Sebagaimana yang kita tahu, manusia adalah makhluk biasa alias tidak sempurna. Tidak ada manusia sempurna yang diciptakan tuhan bahkan nabi sekalipun. Manusia itu banyak memiliki keterbatasan dari berbagai segi. Jika manusia itu sempurna, mungkin saja ia bisa disebut manusia super seperti terlihat pada tokoh-tokoh super hero ala fantasi holywood. Tapi hidup di dunia ini bukan fantasi melainkan sangat nyata sekali.
Oleh karena manusia itu memang sengaja diciptakan sebagai makhluk biasa, maka itulah alasan mengapa ada manusia yang tidak sempurna dari segi fisik. Dari sekian banyak manusia yang lahir ke dunia ini, sebagian mereka harus lahir dengan kondisi tubuh yang tidak sempurna. Dan mereka ini disebut dengan istilah penyandang disabilitas atau juga bisa dipanggil kaum difabel.
Apakah di lingkungan sekitar anda menemukan atau berinteraksi secara dekat dengan kaum difabel? Beberapa diantara kita mungkin akan menjawab iya. Tanpa kita mungkiri, kita hidup bersama dengan para difabel. Mereka itu sama dengan kita yang terlihat normal. Yang membedakan hanyalah keterbatasan fisik.
Warga difabel juga merupakan ciptaan tuhan yang punya potensi mengembangkan kemampuan sehingga perlu ada persamaan hak dan kesempatan bagi mereka. Upaya menciptakan kesetaraan bagi warga difabel lewat pemberian kesempatan yang sama, pembangunan atau penyediaan berbagai sarana di gedung dan yang lingkungan yang intinya melancakan kegiatan mereka.
Keterbatasan bukan sesuatu yang boleh membuat pihak lain memperlakukan kaum difabel secara berbeda. Sebagai kelompok kaum dengan keterbatasan fisik tertentu, tidak selayaknya kaum difabel mendapat perlakukan diskriminasi. Mereka berhak memperoleh hak yang sama warga non difabel.
Namun, harapan demikian memang masih belum bisa untuk dilaksanakan secara baik. Fasilitas dan sarana prasarana bagi warga difabel masih kurang dari perhatian. Masih banyak fasilitas publik yang belum ramah terhadap warga difabel. Kebanyakan dari kita yang normal suka menyepelekan mereka. Itu semua lantaran kita tidak merasakan apa yang mereka alami.
Kemampuan yang dimiliki warga difabel tidak kalah dengan yang dimiliki non difabel. Intensitas warga difabel dalam bergerak maupun beraktifitas di luar ruangan bahkan menyamai dengan yang non difabel. Untuk menunjang aktifitas yang kita lakukan, kita tentu butuh kendaraan. Sama halnya dengan warga non difabel, warga difabel juga membutuhkan kendaraan. Kondisi fisik kendaraan yang saat ini beredar di pasaran belum ada yang diproduksi secara khusus bagi warga difabel.
Namun keterbatasan bukanlah akhir dari segalanya. Dengan kemampuan yang sama dengan yang dimiliki oleh non difabel, mereka mampu survive. Kadang tuhan memberikan kita kekurangan atau keterbatasan agar kita mampu keluar dari zona tersebut dengan memanfaatkan otak yang telah dititipkan tuhan kepada setiap manusia. Itulah gunanya otak yang diberikan tuhan agar kita bisa berpikir mencari jalan solusi terhadap segala sesuatu yang menghalang di depan kita.
Itulah yang dibuktikan oleh salah seorang teman saya yang kebetulan bisa dikategorikan warga difabel. Secara keseluruhan tidak ada yang membedakan kita dengannya. Bahkan ia sangat pintar dan hebat dalam hal komunikasi. Hanya saja karena suatu alasan, ia terpaksa harus mendapati kakinya tidak berfungsi secara normal. Jika berjalan, pergerakannya tidak normal dan tidak biasa. Sedangkan dengan segudang aktifitas yang ia jalani, tentu dengan adanya kendaraan akan sangat mempermudah dan menunjang segala aktifitas tersebut.
Oleh karena itu, sepeda motor yang ia miliki kemudian dirombak untuk memberinya kemudahan. Sepeda motornya jenisnya sepeda motor matic jadi tidak perlu memindahkan gigi yang normalnya dilakukan menggunakan kaki. Maka sepeda motor tersebut dimodifikasi menjadi sepeda motor roda tiga. Cara itu akan membuat si pengguna lebih nyaman dalam mengendarai dan tidak takut jatuh ketika dalam posisi berhenti.
Perombakan atau modifikasi terutama dilakukan pada bagian depan sepeda motor. Jika biasanya kita menemukan kendaraan roda dua yang dirombak menjadi kendaraan roda tiga, rodanya ditambah pada posisi bagian belakang. Seperti sepeda roda tiga untuk anak balita. Maka sepeda motor teman saya ini tambahan rodanya ada di bagian depan. Hal itu malah membuat sepeda motornya jadi terlihat unik dan menarik.
Bahkan mungkin bagi sebagian orang yang baru pertama sekali melihat sepeda motornya akan beranggapan bahwa modifikasi seperti itu biasa dilakukan oleh anak muda yang memang doyan dalam memodifikasi kendaran mereka. Padahal teman saya ini sudah berkepala tiga alias sudah beristri dan memiliki satu orang anak.
Dengan hasil modifikasi seperti itu, tampilan sepeda motornya juga malah terlihat keren dan macho. Hasil tampilan motornya menjadi jauh dari kesan keterbatasan. Kalau dikendarai oleh orang biasa di jalanan, pengendara lain akan melirik motor tersebut sebagai buah dari hasil kreatifitas. Jarang yang akan berpikir itu sepeda motor difabel jika yang mengendarai non difabel.
Dengan modifikasi yang telah dilakukan, hasilnya teman saya menjadi semakin mudah dalam beraktifitas. Sepeda motor modifikasi ini sangat menunjang aktifitas luar ruangnya yang sangat sibuk. Sejak dimodifikasi hingga kini, keberadaan sepeda motor ini bagaikan kursi roda bagi penyandang difabel lain yang kiranya mengalami kelumpuhan. Kini, ia mampu pergi kemanapun yang hendak ia singgahi.
Begitulah ia membuktikan kepada kita semua bahwa dengan keterbatasan yang ia miliki, ia tetap bisa bergerak dengan leluasa. Saya salut dengannya dan juga dengan teman-teman difabel lainnya yang memiliki jiwa pantang mundur tidak mudah menyerah dengan kondisi keterbatasan yang mereka alami. Para warga difabel ini memang rata-rata memiliki sifat seperti itu. Mereka tidak mau pasrah begitu saja dengan kondisi yang dialami. Mereka sama sekali tidak cengeng apalagi manja.
Dengan sifat pantang menyerah dan tidak cepat pasrah dengan keterbatasan yang dialami warga difabel tersebut, selayaknya mampu memberikan dorongan bagi yang non difabel untuk lebih menunjukkan kemampuan yang dimiliki karena dari segi fisik sudah sangat dimudahkan. Warga difabel saja bisa survive atau berjuang menghadapi rintangan, itu berarti tak ada alasan bagi yang non difabel untuk tidak berjuang terlebih dahulu.
Disamping itu, warga difabel tentu tidak mampu berjuang sendiri tanpa ada bantuan dari yang non difabel. Contohnya, seperti yang telah diceritakan diatas bahwa sepeda motor itu tentu merupakan hasil modifikasi dengan meminta bantuan teknisi atau montir yang notabene non difabel. Kita non difabel yang punya kemampuan di bidang otomotif bisa membantu merancang kendaraan bermotor yang ramah bagi warga difabel.
Kalau sudah hal diatas yang terjadi, maka sudah tidak ada lagi yang membedakan antara difabel dengan yang non difabel. Tidak ada lagi alasan yang membuat kita bersikap membeda-bedakan hanya karena alasan fisik yang tidak sama. Karena warga difabel juga menyimpan kreatifitas yang tidak terbatas. Kreatifitas adalah buah hasil dari jalan solusi untuk mencapai sesuatu yang lebih baik lagi. Bukankah untuk mampu bertahan hidup di dunia ini kita dituntut untuk memiliki jiwa kreatif?
Salam disabilitas…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H