Mohon tunggu...
Akbar Hidayat
Akbar Hidayat Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tahun-tahun Cahaya, Kado PLN

22 Oktober 2016   08:13 Diperbarui: 22 Oktober 2016   09:21 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun ini adalah tahun ke-71 Hari Listrik Nasional, dimana PT. PLN (Persero) menjadi punggung penapak sejarah penerang bumi Nusantara. PLN telah menorehkan segenap harapan dalam mewujudkan Indonesia sebagai Negara yang bebas dari krisis listrik. Ragam industri dan perusahaan-perusahaan ternama, badan usaha masarakat, lalu lintas jalan, rumah-rumah, sekolah serta perguruan tinggi dan masih banyak lagi lini kehidupan manusia yang sampai saat ini mengandalkan sumber daya listrik. Realitas abad modern menuntun pada keadaan bahwa listrik telah menjadi kebutuhan mendasar bagi seluruh masyarakat Dunia, membuat sang listrik pantas mendapat predikat sebagai wakil matahari.

PLN merupakan perusahaan yang cukup produktif dalam kontribusi sosialnya untuk masyarakat, namun juga menjadi nama yang sangat sedikit disebut pada level lembaga paling berjasa. Konyolnya, PLN akan tiba-tiba diingat oleh masyarakat saat listrik padam disertai dengan barisan kalimat berkonotasi mencaci. Kondisi ini terjadi hampir disemua lapisan masyarakat, dari masyarakat paling bawah hingga yang berpendidikan memadai. Kekesalan tentu saja ditumpahkan ketika acara keluarga ataupun pekerjaan yang harus segera diselesaikan terpaksa mengalami hambatan karena masalah listrik padam. Tidak terkecuali saya, juga turut melakukan hal serupa sebelum memahami keberadaan PLN secara komprehensip yang akhirnya membawa saya untuk menjadi bagian dari PLN sebagai rekanan kerja (Vendor) di PT  PLN Area Gorontalo .

Perlahan-lahan setelah saya menjadi bagian dari PLN mengakui apa yang seharusnya disadari oleh semua orang, bahwa PLN bukanlah instansi pencari panggung ketenaran, bahwa PLN tidaklah terlihat sebagai perusahaan dengan wajah pamrih, bahwa PLN telah menjadi interpretasi ketulusan untuk membuat negeri memiliki peluang besar mewujudkan keadilan sosial yang sakral tertulis dalam butir Pancasila, dan juga bahwa yang perlu dilakukan bukan hanya tentang cara merubah paradigma memandang dunia, tapi juga dari keterbatasan cara menilai peran listrik untuk kesejahteraan masyarakat.

Ini bukanlah ulasan maupun argumentasi anti kritik untuk PLN, namun sedikit menjelaskan bahwa kritik yang tidak memiliki muatan edukatif cenderung menjadikan rasio melemah, yang juga memelihara keterbelakangan berfikir masyarakat. Sebab pada dasarnya hal-hal kecil dan sederhana perlu diperhatikan untuk menata visi yang lebih besar.

Listrik membawa negeri ini melintasi tahun tahun yang penuh cahaya kesejahteraan. Dihari listrik nasional, sepantasnya PLN mendapat hadiah besar dari masyarakat. Namun kenyataannya justru PLN yang terus menberi kado tidak ternilai lewat terangnya yang memenuhi persada ibu pertiwi. Upaya dalam memberikan pelayanan berupa akses listrik sebagai kebutuhan masyarakat terus dilakukan walaupun pada prakteknya memang bukan pekerjaan yang mudah. Suka duka pekerja pun telah menjadi wacana umum di lingkungan PLN, yang dibeberapa sentuhan ceritanya menjadi guyonan saat makan siang tiba. Tentu saja kejadian seperti gugatan atas dalih tagihan yang tiba tiba meledak tanpa sebab, amukan masyarakat saat hajatan harus tertunda karena alasan kesalahfahaman informasi pemadaman listrik, demonstrasi massa dan berbagai kejadian yang terus menyalahkan PLN.

Peristiwa-peristiwa tersebut sangat umum terjadi, tetapi tidak membuat kobaran sumbangsih jasa PLN lantas meredup, justru memperkuat kenyataan bahwa kehadiran PLN telah menjadi manisfestasi atas perjuangan, ketabahan dan kerja sama seluruh personel PLN dalam mendedikasikan abdinya untuk menyambung aliran listrik lewat potongan potongan kawat yang gagah membelah langit, melewati gunung, lembah, pelosok, hingga kota kota yang dibanjiri penduduk.

Rantai fakta ini adalah wujud bahwa listrik telah menjadi penerang dan penunjang sebagian besar aktifitas umat manusia. Saya dengan segenap nurani mengerti, mengalami, hingga menyaksikan bahwa “Kerja Nyata Terangi Negeri” bukan hanya menjadi slogan kosong tanpa nilai, melainkan gagasan inspiratif yang menggugah untuk memahami betapa PLN telah menjadi pelindung bagi simbol-simbol kecerdasan.

Selamat Hari Listrik Nasional.

Akbar Hidayat Husain

BILLMAN 

PLN Area Gorontalo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun