Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Pendidikan sebagai Gerakan ala Anies Baswedan

11 April 2013   09:14 Diperbarui: 12 November 2022   11:53 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.



“Kita harus memposisikan pendidikan sebagai sebuah gerakan bukan sebuah program. Jika pendidikan dibangun sebagai sebuah gerakan, maka pasti akan dikelola dengan sangat baik. Coba lihat reformasi kemerdekaan, semua turun tangan.”

Pernyataan diatas disampaikan oleh bapak Anies Baswedan saat memberikan kuliah umum dengan tema “Lewat Pendidikan Mari Kita Selamatkan Bangsa” di Audiotorium Kahar Muzakkir, kampus terpadu UII Yogyakarta, Rabu (10/4). 

Kuliah umum tersebut merupakan rangkaian kuliah umum Presidential Series Lectures dalam rangka memperngati 70 tahun UII. Kegiatan bermanfaat ini dipersembahkan untuk seluruh masyarakat dan akademisi di Yogyakarta dan sekitarnya secara gratis dan pesertanya bebas.

Siang itu saya datang agak terlambat dikarenakan jadwalnya bertepatan dengan jadwal UTS di kampus tempat saya studi. Secara teknis tentu saya harus lebih mendahulukan UTS dulu karena itu kewajiban saya sebagai mahasiswa yang tertib. Namun karena saya menganggap kuliah umum ini pasti sangat bermanfaat dan menginspirasi maka saya secepatnya mengerjakan soal ujian lalu segera meluncur ke kampus UII di Jalan Kaliurang Km 14 dengan kecepatan maksimun di jalanan yang lumayan macet dan padat saat siang itu. 

Setibanya disana, saya dan teman langsung menuju audiotorium dan mendaftarkan identitas kami. Setelah itu langsung masuk dan mencari posisi nyaman untuk mendengarkan kuliah umum dari pak Anies. 

Pertama sekali yang saya tangkap dari penyampaian pak Anies bahwa di indonesia banyak sekali sekolah tapi uneducated atau tidak mengedukasi. Tantangan indonesia amat berat ke depannya. Maka dari itu orang-orang terdidik memiliki tanggung jawab moral untuk berkontribusi membangun bangsa dan Negara

Akses untuk menjangkau pendidikan juga masih rendah dan sulit. Di layar slide, beliau menampilkan ada empat empat buah mata angin yang terdiri dari ekonomi kuat, ekonomi rendah, nilai rendah dan nilai tinggi. Orang dengan nilai tinggi ditopang dengan ekonomi kuat maka aksesnya akan sangat mudah. ekonomi kuat tapi nilai rendah, masih bisa dibantu. 

Lalu orang dengan nilai tinggi tapi ekonomi lemah, agak dipertanyakan. Sebaliknya bagi yang memiliki nilai rendah dan ekonominya juga memprihatinkan, maka sudah tidak ada lagi alamat baginya untuk mengakses pendidikan. Jikalau bisa, hal itu amat susah sekali. Hari ini masalah pendidikan tidak hanya mengenai kualitas dan kuantitas tapi juga masalah biaya dan akses. Bahwa pendidikan itu mahal

Mulai detik ini, kita harus menganggap bahwa masalah pendidikan adalah milik kita bersama. Kita harus menganggap bahwa masalah pendidikan adalah masalah yang harus kita carikan solusinya secara bersama. Masalah pendidikan jangan hanya kita serahkan pada pemerintah saja. jelas-jelas kita tahu dan paham bahwa permasalah di Negara ini begitu komplek. 

Banyak permasalahan yang menimpa Negara. Oleh sebab itu kita harus terlibat bersama secara sadar bahwa masalah pendidikan adalah masalah kita bersama.

Masalah pendidikan di indonesia tidak hanya mengenai kurikulum semata. Karena kurikulum di indonesia ini sudah diganti dan diobok-obok berkali-kali. Terakhir yang menjadi perbincangan hangat adalah kurikulum 2013 yang terkesan carut marut. 

Guru sebagai ujung tombaknya. Jika kualitas gurunya baik dan mumpuni maka akan memberikan efek yang luar biasa terhadap siswa. Bukan soal materi pelajaran yang diberikan oleh guru tapi kualitas guru itu yang terlebih dahulu diutamakan. 

Namun kualitas guru banyak yang masih rendah. Distribusi tenaga pendidik juga masih rendah. Jika masalah guru ini diperbaiki maka kualitasnya akan baik.

Gerakan Indonesia Mengajar yang dirintis oleh beliau memulainya dari itu. jangan mengecam kegelapan, tapi nyalakanlah cahaya. Kita harus memandang pendidikan sebagai sebuah gerakan bukan sebuah program. 

Program yang hanya berisi kebijakan-kebijakan yang sulit untuk direalisasikan. Pak Anies dalam kuliahnya juga menyebut program Indonesia Mengajar ini. Untuk membangun motivasi para mahasiswa yang ada dalam ruangan itu untuk ikut bergabung membangun pendidikan di indonesia tercinta ini. 

Ada kalanya orang yang tidak sekolah tapi terdidik.saya terharu dan hampir meneteskan air mata saat beliau menceritakan sebuah kisah tentang seorang guru dari Jogja yang dikirim ke Pare-pare, Sulawesi Selatan. 

Guru tersebut mengajar di sekolah disana. Menginspirasi banyak siswa. Guru itu luar biasa. Sehingga buktinya seorang dokter yang sempat bertemu dan berkenalan dengan beliau, bisa menjadi dokter lantaran inspirasi dan motivasi yang ditanamkan oleh sang guru. Begitu amat luar biasa.

Yang absen saat ini adalah guru yang mampu menginspirasi. Banyak guru yang hanya menyampaikan materi di depan kelas sebagai bentuk tugas dan profesinya. Sedangkan yang dibutuhkan adalah tidak hanya itu. yang sangat dibutuhkan adalah yang mampu menginspirasi siswa. 

Jadilah guru yang tak terlupakan oleh siswa. Buatlah siswa merasa kagum. Jangan mengajak anak-anak atau siswa untuk meraih cita-citanya tapi melampui cita-citanya.

dokpri
dokpri

 

Salah satu pesan yang disampaikan beliau kepada para mahasiswa adalah jadilah mahasiswa yang out of the box. Maksudnya adalah menjadi mahasiswa yang mau terlibat dalam permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Tidak hanya diam berpangku tangan tanpa berbuat apa-apa. 

Kemampuan yang dimiliki mahasiswa harus dimanfaatkan untuk menunjang perubahan. Seperti keterampilan menulis ini. Jika mahasiswa datang atau diterjunkan ke pelosok-pelosok negeri ini, apa yang bisa dilakukan? Yang harus dilakukan adalah mau terlibat bersama mereka. 

Kalangan menengah di indonesia jumlahnya sudah banyak. Mereka mampu berkebijakan sebenarnya. Namun partisipasinya sangat rendah. Indonesia ke depan yang harus terus diperhatikan adalah pendidikannya. Bahwa pendidikan adalah tanggung jawab kita semua. Bereskan kualitas guru maka selanjutnya semuanya pasti akan menjadi lebih baik. 

Perhatian pada masalah pendidikan begitu krusial. Jikalau saja masalah pendidikan lebih diperhatikan maka yakinlah republik ini pasti akan menjadi lebih baik. Tak seperti saat ini.

Suasana kesederhanaan harus dikembalikan ke ruang-ruang publik termasuk ke dalam dunia pendidikan. Tidak perlu hanya membangun gedung dan fasilitas yang lengkap namun juga memperhatikan pola pendidikan yang sesuai. 

Misalkan begini, pernahkah anda mengikuti ujian pelajaran komputer? Ujian yang diberikan malah sering berbentuk teori bukan praktek. Akhirnya yang terjadi, imajinasi tinggi tapi praktek rendah. 

Indonesia diprediksikan bahwa pada tahun 2050 akan masuk kedalam 5 negara besar. namun kualitas pendidikan masih rendah. Persaingan akan menjadi begitu ketat. Ini akan menjadi sebuah tantangan. Oleh sebab itu indonesia harus mempersiapkan diri. Generasi harus dipersiapkan secara matang

Penguasaan bahasa juga menjadi faktor penting. Contohnya pada level ASEAN. Penggunaan bahasa inggris sebagai bahasa resmi yang digunakan. Kita bukan harus menguasai bahasa asing, tapi bahasa internasional. Pernyataan itu disampaikan beliau di hadapan ratusan mahasiswa sehingga mengundang gelak tawa para mahasiswa yang ada di audiotorium siang itu.

Disesi tanya jawab, banyak pertanyaan yang muncul salah satunya ada penanya yang menanyakan mengenai seperti apa pendidikan di Universitas Paramadina yang dikelola pak Anies. Barangkali katanya apa yang ada disana bisa dibagi dan ditularkan ke kampus-kampus lain diseluruh indonesia. 

Di Universitas Paramadina, diberikan pendidikan anti korupsi. Mahasiswa diajarkan untuk bagaimana bisa bebas dari korupsi. Diajarkan bagaimana mempertanggung jawabkan keuangan. Pendidikan anti korupsi keberadaannya amat sangat penting mengingat kondisi Negara saat ini yang dihantam masalah korupsi di segala lini. 

Pak Anies ternyata orangnya juga humoris dan pintar melawak, katanya, korupsi itu adalah perbuatan memalukan yang menimpa hingga anak cucu kita. 

Bayangkan, jika anda terlibat korupsi dan bermasalah dengan KPK, maka foto dan kasus korupsi anda akan terus tersimpan di Google hingga selamanya bisa dilihat oleh anak cucu turun temurun. Betapa memalukan.

Begitu banyak pesan dan inspirasi yang diberikan oleh pak Anies dalam kesempatan itu. bagi saya kuliah umum kali itu amat berguna. Lalu apa dampaknya bagi saya pribadi setelah mengikuti kuliah umum beliau? 

Pernyataan-pernyataannya telah menginspirasi dan memotivasi saya untuk kembali memantapkan niat menjadi seorang pendidikan yang professional, yang mampu menginspirasi dan tak terlupakan oleh siswa-siswa saya nantinya. Saya saat ini menempuh studi di bidang keguruan yang akan bergelut dengan masalah pendidikan. 

Walaupun dulu awalnya saya hanya coba-coba dan tekadang niat saya untuk menjadi seorang pendidik pasang surut namun kini kembali terpompa untuk menjadi lebih baik. Saya akan berusaha untuk menjadi guru yang hebat. Guru yang menginspirasi. Guru yang luar biasa. Bahwa profesi menjadi guru adalah mulia dan merupakan sebuah panggilan jiwa. 

Demikianlah kuliah umum yang amat bermanfaat ini. Begitu banyak motivasi-motivasi yang telah diberikan yang mampu menginspirasi kita semua. Semoga kita bisa menjadi lebih baik. Satu hal yang harus kita yakini bersama bahwa pendidikan sebagai sebuah gerakan. 

Kita harus sama-sama terlibat. Kita harus sama-sama turun tangan menangani permasalah pendidikan. Jika masalah pendidikan di indonesia terpecahkan dan menjadi lebih baik, maka selanjutnya indonesia ini juga akan menjadi lebih baik.

Bukankah kita semua mendambakan negara ini menjadi lebih baik? 


*****

Salam, Akbar Pitopang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun