Tepat sekitar hampir dua tahun yang lalu asrama kami mengalami kebanjiran yang datangnya tak terduga sebelumnya. Itu adalah banjir perdana dan terakhir kali yang terjadi di asrama kami.
Oh yaa.. Saya belum cerita ya? Saat ini saya sedang melanjutkan studi di kota pendidikan, Jogja. Saya berasal dari ranah minang. Saya menetap di kota ini sudah hampir dua tahun lamanya.Â
Sejak awal kedatangan ke jogja hingga detik ini saya masih terdaftar sebagai penghuni salah satu asrama mahasiswa sumatera barat yang ada di jogja ini.Â
Berbagai pengalaman sudah saya alami bersama teman-teman di asrama termasuk pengalaman menghadapi banjir. Yuk simak kisah pengalaman saya dan teman-teman asrama tantang pengalaman banjir..
Ketika itu sejak pagi hingga sore hari hujan tak henti-hentinya mengguyur kota jogja. Walaupun terkadang hujannya reda namun tak lama setelah itu kembali hujan. Begitu seterusnya hingga sore hari.Â
Sampai mengalami puncaknya pada sore hari sekitar jam empat. Hujan kala itu sangat lebat. Beribu-ribu debit air jatuh dari langit dan dalam waktu beberapa jam saja telah terjadi pergerakan air hujan yang tak bisa lagi diserap oleh tanah dan tak tertampung lagi oleh saluran drainasi di asrama dan saluran drainase kota.Â
Awalnya saya kaget air masuk ke dalam ruang mushola yang terdapat di bagian depan arsama kami. Saat itu saya dan beberapa orang teman sedang nonton tv.Â
Air masuk perlahan tanpa pamit terlebih dahulu pada kami. Kami mulai panic lalu segera melipat tikar yang ada di mushola itu lalu meletakkannya di tempat yang cukup tinggi agar tidak terkena air yang masuk.
Lalu setelah itu saya segera melangkah menuju kamar saya di bagian belakang asrama. Ternyata taman kecil yang ada di depan kamar saya sudah terendam air.Â
Ketinggian air saat itu sudah mencapai mata kaki orang dewasa. Barang-barang seperti sandal, sepatu, kain bahka sampah ikut mengapung-apung terbawa arus air.
Â
Saya dan teman kamar langsung bergegas menyelamatkan barang-barang. Teman-teman anggota asrama yang lain juga sibuk menyelamatkan barang-barangnya dan meneriakkan jika telah terjadi banjir di asrama kami.Â
Air sudah masuk ke dalam kamar. Hampir seluruh kamar yang ada di asrama kami kemasukan air. Mau tak mau semua anggota asrama harus disibukkan oleh kebanjiran tak terduga ini. Ada yang ekspresinya biasa saja ada juga yang terlihat cukup panik.
Semua barang dicoba diselamatkan agar terhindar dari air. Tikar kami gulung. Kasur juga digulung dan diletakkan di tempat yang lebih tinggi.Â
Barang-barang lainnya diletakkan diatas lemari atau meja yang terhindar dari air. Termasuk menyelamatkan aliran listrik agar tak terjadi hal yang tidak kita inginkan.
Â
Hampir satu jam lebih kami warga asrama dibuat sibuk dengan kehadiran banjir itu. Kami semua sibuk menyelamatkan barang-barang berharga.Â
Namun tak lama setelah itu hujan pun mulai reda. Dan debit air pun juga mulai berkurang. Air yang masuk ke dalam kamar sudah mulai surut namun meninggalkan sedikit lumpur atau tanah.
Â
Air sudah mulai surut. Maka yang harus dilakukan selanjutnya tentu membereskan barang-barang dan membersihkan kamar dari lumpur dan tanah.Â
Ada juga teman asrama yang sibuk mencari barang seperti sandalnya yang hilang sebelah. Ada juga yang sibuk memungut celana dalamnya yang terbawa air. Ha ha ha..
Semua warga asrama pun dibuat sibuk dengan sisa-sisa banjir tersebut. Lalu semua pun sibuk membereskan dan membersihkan kamar, ruang-ruang yang kemasukan air serta bagian-bagian asrama lainnnya yang terkena dampak banjir.
**************
Keesokan harinya warga asrama sibuk membicarakan pengalaman banjir yang terjadi pada malam sebelumnya itu. Semua berbagi pengalamannya dan menceritakan kepanikannya saat menghadapi banjir.Â
Bagi saya pengalaman bertemu dengan yang namanya banjir ini adalah pengalaman perdana. Sebelumnya saya belum pernah merasakan sensasi kebanjiran itu seperti apa. Maklum saya tinggal di sumatera.Â
Jadi sangat jarang dan bisa dikatakan tak pernah kebanjiran. Salama ini saya hanya mendengar berita mengenai banjir di layar kaca dan ternyata setelah saya menetap di jogja barulah saya mengalami sendiri secara langsung banjir itu seperti apa.
Padahal sebenarnya kota jogja sangat jarang terjadi banjir. Jarang sekali saya menemukan kabar banjir yang termuat di harian surat kabar lokal. Dan sebenarnya asrama kami berada di wilayah yang cukup strategis.Â
Dekat dengan kampus-kampus besar di kota jogja, mall dan juga dekat dari bandara adi sudjipto. Aliran kali yang ada di jogja sangat jauh jaraknya dari asrama. Jadi secara logika sebenarnya tak akan pernah terjadi banjir di asrama dan di kota jogja ini.
Namun, kenapa banjir kali itu tetap terjadi?Â
Mencoba mencari titik permasalahan yang ada ternyata ada beberapa factor yang mempengaruh.Â
Apa sajakah itu?Â
Pertama, hujan yang sangat lebat.Â
Memang hari itu cuaca tidak bersahabat. Selalu mendung dan sering turun hujan. Ketika hujan sangat lebat otomatis debit air yang ada di permukaan tanah juga akan bertambah banyak. Ketika tanah tak mampu menyerap air hujan itu otomatis tentu air yang berlebih dalam jumlah banyak itu akan membanjiri permukaan tanah. Namun karena ini masalah iklim atau cuaca maka tak bisa terlalu disalahkan.
Kedua, saluran drainase yang cukup bermasalah.Â
Saluran drainase yang ada di asrama kami sebenarnya langsung terhubung dengan saluran drainase kota. Sebenarnya setiap kali hujan dalam keadaan hujan yang normal, debit air bisa langsung dialirkan ke saluran drainase. Namun karena ketika itu saluran drainase tak sanggup lagi menampung jumlah debit air yang sangat banyak. Dan kondisi drainase juga kecil. Maka solusinya, kami warga asrama sering melakukan kerja bakti membersihkan saluran drainase agar aliran air saat hujan tiba bisa mengalir dengan lancer dan tidak menyebabkan banjir.
Ketiga, ketinggian kamar di asrama yang tidak seharusnya.Â
Antara permukaan tanah di taman di depan kamar dengan ketinggian kamar sendiri tidak terlalu baik. Ketinggian permukaan kamar hanya beberapa puluh senti meter saja lebih tinggi dengan permukaan tanah di taman. Maka akibatnya tentu ketika air yang ada di taman tak tertampung lagi akan mudah masuk ke dalam kamar. Maka solusinya, kini setiap kamar yang ada di bagian depan dekat pintu, sudah diberi tanggul penghambat agar air tak masuk. Tingginya kira-kita 20-25 Cm. Dengan adanya tanggul itu kini ketika jumlah air hujan diatas normal, tak pernah kebanjiran lagi. Tanggul itu penyelamat dari banjir.
Hingga kini kami tak pernah lagi mengalami kebanjiran. Saat turun hujan tak pernah lagi debit air terlalu banyak tertahan di wilayah asrama.Â
Kalaupun airnya sedikit menggenangi namun tak sampai membuat banjir dan tidak lagi masuk ke dalam kamar. Kini kami sudah terhindar dari yang namanya banjir. Itu semua karena adanya rasa siap siaga dan tanggap terhadap banjir dari warga asrama.Â
Itu adalah pengalaman saya mengalami kebanjiran yang perdana seperti yang saya sampaikan diatas dan juga adalah pengalaman yang terakhir.Â
Setelah kejadian banjir saat itu hingga kini tak pernah lagi kebanjiran. Kini asrama kami sudah terbebas dari banjir. Dan kami selalu berharap tak akan ada lagi terjadi banjir di masa yang akan datang.
Itulah sedikit pengalaman saya tentang banjir yang dapat saya bagikan kali ini. Semoga bisa menghibur teman-teman semuanya ya..Â
[Akbar Pitopang]
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H