Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Buku Pertamaku Berkat Menulis di Kompasiana

21 September 2013   13:43 Diperbarui: 23 April 2022   12:06 1455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemaren adalah hari yang menyenangkan. Jumat yang begitu cerah dan bersahabat. Sekaligus menjadi hari untuk saya kembali bersemangat menulis. Menulis di blog keroyokan (kompasiana, baca) yang ngangenin ini. Kenapa, kok bisa?

Ya… karena kemaren saya sudah menerima kiriman paket sebuah buku dari penerbit Bentang Pustaka yang bekerja sama dengan Kompasiana. Akhirnya penantian panjang yang cukup lama ini telah tersudahi. Akhirnya beberapa tulisan saya yang pernah saya tulis di kompasiana ini dan telah lolos penilaian dari pihak kompasiana bisa dibukukan juga. Saya merasa bangga tentunya.

Beberapa minggu ini saya dengan pihak pengelola Kompasiana dan penerbit Bentang Pustaka sering berbalas email mengenai kejelasan penerbitan buku ini. Pihak penerbit mengatakan bahwa bukunya sedang diproses cetak dan tak lama lagi akan diterbitkan. 

Kemudian malam jumat yang lalu saya juga membahas tentang buku ini bersama kompasianer Affandy Sido saat kopdar di salah satu angkringan di kota Yogya bareng kompasianer Marlistya Citraningrum yang selama ini berdomisili di Taiwan. Kata Fandy bukunya udah jadi. Tinggal nunggu dikirim ke alamat masing-masing. 

Malamnya cerita, eh pas sore bukunya udah diantar ke alamat saya. saat itu sebenarnya saya sedang menelpon mama. Karena mama juga mengirimkan paket berisi surat keterangan dan rendang untuk saya disini. Namun mama mengirimkannya ke alamat teman PPL-KKN saya yang ada di Wates. Sedangkan saya sedang berada di Asrama di Yogya. Makanya saya menanyakan hal tersebut kepada mama.

 

buku kolaborasi pertama saya... [dokpri
buku kolaborasi pertama saya... [dokpri

 

Lalu ketika sedang asyik bicara, salah seorang teman saya memanggil dan berdiri di dekat pintu bersama seseorang yang tidak kami kenal. Ternyata dia adalah kurir pengantar paket. Saya mengira awalnya itu paket kiriman mama. Ternyata setelah dilihat bukti pengirimannya saat ditanda tangani, isinya buku.

 

salah satu tulisan saya [dokpri
salah satu tulisan saya [dokpri

 

Saya langsung membuka paket tersebut dan tidak sabar ingin melihat seperti apa tulisan saya didalamnya. Saya langsung mencari dima letak tulisan saya berada. Ternyata salah satu tulisan saya berada pada bagian awal pada subtema Nasionalisme. Jadi setelah anda membaca catatan atau pengantar dari editor maka yang pertama sekali anda akan baca adalah tulisan yang judulnya mirip dengan judul buku ini. Judul tulisannya adalah “Mencintai Indonesia Setengah Hati”. so proud!

 

buku pertama saya.. make me so proud.. [dokpri
buku pertama saya.. make me so proud.. [dokpri

 

Kompasianers, Saya Sudah Punya Buku Loh..

Kini, akhirnya saya sudah punya sebuah buku. ya, walaupun baru hanya buku hasil kolaboratif banyak penulis di kompasiana ini. Walaupun dalam buku ini hanya ada beberapa tulisan dengan tema yang ditentukan oleh admin namun perasaan bangga dan senang tentu tidak bisa saya sembunyikan. 

Bagaimana tidak?! Ini adalah buku pertama saya. untuk punya buku saya tidak perlu menulis berlembar-lembar seperti menulis novel. Saya tidak perlu fokus menulis satu tema. Saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk penerbitan. Sangat mudah dan simpel sekali. Saya hanya ikut mengirimkan tulisan-tulisan terbaik saya ke pihak admin untuk diseleksi sesuai teman yang telah ditentukan. Kemudian lolos dan siap untuk proses cetak dan diterbitkan menjadi sebuah buku. 

Ternyata kegiatan menulis saya selama ini tidak sia-sia. Sebenarnya memang tidak ada yang sia-sia ketika kita menulis dan menghasilkan sebuah tulisan. Menulis adalah sebuah kegiatan yang begitu luar biasa. Salah besar jika kita menganggap kegiatan menulis adalah kegiatan percuma yang hanya menghabiskan waktu. 

Selama ini saya memang sedang asyik-asyiknya menulis. Apalagi saat saya kenal dan jatuh cinta dengan blog keroyokan ini. Saya menulis sebuah tulisan lalu mempostingnya. Tanggapan dan komentar datang berisi masukan, apresiasi dan kritik yang membangun. Mungkin awalnya saya mengira saya tidak punya bakat menulis. Karena apa yang bisa saya tulis? Sedangkan saya tidak suka membaca. Ketika saya mendapatkan sebuah ide kemudian saya menulisnya dengan gaya bahasa dan cara saya sendiri. 

Menulis Adalah Panggilan Jiwa

Sejatinya semua orang bisa menulis. Lalu kenapa banyak orang yang mengatakan bahwa ia tidak punya bakat dalam menulis? Jawabannya karena belum terbiasa. Kita bisa karena kita terbiasa. Kita bisa menulis dan menghasilkan tulisan yang enak dibaca setelah kita sering dan terbiasa menulis. Awalnya kita menulis apa adanya dan dengan gaya bahasa yang sangat memalukan. Tulisan seperti itu dibaca ulang. Bandingkan ketika kita membaca tulisan orang lain yang kita kenal tulisan-tulisannya bagus dengan tulisan karya sendiri. begitu banyak perbandingan dan kekurangan. 

Namun kita harus terus menulis. Karena lambat laun kita akan tahu dimana letak kekurangannya. Untuk menghasilkan sebuah tulisan yang apik diperlukan keseriusan. Keseriusan yang dilandasi oleh panggilan jiwa dengan penuh kesadaran. Kesadaran yang benar-benar sadar. 

Banyak orang menulis hanya karena ia tersadar dan ada hal yang perlu dituliskan. Tulisannya mungkin bisa biasa saja. namun ketika ia tersadar lalu menuliskannya dengan penuh kesadaran barulah tulisannya itu menjadi sebuah karya yang membanggakan. Inilah yang disebut dengan menulis dengan panggilan jiwa. 

Perlukah bangga ketika tulisan kita dirangkum menjadi sebuah buku?

Apa sih menariknya? Padahal kita tahu dunia saat ini sudah semakin maju. Penggunaan kertas semakin diminimalisir. Karena sudah ada internet dan soft file berupa e-book. Tapi tetap saja buku cetak tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

Ada sesuatu hal yang menarik dari sebuah buku cetak. Sepertinya buku cetak begitu terlihat nyata dan terasa benar-benar ada. Berbeda dengan e-book. Buku sebagai bukti bahwa tulisan itu ada dan nyata. Buku sebagai penanda zaman. Buku sebagai simbol peradaban dunia. Buku sebagai pencatat sejarah. 

Coba bayangkan saat zaman purba dahulu kala yang kita tahu belum ada e-book seperti sekarang. Mereka menuliskannya di kertas yang kini menjadi manuskrip-manuskrip kuno yang kita pelajari dan sebagai penanda bahwa pada zaman itu terdapat sebuah peradaban yang luar biasa. 

Coba bayangkan kalau dulu tidak ada buku atau manuskrip kuno tersebut tentu kita tidak bisa melacak dan meneliti sebuah peradaban demi kemajuan umat manusia saat ini. Jadi… saya rasa buku tetap diperlukan. 

Untuk punya buku kita tidak perlu menunggu menjadi seorang penulis handal. Kita tidak perlu menulis begitu lamanya sehingga menghabiskan banyak waktu. Memangnya hanya orang-orang yang berprofesi sebagai penulis yang bisa punya buku? kita yang katanya tak punya bakat menulis juga bisa loh.. asalkan kita tahu cara-cara dan kuncinya. Salah satu caranya, yaaa melalui buku kolaborasi yang saya miliki saat ini.

Setelah punya satu buku, apa yang perlu dilakukan selanjutnya?

Yang perlu dilakukan selanjutnya dan seharusnya adalah terus menulis. Tidak cepat merasa puas dan bangga dengan satu buku itu. lagi pula ini baru sekedar buku kolaborasi. Menulis dan terus menulis! 

Menjaga semangat untuk terus menulis memang susah sekali. Menulis memang perlu mood. Yang saya rasakan selama ini memang seperti itu. kalau lagi mood sehari bisa menghasilkan 2-3 tulisan. Tapi kalau lagi tidak mood, seminggu bahkan sampai sebulan sekalipun tidak satu tulisan yang dihasilkan.

Bagaimana caranya untuk bisa terus menulis? Saya rasa teman-teman semua sudah paham caranya. Tulisan-tulisan di kompasiana sudah banyak yang membahasa mengenai hal tersebut tinggal dibaca dan diamalkan saja.

Saat ini saja sudah punya sebuah buku kolaboratif dengan tema “Merajut Ke-Indonesia-an”. Tidak lama lagi buku kolaborasi berikutnya akan segera terbit. Saat ini sedang proses cetak. Dan saya juga tak sabar segera mendapatkannya. 

Intinya.. saya bangga karena sudah punya buku. saya bahagia dan saya rasa kebahagian dalam bentuk apapun sangat perlu untuk disebar luaskan dan dinikmati banyak orang. Saya berharap setelah membaca tulisan ini akan semakin banyak orang yang mau menulis. Menulis dengan penuh kesadaran dan panggilan jiwa untuk menghasilkan tulisan-tulisan bagus yang mungkin bisa berkontribusi untuk kemajuan dan kemaslahatan umat manusia. Untuk kemajuan bangsa dan negara kita tercinta, Indonesia tentunya.

 

Tulisan ini juga bukan sekedar untuk memotivasi orang-orang yang membacanya. Namun juga untuk memotivasi diri saya sendiri agar terus menulis dan menghasilkan tulisan-tulisan yang enak dibaca dan disukai banyak orang yang membacanya. Tidak hanya sekedar enak dibaca tetapi juga mampu ada sisi positif dan manfaatnya untuk mereka yang mau membacanya. Amin…

Ayo! Kita menulis lagi. Menulis dan terus menulis… :)

Oh ya, selamat membaca buku yang sangat inspiratif ini... 

Salam Kompasianer...

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun