Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Generasi Carut-Marut

29 Maret 2022   15:13 Diperbarui: 30 Maret 2022   11:32 1528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat pembelajaran berakhir setelah saya meninggalkan kelas pun siswa tersebut masih suka berkata carut kepada temannya. Kenapa bisa terjadi? 

Jelas kami sebagai guru tidak pernah mengeluarkan kata-kata carut-marut walau sejengkel apapun kepada siswa pada saat mereka berbuat salah atau semacamnya.

Diluar kelas, tepatnya di lingkungan rumah pun telinga saya tak henti-hentinya mendengar ucapan carut-marut yang dilontarkan anak-anak seusia jenjang SD hingga SMA. 

Namun yang paling sering saya temukan malah anak-anak yang masih dalam jenjang SD yang sudah bercarut-marut kepada temannya. Apakah ini pengaruh teman sejawat? Dimana semua hal baru yang didapat dari teman adalah sangat mudah untuk ditiru kembali oleh si anak.

Memang kebanyakan atau hampir pada umumnya yang suka bercarut-marut ini adalah dari kalangan anak laki-laki. Di perumahan tempat saya tinggal saja kebetulan jumlah anak laki-lakinya lebih dominan jumlahnya daripada jumlah anak perempuan. 

Mungkin selisih jumlahnya 3 banding 1. Dan anak laki-laki di lingkungan perumahan tempat saya tinggal didominasi berada pada usia jenjang SD dan SMP.

femina.co.id
femina.co.id

Seringkali saya mendengar mereka berkata carut-marut pada saat mereka bermain bola bersama. Atau sesekali saat mereka main game online dibawah pohon atau teras rumah milik seorang warga yang sudah turun-temurun tinggal di lokasi perumahan tersebut. 

Ketika ada seorang anak yang sedikit kesal karena ulah temannya, ia bisa langsung dengan mudah melontakan ucapan carut-marut. Padahal yang mendengar ucapan kotor itu tidak hanya temannya itu namun juga teman-temannya yang lain yang berada disekitarnya.

Saya menilai kebanyakan anak-anak tersebut mengeluarkan kata atau ucapan carut-marut itu tanpa adanya rasa malu ataupun rasa bersalah. 

Terkadang sesekali saya melihat orang tua salah seorang anak menegur anak yang berkata kotor tersebut tapi si anak malah acuh sambil senyum-senyum sendiri seakan-akan itu semua hanya guyonan semata. Memang beberapa anak mengeluarkan carut-marut itu sambil bercanda dengan temannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun