konten Porno

11 April 2022   11:59 Diperbarui: 11 April 2022   13:57 1615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak terproteksi dari paparan konen porno (via sodagarkomputer.com)

Di zaman seperti saat sekarang ini, hidup kita sudah tidak bisa dipisahkan dengan yang namanya internet. Perangkat jaringan itu sudah menjadi bagian dalam hidup yang memudahkan manusia dalam beraktifitas.

Segala kemudahan yang berasal dari segala bentuk kemajuan zaman harus disyukuri dengan baik. Penggunaannya harus tetap diawasi secara ketat oleh semua pihak. Karena setiap perkembangan dan kemajuan teknologi yang ada pasti akan memberikan dampak baik positif maupun negatif bagi setiap individu yang terlibat. Bagaikan dua mata pisau yang apabila kita tidak bisa menggunakannya dengan baik tentu akan melukai kita.

Di era digital saat ini, setiap lini kehidupan masyarakat akan bersentuhan dengan pengaplikasian teknologi seperti internet. Mulai dari lingkup pendidikan, kesehatan, ekonomi dan bisnis, serta lingkup lainnya.

Tidak hanya orang dewasa saja yang saat ini bergantung dengan keberadaan internet. Bahkan anak usia dini yang sudah terbiasa terpapar internet menjadi sudah sangat sulit untuk dihindarkan darinya. Pada fase ini ada rasa ketergantungan kepada internet itu sendiri.

Apalagi selama pandemi yang masih berlangsung seperti saat sekarang ini. Penggunaan atau pemanfaatan teknologi beserta jaringan internet menjadi sangat masif. Pemanfaatannya tidak hanya dalam dunia pekerjaan namun juga dalam dunia pendidikan.

Kami sebagai guru sangat merasakan dampak karena adanya pandemi ini. Proses belajar mengajar yang selama ini dilakukan secara konvensional yakni dilakukan secara tatap muka menjadi terganggu.

Sedangkan pembelajaran harus tetap dilaksanakan kepada peserta didik. Pada saat sekolah ditutup untuk kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Sehingga peserta didik harus dapat belajar secara mandiri dirumah dengan tetap dikontrol oleh guru maupun orang tuanya.

Pembelajaran daring menjadi solusi jitu untuk menanggulangi permasalahan ini selama pandemi. Mau tidak mau, atau suka tidak suka, pembelajaran secara daring ini harus tetap dilaksanakan kepada peserta didik.

Sekolah kami pun sudah menerapkan pembelajaran secara daring semenjak dimulainya masa pandemi hingga saat ini. Guru menggunakan platform media sosial seperti WhatsApp Group dan media sosial lainnya.

Pembelajaran daring juga didukung dengan penggunaan platform LMS (learning management system) seperti Google Classroom, aplikasi Quizizz, Wordwall, ruangkelas, hingga penyampaian materi melalui video pembelajaran interaktif menggunakan youtube. Seperti yang telah kami paparkan dalam artikel kami bertajuk Catatan dan Solusi Penerapan Pembelajaran Daring di Indonesia.

Ilustrasi anak terproteksi dari paparan konen porno (via sodagarkomputer.com)
Ilustrasi anak terproteksi dari paparan konen porno (via sodagarkomputer.com)

Kami menyadari bahwa dengan adanya internet yang bisa dijangkau oleh peserta didik selama dirumah menjadikan proses transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik dapat tersampaikan sesuai dengan yang diharapkan guru maupun sekolah. Sehingga dapat menghindari dari terjadinya learning loss.

Namun, diluar jadwal mengikuti pembelajaran daring, pesera didik tentu sudah sangat familiar dengan yang namanya internet. Apalagi siswa sudah khatam bagaimana caranya perangkat hp dapat tersambung ke jaringan internet. Sangat mudah untuk mereka lakukan.

Bahkan sepertinya banyak siswa yang terlena dengan adanya akses yang mudah ke internet ini. Topik apapun yang terlintas didalam benak pikiran mereka bisa disimak dengan mudah di internet. Hanya dengan mengetikkan kata kunci di situs pencarian yang populer di semua kalangan.

Itulah yang menyebabkan mereka mengalihkan perhatian pada pembelajaran daring yang dilaksanakan guru. Mereka menjadi sibuk berselancar di beragam situs di internet sehingga tugas-tugas yang diberikan guru tidak dikerjakan oleh siswa yang bersangkutan.

via ivoox.id
via ivoox.id

Kejadian Nyata yang Dialami Langsung oleh Guru

Pada suatu ketika saya meminta salah seorang siswa untuk datang ke sekolah bersama dengan orangtuanya. Sebagai guru, ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan kepada orangtuanya. Ada beberapa catatan tentang sikap dan tanggung jawab anaknya selama mengikuti pembelajaran daring.

Padahal semua informasi terkait pembelajaran daring berikut tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa sudah dijelaskan secara gamblang di grup WA. Guru pun bisa mengecek bukti rekaman apakah informasi tersebut sudah di-read atau belum. Dan kami menemukan bahwa nomor atas nama orang tua siswa bersangkuan sudah me-read informasi dan segala pemberitahuan kami disampaikan guru.

Hal itulah yang menyebabkan tanda tanya besar bagi guru. Hal ini sangat mengusik tanggung jawab guru yang sudah menjalankan tugasnya dengan cara yang baik. Apakah orangtuanya mengabaikan begitu saja semua informasi itu?

Ketika ditemui secara langsung, orangtuanya berdalih bahwa tidak terlalu memperhatikan informasi yang disampaikan guru di grup WA. Pemanfaatan handphone sepenuhnya diserahkan kepada anaknya. Karena dia harus sibuk bekerja. Dia sudah mempercayakan kepada anaknya bahwa anaknya pasti bisa menyimak semua informasi dari guru dengan baik.

Kemudian kami meminta orangtua agar anaknya menyerahkan handphone kepada guru. Siswa kami masih termasuk anak yang mau menuruti perkataan orangtuanya dan rela menyerahkan handphone-nya begitu saja kepada guru.

Sungguh alangkah terkejutnya kami sebagai guru ketika pertama memegang handphone siswa tersebut. Kami melihat dengan jelas bahwa ada iklan berita berisi konten porno khusus dewasa yang tidak layak dilihat oleh anak seusianya yang masih di bangku sekolah dasar.

Iklan berisi konten porno itu ditampilkan di layar handphone yang masih dalam keadaan terkunci. Iklan berisi konten porno tersebut tampil di bagian notification bar sebagaimana yang sering kita jumpai di handphone kita masing-masing.

Kami sampaikan langsung kasus ini kepada orangtuanya. Namun betapa terkejutnya orangtua ketika mengetahui pula tentang iklan berisi konten porno tersebut. Orangtuanya berkisah bahwa ia sama sekali tidak tahu kalau akan ada iklan tidak senonoh seperti itu akan muncul di handphone yang digunakan anaknya.

Inilah salah satu bentuk kurang ketatnya pengawasan orangtua ketika handphone diserahkan kepada anak. Walaupun niat orangtua sudah mulia yakni dengan menyediakan perangkat yang mendukung anak bisa belajar daring dari rumah dengan lancar.

Tapi sejatinya bahwa tanggung jawab orangtua tidak hanya menyediakan fasilitas. Namun yang terpenting adalah para orangtua dapat terlibat aktif ketika anak mengikuti pembelajaran daring. Sebagaimana juga telah kami paparkan di artikel berjudul Keterlibatan Wali Murid Sukseskan Pembelajaran Daring.

Semua Pihak Harus Konsisten dalam Melakukan Kontrol

Berkaca dari kejadian yang kami alami langsung di atas, kami sebagai guru dalam hal kontrol kepada peserta didik agar terhindar dari paparan konten porno ini dapat melakukan langkah sebagai berikut:

via medcom.id
via medcom.id

Pertama, menentukan jadwal yang jelas terkait pelaksanaan pembelajaran daring. Dengan adanya informasi yang jelas terkait penentuan jadwal pertemuan pada pembelajaran daring ini diharapkan siswa bisa mengatur waktunya dengan baik. Hal ini bertujuan agar bisa hadir mengikuti pembelajaran daring secara tepat waktu.

Kedua, memberikan tugas-tugas yang terarah. Selama pembelajaran daring, guru sebenarnya tidak perlu memberikan begitu banyak tugas kepada siswa. Hendaknya tugas yang diberikan kepada siswa dapat merangsang nalar dan pemikirannya menjadi lebih kreatif.
Ketika siswa diberikan tugas-tugas semacam itu maka siswa tidak merasa jenuh. Sebaliknya, siswa menjadi tertantang dan terus melalukan kegiatan ekplorasi ilmu dan pengetahuan terkait pelajaran yang disampaikan guru.

Ketiga, guru perlu melakukan konsolidasi dengan orangtua atau wali murid. Walau tugas mengajar adalah tugasnya guru, tapi dalam hal mendidik anak, baik guru maupun orangtua memiliki andil yang sama-sama kuat. Seperti apapun didikan yang telah diberikan guru, namun orangtua lepas tangan begitu saja maka proses didikan tersebut tidak akan berhasil.

Lalu, seperti apa bentuk tindakan kontrol yang harus dilakukan para orangtua dan wali murid agar anak terhindar dari paparan konten porno ini?

via kronologi.id
via kronologi.id

Pertama, mempertegas posisi sebagai orang tua si anak. Pendidikan informal yang didapat anak dari orangtua maupun dari keluarganya dirumah memberikan andil sangat besar yang berperan dalam pembentukan watak, karakter dan kepribadian para siswa.
Anak akan meniru karakter dari orangtuanya. Orangtua tidak boleh luluh ketika berhadapan dengan anak. Jangan biarkan anak yang malah mengatur orangtuanya. Jika hal itu sampai terjadi, masalah sudah benar-benar kacau.

Kedua, menentukan alokasi waktu penggunaan handphone atau perangkat internet lainnya. Orangtua harus secara tegas menekankan kepada anak bahwa anak tidak bisa semaunya dalam menggunakan handphone ini. Ada kalanya handphone digunakan untuk keperluan belajar daring. Lalu adakalanya pula kapan anak boleh menggunakannya untuk kebutuhan hiburan atau entertain.

Ketiga, orangtua perlu mendekatkan anak kepada ajaran agama. Ketika anak mengetahui ajaran agama dan senantiasa menjalankan perintah dan kewajiban agama dengan baik maka anak akan terbangun kesadaran dalam dirinya bahwa setiap tindakan yang dilakukan akan mendapat ganjarannya disisi Tuhan. Sehingga anak bisa belajar mengurungkan niat untuk melihat konten porno.

Keempat, orang tua perlu mengawasi dengan siapa saja anaknya menjalin pertemanan. Pengaruh yang didapat oleh anak dari teman atau lingkungannya bisa dengan sangat gampang untuk ditiru. Anak usia bangku sekolah memiliki rasa penasaran yang sangat besar terkait konten porno. Ketika anak dan temannya memiliki rasa penasaran yang sama, maka mereka akan saling memberanikan diri untuk melihat konten porno secara bersama-sama.

Tanpa adanya tindakan preventif dari pemerintah maka semua yang dilakukan guru maupun orangtua akan menjadi sia-sia. Pemerintah harus mengatur secara jelas terkait aturan dan hukum yang mengawasi segala tindak kegiatan dan akses konten porno.

Selama ini yang telah dilakukan pemerintah terkait tindakan pencegahan misalnya saja, bekerja sama dengan Google untuk membatasi pencarian pada kata kunci bernuansa porno. Sementara Kemenkominfo terus memberlakukan Internet Sehat ke berbagai provider Indonesia.

Tindakan pencegahan yang telah dilakukan pemerintah itu harus terus diawasi dan diperketat. Karena sesuai pengamatan kami, pengetatan yang dilakukan belum sepenuhnya berhasil menyaring konten-konten porno di internet maupun di timeline media sosial.

via inet.detik.com
via inet.detik.com

Begitu pula dukungan dan pengawasan dari masyarakat harus terus dilibatkan. Masyarakat harus melakukan pembinaan mengenai kualitas pergaulan generasi muda. Lintas masyarakat bisa membuat program-program atau kegiatan yang melibatkan generasi muda.

Jika semua pihak sudah bersama-sama melakukan tindakan pencegahan seperti yang telah disampaikan diatas maka bisa menjadi bukti nyata keterlibatan dalam menghindarkan anak dari paparan konten porno.

Semoga kejadian yang sempat kami alami diatas tidak lagi terjadi. Semoga konten porno tidak merusak pola pikir generasi muda. Generasi muda dapat tumbuh dengan baik menjadi generasi yang memiliki otak dan pemikiran cemerlang untuk kemajuan dan perubahan yang akan terus terjadi di masa mendatang. Aamiin. (AP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun