Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Seni

Tari Piring: Hidup itu sebuah Pertemuan dan Perpisahan

23 Desember 2013   15:03 Diperbarui: 9 November 2022   06:07 1904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepertinya kita tak akan pernah bosan untuk mengatakan bahwa indonesia ini kaya budaya. Selain adat-istiadat, kekayaan Indonesia di bidang budaya juga tercermin dari keanekaragaman tarian tradisional. 

Tak hanya sekadar gerakan yang dibuat-buat, tarian tradisional tercipta karena memiliki filosofi luhur yang terkandung didalamnya. Indonesia punya ratusan tarian tradisional, dan semua tarian itu punya makna tersendiri untuk masing-masing daerah.

Salah satunya saja tari Piring (Piriang, baca minang) yang sudah cukup dikenal. Tari yang berasal dari ranah Minangkabau ini tercipta sebagai bentuk terima kasih kepada Sang Pemberi Rizki di dunia ini. 

Dengan gerakan tari yang seirama dengan ritme yang lincah, tari Piring juga mencerminkan kekompakkan dan kebersamaan dalam masyarakat Minangkabau.

Tari Piring ini salah satu tarian yang banyak disukai orang untuk dibawakan. Tarian ini dibawakan dalam banyak kesempatan. Baik acara resmi penyambutan tamu maupun dibawakan saat acara pesta pernikahan. Jika kita ditanya secara cepat tentang salah satu tarian Minang, maka secara spontan bisa saja kita langsung menyebutkan tari piring. 

Selain tari piring sebenarnya masih banyak lagi tarian dari minang seperti tari Payung, tari Indang Badindin, tari Pasambahan, tari Rantak, dan banyak lagi lainnya.

Seperti yang tadi dikatakan tari Piring termasuk jenis tari yang sering ditampilkan di berbagai acara. Jika Anda pernah mempraktikkan tari Piring dalam suatu acara, tentu paham bagaimana upaya menyelaraskan antara gerakan tari dengan ritme musik pengiringnya. Salah sedikit, tarian ini terlihat tak lagi indah karena kekompakkannya berkurang. 

Kali ini saya akan membagikan pengalaman saya pernah membawakan tari Piring. Waktu pertama kali menarikan tarian ini saat itu saya sedang duduk di bangku kelas 6 SD. Sama seperti tradisi dan kebiasaan di banyak sekolah di negeri ini, acara Hari Perpisahan selalu diisi dengan penampilan tarian, baik tarian daerah maupun tarian kontemporer.

Saat itu, acara perpisahan sekolah tinggal beberapa bulan lagi. Acara perpisahan ini dikhususkan untuk siswa kelas 6. Jadi semua siswa kelas 6, baik laki-laki ataupun perempuan semuanya harus ikut berpartisipasi membawakan salah satu tarian tradisional. Karena acara ini sudah menjadi kebiasaan maka semua teman saya akan ikut berpartisipasi. 

Siswa dipersilahkan memilih tari apa yang akan dibawakan namun dalam setiap satu tarian, personelnya harus campur ditampilkan oleh siswa laki-laki dan perempuan. Pada kesempatan kali itu kami memilih menampilkan tari Piring.

Dalam membawakan tari Piring memang dibutuhkan sebuah kekompakan dan semua penari harus berusaha menghafal semua gerakan yang ada. Jenis dan gaya gerakan yang ada dalam tari piring memang cukup beragam. Sehingga memang dibutuhkan usaha keras untuk menghafal gerakannya. Jika tidak serius maka tak akan pernah bisa menampilkannya. Disinilah kami mulai belajar untuk serius, fokus dan bersungguh-sungguh.

Mau tidak mau kami semua harus menghafal semua gerakannya. Karena gerakannya beragam dan berbeda antara satu gerakan dengan gerakan berikutnya maka kami harus menghafalkan gerakannya satu per satu. Jika satu gerakan sudah hafal maka ditarikan berulang-ulang agar benar-benar hafal. Barulah setelah itu dilanjutkan dengan gerakan berikutnya.

Kami jadi semakin terpompa untuk berusaha untuk bisa menampilkan tarian ini dengan penampilan yang terbaik. Kami menjadi semakin bersemangat ketika waktunya latihan. Walaupun beberapa personel ada yang merasa kurang semangat dan hampir putus asa saat latihan, kami selalu mendukung teman lainnya agar tetap fokus berusaha menghafal gerakan agar mampu menampilkannya.

Kami latihan di rumah salah seorang teman yang jarak antara rumah ke sekolah tidak terlalu jauh. Namun jalannya mendaki dan saat usia itu kami semua belum ada yang diizinkan mengendarai kendaraan ke sekolah selain sepeda. 

Sepulang sekolah kami langsung menuju rumah teman untuk latihan. Dan sepertinya personel cowok yang paling bersemangat latihan menari saat itu  adalah saya. Ya, walaupun saya cowok namun saat seusia itu saya tidak merasa malu sedikitpun untuk belajar menari. 

Alasan lain kenapa saya bersemangat latihan dan belajar tari piring adalah karena tarian ini adalah jenis tarian yang atraktif dan dinamis sekali. Gerakan-gerakannya tidak terlalu lemah gemulai. 

Kedinamisan tarian ini terlihat bahwa personel tari piring itu beragam. Ada yang hanya dibawakan oleh perempuan semua, ada juga yang campur laki-laki dan perempuan. Bahkan ada juga yang semua penarinya laki-laki.

Tari piring ternyata juga punya kekhasan berbeda di beberapa daerah di Sumbar. Gerakan-gerakannya ada yang sedikit berbeda dengan jenis tari piring lainnya yang mungkin pernah anda bawakan. 

Namun ciri utamanya tentu setiap tari piring harus menunjukkan piring sebagai penanda bahwa itu tari piring, gerakannya yang atraktif dan musik pengiringnya harus menandakan bahwa itu adalah tari piring.

Saat penampilan di acara perpisahan sekolah, kerja keras kami berlatih tari piring tidak sia-sia. Kami menampilkannya dengan baik, tak ada gerakan yang lupa sedikitpun dan tentu kami semua kompak dalam menarikannya. 

Dan yang paling penting dalam membawakan sebuah tarian adalah rileks, santai dan tetap tersenyum maka keindahan sebuah tari pun akan memancar dengan sendirinya.

travel.kompas.com
travel.kompas.com

Itu pengalaman perdana saya menarikan tari Piring. Adakah kesempatan kedua untuk menarikannya lagi? Ternyata saya dan tari Piring berjodoh dan diberi kesempatan kedua untuk menampilkannya kembali. 

Dulu yang pertama sekali saya menarikannya saat acara perpisahan sekolah, berpisah dengan para teman dan guru tercinta, tari Piring ikut mengiringi perpisahan kami

Kemudian kesempatan yang keduanya adalah saat masa-masa awal duduk di bangku SMA saat acara Pagelaran Seni bagi siswa-siswi baru kelas X yang belum lama diterima sebagai siswa “putih abu-abu”. Dan tari Piring pun ikut kembali mengiringi masa-masa perkenalan dan kisah roman remaja di bangku SMA.

Ternyata tanpa disadari tari piring sudah menjadi bagian dari cerita hidup saya. Pengalaman tidak cukup datang sekali dan kesempatan ternyata bisa menghampiri kita kedua kali. Kesempatan yang saya dapatkan untuk ikut menarikan tari piring ini tidak berlalu begitu saja. 

Saya merasa perlu ikut menjadi bagian tarian yang satu ini. Pernah dan bisa menarikannya dengan baik bagi saya ternyata menjadi sebuah kebanggan tersendiri karena merasa sudah ikut berperan melestarikan aset budaya minangkabau yang merupakan identitas saya sendiri. 

Dengan cara apa kita ikut melestarikan sebuah budaya tari? Salah satu cara yang paling relevan tentu dengan ikut belajar dan berlatih untuk bisa mampu menarikannya. Tidak hanya mempelajari gerakannya namun juga perlu mempelajari makna filosofis yang terkandung pada tari tersebut. Karena tarian tradisional bukan hanya sebatas gerakan yang penuh estetika namun sarat akan kisah penuh makna.

Darimana inspirasi terciptanya sebuah tarian tradisional? Ada banyak hal yang melatar belakangi. Tari piring tercipta sebagai bentuk rasa syukur atas rezki yang diberikan tuhan. 

Tari menjadi wujud rasa terima kasih dan perasaan bahagia selain tentunya tetap berdoa dan mengamalkan ibadah yang diperintahkan tuhan agar tidak menjadi kufur. Dengan mengetahui filosofis dari sebuah tarian maka rasa mencintai tarian tersebut menjadi lebih sempurna.

Disamping itu makna filosofis bisa kita terapkan dalam hidup agar kehidupan di dunia ini menjadi lebih berwarna dan dinamis seperti layaknya sebuah tarian. Untuk lebih menambah wawasan tentang tarian dan budaya lainnya, kita bisa mengunjungi Indonesia Travel.

Salam pecinta budaya.. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun