Hal ini kemudian membuat rakyat dan santri melakukan perlawanan sengit dalam pertempuran di Surabaya. Banyak santri dan massa yang masih aktif terlihat dalam pertempuran tersebut, dalam perlawanan atau pertempuran tersebut semangat pemuda surabaya, para santri dan bung tomo membuat pemimpin sekutu yait brigadir jendral A.W.S Mallaby tewas dalam pertempuran yang berlangsung pada tanggal 27 oktober hingga 29 oktober 1945.
Dengan adanya berita kematian jendral atau pemimpin sekutu tersebut hal itulah yang menjadi penyebab pertempuran 10 November 1945 yang melibatkan Bung tomo, para kyai kyai dan para  santri yang dipimpin oleh KH Wahid Hasyim serta para rakyat dan pemuda surabaya dan dari pertempuran tersebut lahirlah Hari Pahlawan yaitu yang jatuh pada tanggal 10 November 1945.
Orang-orang Pesantren yang mulanya bertujuan untuk belajar ilmu agama, dalam perkembangannya diajarkan nilai-nilai nasionalisme untuk berkhidmat kepada bangsa dan negara. Karena itulah, persantren kemudian menjadi wadah untuk melatih kesadaran kolektif untuk membangun cita-cita persatuan umat dan kemerdekaan bangsa Indonesia. Resolusi Jihad NU lantas melahirkan spirit perlawanan yang menggerakkan semangat "kaum bersarung" untuk terjun berpartisipasi angkat senjata melawan penjajah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H