Lokasi                : SMA NEGERI 14 MALINAU
Lingkup Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Sasaran              : Peserta Didik Kelas XII MIPA 1 SMA NEGERI 14 MALINAU Tahun Ajaran 2022-2023
Tujuan yang ingin dicapai:
Peserta didik memiliki kemampuan menulis (writing skill) yang lebih baik pada mata pelajaran Bahasa Inggris, setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Saintifik-TPACK model Problem-Based Learning menggunakan metode  Think-Pair-Share berbantuan media YouTube.
Penulis  : Akbar Ginandar, S. Pd.
Tanggal: 17 November 2022
SITUASI:
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah adalah:
Setelah dilakukan pengamatan terhadap hasil belajar peserta didik yang menunjukkan rendahnya kemampuan menulis (writing skill) peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Inggris, maka penulis melakukan kajian literasi hasil penelitian yang relevan dan terpercaya, serta melakukan wawancara kepada pakar dan guru Bahasa Inggris untuk mengetahui akar penyebab masalah rendahnya kemampuan menulis (writing skill) peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Dari hasil kajian literasi dan wawancara maka dapat disimpulkan beberapa akar penyebab masalah, yaitu:
- Model pembelajaran yang belum menerapkan model-model pembelajaran inovatif, rangkaian kegiatan pembelajaran di kelas bersifat teacher-centered yang monoton menyebabkan peserta didik menjadi pasif dan kurang melatih kemampuan menulisnya (writing skill)
- Teknik ceramah yang dilakukan oleh guru membantu peserta didik memahami materi ajar namun kurang efektif dalam memberikan waktu kepada peserta didik untuk aktualisasi dan mempraktekkan kemampuan menulisnya (writing skill)
- Media pembelajaran yang masih konvensional dan kurang interaktif belum mampu meningkatkan motivasi belajar dan rasa ingin tahu peserta didik era Abad 21.Â
Praktik Baik (Best Practice) ini menjadi penting untuk dibagikan karena permasalahan yang dihadapi penulis juga menjadi masalah bagi guru/pengajar di banyak sekolah-sekolah maupun di lembaga pendidikan non-formal.
Sehingga penulis membagikan pengalaman Best Practice ini untuk bisa menjadi salah satu alternatif solusi kepada insan pendidik dimanapun yang mengalami pemasalahan yang sama, meskipun dengan situasi dan kondisi yang berbeda di tiap tempat, namun penulis berpendapat bahwa penerapan model dan metode pembelajaran yang inovatif dengan pendekatan berbasis Saintifik-TPACK dengan mengangkat topik terkini yang berkaitan erat dengan kehidupan peserta didik, dapat menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi menarik dan mampu mengatasi beberapa permasalahan dalam kegiatan belajar-mengajar.
Selain itu, model dan metode pembelajaran yang bervariatif mampu menciptakan suasana belajar menjadi lebih interaktif, media pembelajaran yang berbasis teknologi dan lebih inovatif sehingga menarik perhatian dan konsentrasi peserta didik, rangkaian kegiatan pembelajaran menjadi lebih terstruktur dan pembelajaran berpusat pada keaktifan peserta didik dan pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Yang menjadi peran dan tanggung jawab penulis sebagai seorang guru, tentunya adalah menyiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan agar siap dalam menghadapi perkembangan abad 21. Membekali peserta didik dengan keterampilan-keterampilan dalam Bahasa Inggris dan kemampuan berpikir kritis yang baik, kemampuan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan teknologi. Salah satu yang dapat dilakukan yaitu dengan memfasilitasi peserta didik untuk dapat mencapai komponen-komponen tersebut dalam setiap langkah proses pembelajaran di kelas, oleh karena itu guru sangat berperan penting untuk mendesain pembelajaran yang kreatif, inovatif, menantang dan menyenangkan menggunakan model, metode, dan media pembelajaran yang tepat dan inovatif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif.
TANTANGAN
Dalam mengaplikasikan pembelajaran dengan pendekatan Saintifik-TPACK model Problem-Based Learning menggunakan metode Think-Pair-Share berbantuan media YouTube di sekolah tempat penulis melaksanakannya, tentu saja ada tantangan yang dapat mempengaruhi tercapainya hasil yang maksimal dari pembelajaran ini, oleh karena itu penulis melakukan kajian literatur dan wawancara kepada ahli serta guru Bahasa Inggris di sekolah untuk mengidentifikasi tantangan dalam pelaksanaannya, adapun tantangan yang telah diidentifikasi antara lain:
- Pemahaman dan pengalaman guru dalam mengaplikasikan model-model pembelajaran inovatif yang masih minim.
- Peserta didik terbiasa dengan model pembelajaran konvensional (teacher centered) sehingga perlu beberapa adaptasi bagi peserta didik untuk mampu mengikuti setiap rangkaian kegiatan pembelajaran model Problem-Based Learning secara maksimal.
- Guru harus mampu menentukan topik yang aktual, menarik bagi peserta didik dan erat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik agar peserta didik termotivasi dan berperan aktif dalam diskusi pemecahan masalah dalam rangakaian model Problem-Based Learning.
- Dengan penggunaan media ajar berbasis teknologi seperti LCD proyektor, Power Point, Google Form dan YouTube maka guru dituntut harus menguasai teknologi dan mampu menerapkan TPACK dengan baik
AKSI
Langkah awal yang dilakukan penulis adalah menentukan beberapa alternatif solusi dengan melakukan kajian literatur dan wawancara kepada ahli dan guru Bahasa Inggris untuk menentukan alternatif solusi berdasarkan tantangan yang ada. Berikut adalah beberapa alternatif solusi yang dapat disimpulkan:
- Guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran dengan konteks permasalahan tentang isu faktual dan erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari peserta didik agar peserta didik mengalami proses pemecahan masalah dalam berbagai situasi sehingga peserta didik terpacu untuk mengasah keterampilannya secara maksimal.
- Guru sebaiknya menggunakan teknik/strategi yang berfokus untuk meningkatkan keterampilan menulis (writing skill) peserta didik dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris di kelas.
- Guru sebaiknya memberikan pembiasaan terhadap permasalahan-permasalahan non-rutin dalam bentuk soal-soal tipe HOTS agar peserta didik terbiasa dan bisa memahami langkah-langkah penyelesaian dan menyelesaikan soal HOTS dengan benar.
- Guru sebaiknya memberikan tugas/evaluasi kepada peserta didik untuk menyajikan hasil diskusi kelompok dan solusi dalam bentuk essay (written form) menggunakan teknik yang menarik agar peserta didik antusias dalam menyajikan hasil diskusi kelompok dan solusi mereka, serta peserta didik lainnya diberikan kesempatan untuk menuliskan tanggapan hasil diskusi kelompok lain untuk melatih kemampuan menulis (writing skill) mereka.
- Guru sebaiknya menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi terkini yang menarik dan mampu meningkatkan rasa ingin tahu serta motivasi belajar peserta didik.
- Guru sebaiknya menggunakan LKPD berbasis masalah sehari-hari untuk melatihkan rasa percaya diri, ulet, tekun, tanggung jawab, dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah kepada peserta didik.
Langkah kedua yang dilakukan oleh penulis adalah menentukan solusi yang relevan, dalam hal ini penulis kembali melakukan kajian literatur dan wawancara ahli serta guru Bahasa Inggris untuk menentukan solusi yang relevan, yaitu dengan menentukan model pembelajaran, strategi atau teknik pembelajaran serta media pembelajaran apa yang sesuai dengan masalah dan tantangan yang ada. Dan sebagai hasil dari kajian literatur dan wawancara ahli serta guru bahasa Inggris maka penulis menetapkan solusi yang relevan untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan menulis (writing skill) peserta didik pada mata pelajaran bahasa Inggris adalah melakukan pembelajaran dengan pendekatan Saintifik-TPACK model Problem-Based Learning menggunakan metode Think-Pair-Share berbantuan media YouTube sebagai media pembelajaran.Â
Problem-Based Learning (PBL) dipilih karena merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses pemecahan masalah dengan tahap-tahap metode ilmiah sehingga diharapkan peserta didik mendapatkan pengetahuan tentang berbagai masalah yang terjadi di kehidupan nyata dalam upaya menciptakan suatu pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Tahapan-tahapan yang ada dalam model PBL pun dapat memfasilitasi peserta didik untuk melatih keterampilan berpikir kritisnya, karena permasalahan-permasalahan yang disajikan dalam tahap orientasi masalah berkaitan dengan permasalahan sehari-hari. Lalu peserta didik akan bekerja secara berkelompok untuk melakukan penyelidikan dalam memecahkan permasalahan yang ada. Pada tahap ini kemampuan 4C dilatihkan dimulai dari kolaborasi ketika bekerja secara berkelompok, berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang ada, hingga kemampuan komunikasi pada saat menyajikan hasil karya diskusi kelompok di depan kelas.Â
Berkenaan dengan strategi pemecahan masalah, maka dibutuhkan pula suatu metode khusus untuk melatih keterampilan menulis (writing skill) peserta didik. Penulis memilih metode Think-Pair-Share sebagai metode pembelajaran digunakan untuk melatih keterampilan tersebut disebabkan metode ini cocok digunakan untuk tugas yang sederhana, memberikan lebih kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, interaksi antar pasangan lebih mudah dan lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya sehingga kemampuan menulis peserta didik dalam mengembangkan ide penulisan dan menerapkan struktur penulisan yang lebih baik.
Langkah berikutnya adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan model Problem-Based Learning, dan pada kegiatan inti yaitu sintak ketiga PBL, penulis membimbing peserta didik membuat dialog dengan beberapa peran sehingga pada sintak ketiga PBL, peserta didik akan menyelidiki suatu masalah dengan menerapkan metode Think-Pair-Share.
Langkah keempat adalah mempersiapkan media teknologi dalam pembelajaran. Strategi yang dilakukan dalam menggunakan media dan teknologi dalam proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan media interaktif yang dapat menarik minat peserta didik untuk memiliki pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
Langkah kelima adalah penulis melaksanakan aksi pembelajaran di kelas dengan menerapkan pembelajaran pendekatan Saintifik-TPACK model Problem-Based Learning menggunakan metode Think-Pair-Share berbantuan media YouTube sebagai media pembelajaran. Dalam proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru telah melakukan beberapa tahapan untuk mengatasi permasalahan yang telah dijabarkan pada penjelasan tentang tantangan, tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
- Dalam kegiatan motivasi, guru menampilkan video terkait isu faktual yang dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar peserta didik. Pada tahapan ini juga, guru menjelaskan tentang rangkaian pembelajaran kepada peserta didik agar peserta didik dapat memahami dan mampu mengikuti proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran inovatif dengan baik.
- Dalam tahapan pre-test guru menggunakan Google Form (Web-Based Test) agar peserta didik dapat mahir memanfaatkan teknologi.
- Guru telah menyiapkan topik yang aktual, menarik dan erat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, agar peserta didik termotivasi dan berperan aktif dalam diskusi pemecahan masalah dalam rangakaian model Problem-Based Learning.
- Dalam tahapan penyelidikan masalah ketika diskusi kelompok, peserta didik melaksanakan pembelajaran dengan berbantuan teknologi yaitu menggunakan smartphone untuk mengumpulkan data yang relevan sesuai dengan topik permasalahan dan berdiskusi menentukan solusi yang tepat. Kemudian peserta didik memanfaatkan data hasil penyelidikan dalam diskusi menerapkan langkah Think-Pair-Share sebagai berikut:
-Peserta didik dibagi dalam kelompok berempat dan setiap kelompok diberikan LKPD oleh guru.
-Setiap peserta didik memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
-Peserta didik berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.
-Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Peserta didik mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil   kerjanya kepada kelompok berempat (Lie, 2004: 58). - Dalam tahapan evaluasi pembelajaran, peserta didik juga menggunakan Google Form (Web-Based Test) sebagai bentuk pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran, begitupun dengan kegiatan refleksi pembelajaran.
REFLEKSI HASIL DAN DAMPAK
Dampak dari aksi dan langkah-langkah yang telah dilakukan yaitu hasil yang dirasakan sangat positif. Hal ini dapat dilihat dari:
- Pemilihan model pembelajaran inovatif dengan pendekatan saintifik-TPACK model Problem-Based Learning menggunakan metode Think-Pair-Share berbantuan media YouTube dan aktifitas pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan menulis (writing skill) peserta didik yang dibuktikan dari hasil penilaian karya tulis peserta didik yang lebih baik dari segi pengembangan ide penulisan dan struktur penulisan, hal ini disebabkan saat peserta didik melakukan penyelidikan masalah menggunakan metode Think-Pair-Share, peserta didik antusias dalam berdiskusi sehingga menambah wawasan dan sudut pandang peserta didik yang membantu mereka dalam penulisan hasil karyanya.
- Peserta didik menjadi lebih termotivasi, aktif dan berpartisipasi lebih selama proses pembelajaran. Hal ini terlihat selama tahapan demi tahapan proses pembelajaran, peserta didik antusias untuk mengumpulkan data, berdiskusi memecahkan permasalahan yang menjadi topik pembelajaran, hingga mempresentasikan hasil diskusi/karya mereka.
Dari kedua indikator tersebut di atas, penulis berpendapat pembelajaran inovatif dengan pendekatan saintifik-TPACK model Problem-Based Learning menggunakan metode Think-Pair-Share berbantuan media YouTube bisa diterapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis (writing skill) peserta didik dan juga bermanfaat untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi peran peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Faktor utama dari keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan adalah guru mengetahui dan melakukan langkah-langkah yang tepat untuk mengidentifikasi masalah, menentukan solusi yang relevan, menentukan model dan strategi pembelajaran yang tepat sesuai hasil pengamatannya, kajian literatur dan hasil wawancara dengan ahli dan kepada rekan sejawat guru Bahasa Inggris, dan tentu saja dukungan dari kepala sekolah, guru dan partisipasi aktif peserta didik turut menjadi faktor keberhasilan pembelajaran ini.
Pembelajaran yang penulis dapatkan dari keseluruhan proses yang telah dilakukan yaitu guru harus mau lebih dulu belajar dibanding peserta didik. Dalam hal ini belajar bagaimana memahami model-model pembelajaran inovatif yang dapat menyiapkan peserta didik agar siap pada zamannya nanti. Karena cara belajar yang kita dapatkan dulu tentu sudah tidak relevan lagi jika kita ajarkan kembali ke peserta didik kita di era abad 21 ini. Guru harus lebih kreatif dan inovatif memilih model dan media pembelajaran agar pembelajaran menjadi mudah, asik, seru, menantang dan menyenangkan sehingga dapat mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran yang nantinya berdampak pada peningkatan hasil belajarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H