Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Puasa Ramadhan: Saatnya Orang Beriman Ujian Naik Kelas?

5 April 2022   11:47 Diperbarui: 22 April 2022   11:11 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alhamdulillah tahun ini kita masih bisa membersamai bulan yang penuh berkah ini. Sungguh keberuntungan yang luar biasa. Karena, tentu tak semua orang diberi kesempatan untuk bertemu lagi dengan bulan Ramadhan. Sungguh banyak kita lihat bahwa saudara maupun yang di tahun kemarin bisa ikut beribadah di bulan Ramadhan, tahun ini sudah tak terlihat puncak hidungnya (dipanggil ke rahmatullah, red).

Bulan Ramadhan ajang kita untuk introspeksi dan memperbaiki segala kesalahan diri. Selama 11 bulan kita sibuk dengan dunia dengan segala dramanya. 

Demi mencapai apa yang kita inginkan, kita rela melakukan apapun. Terkadang kita rela mengenyampingkan iman kita asalkan tercapai tujuan walaupun dengan jalan dosa sekalipun.

Allah SWT sangat sayang pada umatnya. Allah SWT tentu tak ingin kita sebagai hamba-Nya tergelincir ke jurang kehinaan. Di bulan Ramadhan lah kita kembali menjadi manusia seutuhnya. Bagi manusia yang mau berpikir dan mengambil ibrah atas setiap kejadian yang telah dilaluinya.

Menjalankan puasa di bulan suci Ramadhan tidak hanya sekedar ritual menahan lapar dan haus semata. Namun, lebih dari itu bahwa mesti ada perubahan sikap dan cara dalam menjalani hidup dan kehidupan ini. Menjadikan kehidupan lebih bermakna.

Puasa di bulan suci Ramadhan merupakan ajang naik kelas dari status beriman agar berubah status menjadi bertaqwa. Dan hal ini tidak mudah. Bagaikan pelaksaan ujian dengan berbagai model dan jenis yang selama ini pernah kita ikuti. 

Katakanlah itu ujian sekolah, ujian semester, ujian seleksi kerja, dan lainnya. Apakah itu mudah untuk dilalui? Jelas tidak mudah sama sekali. Tapi itu semua tergantung orientasi hasil yang ingin dicapai.

Setiap orang punya orientasi hasil masing-masing yang ingin ia capai. Ada orang yang menganggap rangkaian ujian yang sedang ia lalui itu sebagai suatu hal yang biasa saja, sehingga otomatis kualitas dan kuntitas usahanya pun sangat rendah atau kurang dari apa yang dibutuhkan agar mudah dalam melalui ujian tersebut.

Ada siswa yang tengah mengikuti ujian naik kelas, tapi ia menganggap bahwa seperti apapun usahanya maka ia yakin akan tetap naik kelas. Belajar atau tidak belajar pun dia merasa bahwa ia pasti naik kelas. 

Apa itu mungkin terjadi? Ya, bisa saja terjadi tapi tentu nantinya ia akan berada di kelas yang berbeda dan memiliki aturannya tersendiri yang berbeda dengan aturan-aturan di kelas sebelumnya.

Ada juga orang yang sedang mengikuti ujian seleksi untuk dapat diterima di suatu kampus tempat untuk kuliah melanjutkan studi. Mungkin karena tekanan dari orang tua atau keluarganya, ia terpaksa mengikutinya dengan tidak sepenuh hati. 

Apa yang akan ia capai? Dia merasa masa bodoh dengan itu semua. Jika ia lulus maka baginya itu sebuah keanehan. Bahkan sebenarnya yang ia harapkan adalah tidak diterima atau lulus di kampus itu.

Seseorang yang ingin diterima bekerja di sebuah perusahaan, tentu ia akan berusaha dan mengerahkan daya upayanya agar dapat menjadi salah satu kandidat yang lulus yang nantinya dapat bergabung di perusahaan tersebut. Jika ingin diterima tentu itu tidaklah mudah untuk dilalui. 

Apalagi dia sadar bahwa jumlah saingan yang bejibun dan luar biasa banyak. Kalau hanya sekedar memiliki tekad yang kuat namun minim usaha tentu akan dengan mudah terlindas oleh orang lain yang sudah menyiapkan amunisi yang luar biasa.

Demikianlah perumpaan bagi orang-orang yang mau berpikir bahwa untuk mencapai segala sesuatu itu tidaklah mudah. Akan banyak ujian dan cobaan yang harus dilalui. Setiap ujian itu akan menghasilkan hasil asesmen yang berbeda-beda. Seperti apa output yang dihasilkan tergantung pada input yang telah diberikan.

Dan sejatinya, setiap manusia yang beriman harus memiliki goal yang harus dicapai. Menjadi orang yang sekedar beriman tidaklah salah. Tapi jika pada akhirnya kita naik kelas menjadi hamba yang bertaqwa tentu kita akan menjadi lebih terhormat daripada saudara kita yang levelnya berada dibawah kita.

Setiap proses kenaikan kelas ini memiliki tempo dan masa waktu yang telah ditentukan. Hanya dalam waktu sebulan kita digembleng menjadi manusia yang lebih baik. Manusia yang bisa berubah dan bertransformasi menjadi sosok yang sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan oleh syariat.

Ramadhan demi Ramadhan telah dilalui setiap tahunnya. Namun, cara seseorang menjalaninya hanya sama saja dan cenderung semakin berkurang atau hanya stagnan begitu-begitu saja. Apakah itu menjadi sebuah kerugian? Menghabiskan umur tanpa suatu hal yang bermakna menjadi sebuah hal yang sia-sia dan percuma terbuang begitu saja.

Diawal Ramadhan kemarin saya sempat berinteraksi dengan seorang tukang tambal ban karena ban kendaraan saya bocor di jalan. Tukang tambal ban itu yang duluan mengajak  saya ngobrol dan membuka pembicaan. Mungkin hanya sekedar basa-basi pemberi jasa kepada pelanggannya.

(www.kompas.tv)
(www.kompas.tv)

"Besok sudah mulai puasa ya, Dek"

"Benar, Bang. Emangnya Abang mau puasa juga?" Saya bertanya dengan ekspresi bercanda.

"Ya.. tapi saya liat nanti ajalah. Niatnya sih mau puasa dari rumah. Tapi kalau tak kuat mau gimana lagi kan. Adek tahulah gimana kondisi cuaca sekarang ini. Panas bedengkang!" Katanya sambil tertawa.

Dari percakapan singkat diatas tentu dapat kita tangkap apa maksud dan tujuannya dengan mudah. Ada indikasi bahwa dia ada niat untuk membatalkan puasanya ketika ada kesempatan. 

Sepertinya berpuasa di bulan Ramadhan bukanlah sebuah kewajiban yang benar-benar harus ditunaikan selagi masih mampu dan kuat menjalaninya.

Begitulah perumpamaannya tentang bagaimana setiap individu menyikapi sebuah kewajiban melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam menyikapi sebuah ujian kenaikan kelas. 

Menjalani puasa dengan cara seperti itu mungkin dia tidak tinggal kelas. Namun hanya tetap berada di kelas yang sama. Apakah itu tidak membosankan? Rasanya iya.

(kumparan.com)
(kumparan.com)

Tapi mau gimana lagi. Sekali lagi seperti yang telah kami sampaikan diatas bahwa semua orang punya goal-nya masing-masing. Ada orang yang tidak perlu naik kelas. Namun cukup hanya perlu "ada" dan bisa meramaikan suasana kelas tersebut.

Naiklah ke kelas yang berbeda setiap tahunnya. Walau status kita sudah berubah dari beriman menjadi bertaqwa tapi level ujian yang akan kita jalani memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. 

Jangan sampai kita tinggal kelas atau kembali tercampak ke kelas dibawahnya. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah apakah seorang hamba bisa mengetahui statusnya sudah berubah menjadi seseorang bertaqwa? 

Hanya sang penilai yakni Allah SWT yang tahu seperti apa hasil nilai ujian keimanan yang telah kita lalui. Tidak seorang manusiapun tahu ia sudah naik kelas dari beriman menuju bertaqwa. Jika kita diberitahu tentu kita menganggap posisi kita sudah aman. Padahal sekali lagi bahwa ujian yang akan kita lalui setiap saat akan bertambah tingkat kesulitannya. Jadi tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa menjmin dirinya adalah orang yang bertaqwa.

Marilah kita senantiasa memperbaiki kemampuan diri baik dari segi kognitif maupun non-kognitif seperti tingkat emosional dan kepribadian. Puasa di bulan Ramadhan merupakan jalan ujian yang harus kita lalui dengan penuh makna dah hikmah. 

Semoga pada akhirnya kita bisa sama-sama naik kelas, merubah status dan berada di level yang lebih tinggi dan terhormat. Taqwa bukan hanya sekedar status, namun bagaimana cara kita menjadi manusia seutuhnya. Aamiin.. (AP)

(kisahikmah.com)
(kisahikmah.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun