Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dongeng Leher Angsa

19 Oktober 2012   12:50 Diperbarui: 16 November 2022   10:43 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi menjelang siang. Cuaca terasa sangat bersahabat. Matahari menyinari dengan sepenuh hati. Langit biru pun membentang bagai samudera di angkasa sana. Tak ketinggalan alunan angin sepoi-sepoi membuat batin terasa sejuk di kala panasnya sinar mentari di siang hari.

Beberapa kawanan anak angsa ikut menikmati damainya suasana siang di kala itu. mereka anak-anak angsa yang belum lama menghirup udara di bumi ini. Baru sekitar tiga mingguan. Tak terlihat keberadaan induk mereka. Mungkin saja induknya di suatu tempat sedang mengawasi dari kejauhan.


Seekor anak angsa memulai obrolan,

Angcik: “bro… sis… apa sih yang kalian pikirkan tentang planet ini?

Angdo: “hmm.. planet ini namanya apa?

Anggo: “kata manusia sih namanya bumi..”

Angpek: “ouh… bumi toh namanya..”

Angdo: “aku sih ngerasa enjoy aja udah lahir ke dunia ini..”

Angcik: “lalu apa tujuanmu kesini?”

Anggo: “ya.. aku gak tau..”

Angcik: “lha, kok malah gak tau?”

Angdo: “ya iyalah.. sapa juga yang minta dilahirkan ke dunia ini..”

Angpek: “kita semua kan gak minta..”

Angcik: “maksudmu? Kamu menyalahkan ibu kita karna udah melahirkan kamu ke dunia ini?”

Angpek: “tidak.. aku tak bermaksud seperti itu.. hanya saja sesuai pertanyaanmu tadi, kita kesini tanpa tujuan”.

Angcik: “semuanya pasti ada tujuan dan maksud. Tak ada yang diciptakan tanpa maksud dan tujuan termasuk kita dilahirkan ke dunia ini”.

Angpek: “lalu untuk apa kita disini?”

Angcik: “suatu saat kita semua yang ada disini pasti akan mengetahuinya. Sang pencipta sudah menakdirkan kita diciptakan ke dunia ini untuk kemaslahatan umat manusia. Kodratnya emang sudah seperti itu..”


------------------------------------------


(dokumen pribadi)
(dokumen pribadi)



Percakapan mereka terhenti lantaran ada seekor anak angsa yang masuk ke dalam rombongan itu.

Angmo: “kalian ngomongin apaan sih? Serius amat kelihatannya..”

Anggo: “gak juga.. kita Cuma ngobrol ringan kok..”

Angmo: “kalo gitu aku ikutan gabung dong.. kali aja aku bisa nyambung apa yang kalian omongin..”

Angdo: “hhmm.. kasih tau gak yaa..??” :D

Angpek: “gak usah..”

Anggo: “iya.. gak usah.. nanti omongan kita ini malah bisa membuatnya stress.. kan kita juga yang repot..”

Angdo: “ini obrolan senior. Junior gak boleh ikut-ikutan. Kalo mau ikutan musti ikut ospek dulu.. hihihi..”

Angpek: “gak kok.. bercanda.. kamu masih belum cukup umur jadi gak boleh ikutan.. karna materinya cukup berat untuk anak seumuranmu..”

Angmo: “alah.. umur kita kan Cuma selisih sehari doing.. sok-sok’an kalian semua ya.. ya udah lah! Aku cabut!”


-------------------------------------------


(dokumen pribadi)
(dokumen pribadi)


Si anak angsa yang rencananya mau ikut gabung dalam obrolan singkat tadi itu malah pergi meninggalkan kawanan anak angsa. Mungkin kecewa dan merasa diperminkan.

Angdo: “kok dia malah pergi ya?”

Angpek: “yaa mungkin gara-gara kesal kita candain kayak gitu..”

Anggo: “kita kan Cuma bercanda doang..”

Angcik: “yaaa tapi kan kadang tak semua bisa bercanda dengan baik. Banyak loh yang sensitive..”

Anggo: “ouh.. kita gak tahu sih..”

Angdo: “ya apa boleh buat.. paling ngambeknya Cuma bentar kok. Nanti bakal baikan lagi”

Angcik: “dari sini kita harus sama-sama belajar.. belajar memahami sesama. Setiap yang diciptakan ke dunia ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Satu kepala satu kepribadian. Dengan kita memahami yang lain maka akan terjalin hubungan yang harmonis..”


-------------------------------------------


(dokumen pribadi)
(dokumen pribadi)


Lagi-lagi obrolannya terhenti sejenak. Ada seorang ibu manusia yang datang mendekat.

Anggo: “lari.. lari semuanya..”

angcik: “lari?”

Ada yang terlihat agak panik ada juga yang menanggapinya santai.

Angcik: “kenapa harus lari? Apa alasannya?”

Angpek: “itu kan manusia..”

Angcik: “emang.. trus gw harus bilang loncat dari pohon kelapa buat bilang wow gitu? Gak gitu-gitu juga kale.. apa yang harus kita takutkan pada manusia?”

Anggo: “katanya manusia itu jahat loh.. manusia selalu mencelakakan kita umat angsa”.

Angcik: “buktinya? Kamu udah pernah liat?”

Anggo: “belum sih..”

Angcik: “lalu kamu tau dari siapa?”

Anggo: “katanya sih kayak gituu..”

Angcik: “ya.. Cuma katanya.. katanya itu kata sapa dulu.. jangan asal terbawa opini yang belum kamu pahami dengan baik. Karena hal itu hanya bisa menyesatkan pemahamanmu..”

Angdo: “kamu kok bisa bilang kayak gitu?

Angcik: “ya dong.. sebenarnya manusia itu pada dasarnya baik. Fitrahnya adalah mencintai kebenaran dan suka pada kasih sayang. Kalo liat manusia ada yang jahat, ketika itu dia lupa bahwa ia adalah manusia..”

Semua angsa: “oh, gitu ya.. fokelah kalo begitu.. eh salah.. pilkada dki kan dah selesei.. OKE lah kalo begitu..”


-------------------------------------------


(dokumen pribadi)
(dokumen pribadi)


Angsana: “apa yang kamu pikirkan?”

Angsono: “aku gak mikirin apa-apa..”

Angsana: “loh, kok kelihatannya kamu bengong?”

Angsono: “oh, aku lagi mikirin masa depanku..”

Angsana: “emangnya ada apa dengan masa depanmu? Ada yang salah?”

Angsono: “aku hanya takut untuk membayangkan masa depanku itu seperti apa.. aku sudah punya banyak harapan dan cita-cita. Kadang mungkin harapanku itu terlalu tinggi. Mungkin aku tak kan bisa meraihnya. Namun ada yang bilang. Bermimpilah selagi mimpi itu positif..”

Angsana: “ya udah.. lanjutkan mimpinya..”

Angsono: “masa depanku terlalu misteri. Teralu dini untuk dibayangkan. Tuhan memang sudah menuliskan takdir kita masing-masing itu seperti apa..”

Angsana: “ya udah.. berdoa aja yang terbaik ya..”

Angsono: “iya.. so pasti..”

Angsana: “oh ya. Jangan lupa.. usahanya juga harus ekstra.. doa tanpa usaha sama saja hasilnya boong..”


-------------------------------------------



(dokumen pribadi)
(dokumen pribadi)


Lain ekor angsa, lain juga kebiasaannya.. misalkan saja tuh ada angsa yang suka gombal. Yuk kita simak gombalannya.. kali aja bisa bikin kita ketawa..

Angso: “hai.. “

Angsi: “hai juga..”

Angso: “kamu angsa ya?”

Angsi: “yaelah!! Dah tau nanya..”

Angso: “kamu tau gak, kenapa kamu jadi angsa?”

Angsi: “karna aku lahir dari telur angsa.. kalo aku lahirnya dari rahim kambing beda lagi kejadiannya..”

Angso: “salah.. bukan itu jawabannya..”

Angsi: “trus?”

Angso: “kamu jadi angsa supaya kamu bisa berenang bersamaku.. kalo kamu jadi kambing kan bau.. karna gak suka berenang.. maka bersyukurlah karena kita tercipta sebagai sepasang angsa dengan cinta suci ini..”

Angsi: “helloo.. pliss deh.. kapan kita jadian?”

Angso: “mulai detik ini..”

Angsi: “aku mau gituh?”

Angso: “harus mau..”

Angsi: “maksa?”

Angso: “dikit.. hihihihiiih”


-------------------------------------------


(dokumen pribadi)
(dokumen pribadi)




Kita lanjut ke lain hal. Karena masih banyak nih angsa yang bertalenta unik. Angsa juga puitis loh.. mau tau buktinya? Simak puisi di bawah ini..

Judulnya,

Angso Duo

Bersyukurlah jadi angsa

Angsa itu beda

Bukan itik bukan burung

Angsa itu unggas yang unik

Kita punya paruh yang kuat

Paruh sebagai senjata diri

Kita punya suara nyaring

Untuk berkomunikasi dengan sesame angsa

Angsa juga ikon cinta

Pengantin minang bagai sepasang angsa

Angsa yang punya cinta sejati

Angsa yang baik angsa yang setia

Sepasang angsa untuk cinta

Namanya angso duo


-------------------------------------------


Bagus gak? Bagus kan.. angsa gito loh.. angsa gaul juga puitis..



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun