Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kebiasaan Fatal Siswa: Mudah Mengahafal Tapi Susah Memahami?

28 Maret 2012   06:55 Diperbarui: 23 April 2022   11:59 3338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Ketika di SMA para siswa pada umumnya sangat terbiasa dengan kegiatan menghafal. Kegiatan menghafal materi pelajaran adalah kegiatan wajib yang harus dilakukan oleh setiap siswa jika ingin mendapatkan nilai yang memuaskan ketika ada ulangan harian misalnya.

Siswa di sekolah SD, SMP hingga SMA memang dibiasakan seperti itu. materi pelajaran yang seabrek banyaknya. Setiap ulangan harian biasanya soal yang keluar tidak jauh-jauh dari materi pelajaran yang telah disampaikan. Sehingga hal tersebut membuat siswa berusaha untuk menghafal materi pelajaran yang disampaikan tersebut.

Maka ketika ada ulangan siswa tersebut akan mendapatkan nilai yang bagus. Apa yang tertulis di buku lebih kurang jawabannya hampir sama seperti yang ada dibuku pelajaran.

Banyak siswa yang memperoleh nilai bagus dengan metode belajar seperti itu. jika metode seperti itu dilakukan untuk semua mata pelajaran maka sudah pasti besar kemungkinan nilai-nilai mata pelajaran yang lain juga akan bagus. Hasilnya jika diakumulasi semua nilai tersebut maka akan menghantarkan siswa tersebut sebagai jawara di kelasnya.

Mungkin metode belajar seperti itu baik jika diterapkan di sekolah. Karena kebiasaan yang memang seperti itu adanya. Namun jika kebiasaan menghafal pelajaran itu terus dilakukan berkelanjutan maka akan berdampak pada cara siswa tersebut memahami materi pelajaran ketika di perguruan tinggi.

Setelah di perguruan tinggi barulah akan terasa dampak dari metode mengahafal pelajaran. Siswa tersebut akan kesulitan dalam memahami materi. Karena materi yang disampaikan terkadang tidak persis dengan yang ada di modul atau hand out. Sehingga butuh pemahaman dalam menguasai materi perkuliahan tersebut.

Dampak yang juga terasa adalah kesulitan siswa tersebut dalam menyampaikan argumentasinya sendiri. Ia akan susah dalam berargumntasi menurut pemahamannya sendiri. Karena selama ini argumen yang ia sampaikan buah dari hasilnya menghafal materi pelajaran. Ia akan susah untuk mengeluarkan ide-ide dan pemikirannya. Karena menang tidak terbiasa.


[caption id="attachment_171356" align="alignright" width="300" caption="ilustrasi (kiceritasidita.blogspot)"]

13329175301325723815
13329175301325723815
[/caption]

Mungkin itulah yang sedikit saya alami saat ini. dulu ketika di SMA saya pada umumnya menerapkan metode belajar menghafal. Catatan saya lengkap. Ketika ada ulangan nilai saya pasti memuaskan. Sehingga hasilnya memang, saya menjadi juara kelas.

Namun setelah di perguruan tinggi barulah saya sadari metode belajar seperti itu tidaklah baik. Di perguruan tinggi mahasiswa dituntut aktif dalam mengikuti perkuliahan. Aktif mengikuti presentasi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Aktif dalam kegiatan diskusi dengan mengutarakan berbagai pendapat dan argumentasi.

Memang mahasiswa akan mudah dalam melakukan itu semua jika banyak membaca. Berteman dengan yang namanya buku. Namun disini buku tidak lagi untuk dihafal namun untuk dipahami. Buku dalam perkuliahan tidak hanya satu dua atau beberapa tapi banyak jumlahnya. Maka tidak mungkin untuk dihafal isi buku tersebut satu per satu. Tapi harus dipahami.

Menghafal hanya tinggal sementara di otak. Materi yang dihafal itu hanya akan teringat ketika ada ulangan harian. Menghafal orientasinya untuk mengejar nilai. Agar memperoleh nilai yang bagus. Sedangkan jika pelajaran itu dipahami, ia akan lama tinggal di otak. Cukup lama tersimpan.

Metode belajar menghafal dan memahami memang sama-sama berorientasi dalam perolehan nilai. Namun tingkat keteringatan materi pelajaran tersebut akan jauh berbeda.

Maka untuk para siswa di sekolahan ubahlah cara belajar yang seperti itu. belajarlah dengan cara memahami bukan dihafal. Karena itu akan sangat membantu kalian ketika telah melanjutkan studi di perguruan tinggi nantinya.

Untuk para orangtua dan para pendidik biasakanlah siswa untuk memahami pelajaran yang disampaikan. Ajarkan peserta didik untuk membiaskan diri memahami materi dengan menghubungkannya dengan konteks realitas disekitarnya. Pendidik bisa mengubah metode belajar dengan cara mengubah pola pembelajaran. Dibiasakan aktif dalam diskusi-diskusi kecil. Dibiasakan untuk menyampaikan argumentasi menurut pemahamannya sendiri. Intinya peserta didik secara berangsur-angsur akan lebih memahami konteks yang ada. Menghubungkan dengan materi pelajara yang disampaikan di kelas.

 Bagi yang sudah terbiasa dengan kegiatan menghafal ini maka beralihlah secara perlahan ke metode belajar memahami. Jika belajar memahami, satu buku bisa dipahami dalam waktu yang singkat namun lama nempelnya di otak. Pemahaman yang didapat itu tidak harus selalu seperti yang tertulis di teks namun lebih ditekankan pada penjabaran dari pemahaman teks tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun