tokoh politik yang memiliki pandangan jauh ke depan, visioner.
Haji Ichsan Yasin Limpo adalah sebuah nama besar di Sulawesi Selatan. Dikenal sebagai pengusaha, sekaligus lihai dalam bermain politik.  Ia punya  strategi politik mengalir seperti air. Setiap ada cela, ia berusaha untuk melaluinya. Cela itu adalah peluang. Ia punya hitungan dari setiap cela. Sehingga Ichsan salah satuKetika reformasi bergulir, awal Tahun 1998, Ichsan mengajak saya bertemu. Saya bersama Hasbi Lodang, rekan dari Aliansi Mahasiswa Pro Demokrasi (AMPD), menemuinya, di coffee shop, Hotel Sahid Makassar.
Ichsan memperkenalkan dirinya sebagai anak tentara. Ayahnya, H.M. Yasin Limpo, adalah tokoh militer dan sekaligus pendiri Golkar Sulsel. Aktif di Pramuka.Â
Menurut Ichsan, ayahnya senang melakukan diskusi dengan anak-anak muda. Makanya ia pun mengurusi Organisasi GM-FKPPI, sebagai Ketua di Sulsel. Organisasi ini beranggotakan Generasi Muda dari kalangan anak tentara.Yang membuat kami kagum, adalah cara Ichsan bercerita soal GM FKPPI yang dipimpinnya.Â
"Organisasi ini solid, dan punya komando organisasi seperti militer," katanya. Dia menginginkan organisasi yang dipimpinnya ini akrab dengan aktivis mahasiswa. Ia setuju jika mahasiswa menuntut dilaksanakan agenda reformasi. Alasannya jelas, Indonesia harus berubah menjadi negeri yang demokratis.Â
"Agenda demokratisasi, susah dibendung. Kita harus siap menjalaninya. Pemimpin yang tidak siap berdemokrasi, harus minggir. Kita yang harus mempersiapkan diri berdemokrasi dengan sistim politik yang demokratis," kata Ichsan berapi-api. Saya menyadari jika dia pemimpin yang berbakat. Tutur katanya sistematik dan ia punya bakat dan retorika.
Jujur, sebelum ngobrol di coffe shop Sahid itu, kami tak mengenal Ichsan. Justru kami akrab dan bersahabat dengan kakaknya, Dewi Yasin Limpo dan Syahrul Yasin Limpo, yang saat itu menjabat Bupati Gowa. Dari Dewi, kami sering mendengar cerita Ichsan, yang memiliki massa dan orangnya keras.
Kesan jika Ichsan seram berubah menjadi empati. Ichsan adalah sosok yang tegas. Jelas ia punya visi. Paling penting, ia mendukung agenda kami: demo menuntut reformasi.
Pemilu 1999, Ichsan memberitahu saya jika dirinya akan ikut menjadi Calon Legislatif melalui Partai Golkar. Ia ingin berjuang di DPRD Provinsi Sulsel mewakili demonstran.Â
Bersama A. Rudianto Asapa, Nasiruddin Pasigai, Mappinawang dan beberapa rekan aktivis Ornop lainnya seperti (Alhmarhumah) Â Zohra A.Baso, dan Almarhumah Cristiana Joseph, kami mendirikan Komite Independen Pemantau Pemilu di Sulsel. Saya salah satu anggota Presidium bersama Pak Rudi dan Nasiruddin Pasigai.
Saat itu Ichsan paham posisi kami dan mendorong kami harus independen. Tak boleh bersentuhan dengan politisi dalam menjaga integritas sebagai pemantau. Namun, ia menekankan bahwa hubungan persahabatan tak boleh putus karena pilihan politik yang beda. "Hari ini kita bersebelahan, besok lain cerita, kita bisa bekerja sama. Semua karena tujuan sama. Jika beda tujuan, persahabatan harus tetap terpelihara," kata Ichsan.
Setiap ada waktu luang, Ichsan sering mengajak saya ngopi, dan sekedar bertukar pikiran. Ia senang ngopi di Sahid. Atau kadang saya diundang ke rumahnya, di Jalan Hertasning. Kami ngobrol kadang hingga larut, di teras belakang rumahnya. Pertemuan saya dengan Pak Ichsan jarang diketahui oleh politisi. Ia menyebutnya pertemuan senyap atau rapat gelap!
Pemilu Tahun 1999, Ichsan terpilih sebagai Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan. Saya bekerja sebagai journalist, Pemred Tabloid Aliansi.
Saya mengamati Pak Ichsan dan kiprahnya sebagai Wakil Rakyat. Ia mendorong saya bersama Asdar Tukan membesut Tabloid Aliansi. Benar, Ichsan bersungguh-sungguh mewakili Demonstran di DPRD Sulsel.
Tabloid yang kami kelolah, ia manaje langsung dan mengarahkan untuk lebih profesional lagi. Saat itu Ichsan menjabat sebagai Anggota Komisi C DPRD Sulsel. Di Dewan ia sangat vocal. Analisanya tajam. Ia tak segan-mengeritik alokasi anggaran atau pendapatan yang sangat rendah. Bayangkan, Ichsan sangat berjasa menggenjot PAD Sulsel ketika itu. Ia dianggap rekan-rekannya di Komisi C, sebagai ahli menguliti anggran.
Saya semakin mengenal sosok Ichsan Yasin Limpo lebih dekat. Termasuk bagaimana ia mendidik anak-anaknya dan memelihara hubungan. Ada suatu hal yang paling berkesan. "Sesusah apapun hidupmu, rajinlah bersedekah. Ingat sedekahmu itu membuat Tuhan segera memudahkan susahmu! Jangan ragu kalau mau sedekah!" katanya suatu waktu.
Pernah juga suatu pagi, Ichsan datang ke tempat tinggal saya, di Jalan Malengkeri. Saat itu saya masih tidur. Ia menyetir sendiri mobilnya. Pagi itu ia meminta saya dibangunkan.
Setelah mandi dan menemuinya di ruang tamu, Pak Ichsan menegur saya dengan halus. "Akbar, jangan biasakan bangun kesiangan. Itu membuatmu malas. Ayo kita makan coto di sungguminasa!"
Saat itu saya jalan berdua Pak Ichsan, mengelilingi kota Sungguminasa.
Sebelumnya, Pak Ichsan mengikuti kontestasi Pilkada Takalar. Hasilnya, pemilihan bupati Takalar melalui DPRD itu, di luar dugaan kita kalah satu suara dari Ibrahim Rewa.
Berubahnya UU Pemilihan Kepala Daerah melalui pemilihan langsung menjadi spirit baru bagi politisi ketika itu. Pilkada Langsung akan dilakukan di beberapa daerah, salah satunya adalah Kabupaten Gowa, Tahun 2005.
Pak SYL sudah menjabat Wakil Gubernur Sulsel, dan Jabatan Bupati Gowa, dijabat oleh wakilnya, Hasbullah Jabbar - hingga periodenya usai.
Pak Ichsan meminta pendapat saya, soal Pilkada Gowa. Karena ini pemilihan langsung, strateginya adalah dekat dengan rakyat: agar dikenal, disukai dan dipercaya. Â Tentu saya setuju jika Pak IYL menyiapkan diri untuk maju di Pilkada Gowa.
Kami mampir ke Coto Sungguh. Makan Coto. Pak Ichsan akan mengumpulkan teman-teman di Gowa: Rahmansyah, Bangsawan Tutu, Sahar Sewang dan Cici, serta beberapa lagi sahabatnya di Gowa yang tak saya sebutkan, untuk membantu memulai sosialisasi nanti - dia akan maju. Dan, ia akan start dari titik nol - dikenal, disukai, dan dipercaya.
Pak Ichsan adalah pekerja politik yang ulet. Ia melakukan blusukan dari desa ke desa. Menemui tokoh-tokoh masyarakat dan memohon restunya.Â
Suatu hari, Pak Ichsan menelpon saya. Mengabarkan kalau ia memenangkan Pilkada Gowa. Saat itu. Saya Menyelamatinya. Pak Ichsan akan menjadi pemimpin.
Saya sering ngobrol Pak Ichsan di Ruko BPH, TK Bunayah. Tabloid Aliansi berkantor di Lantai II Ruko Milik Pak Ichsan itu. Di sela-sela waktu ia jeda kampanye, ia mengajarkan cara memenangkan Pilkada langsung. Strateginya, memang sangat efektif: selalu bersikap sopan dan rendah hati. Dekati semua orang, jadikan mereka teman atau sahabat. Nanti mereka akan membantu kita tanpa pamrih, karena mereka memperjuangkan teman atau sahabatnya. Bagi Pak Ichsan, jika kita sopan, setiap  orang yang berinteraksi, akan menyukai kita.
Intinya menjadi politisi dan menjadi demonstran itu beda. Seorang politisi harus lemah lembut, sedangkan demonstran bersikap garang.Â
Demonstran tak soal jika penampilannya urakan, misalnya gondrong dan seLengean, tapi politisi harus selalu rapi dan terlihat keren.
Dua periode, 2005 -- 2010 Â dan 2010 -- 2015, Pak Ichsan memangku Jabatan Bupati Gowa. Saya pun hijrah ke Maros dan bekerja sebagai Anggota DPRD sejak 2009 hingga 2019 (dua periode). Jarang kami bertemu, namun sering bersapa lewat telepon dan WA.
Begitulah. Banyak nilai yang saya petik dari Pak Ichsan. Beberapa fase dalam hidup saya, banyak bersentuhan dengan Pak Ichsan. Begitu juga ketika saya pertama kali menyentuh politik, semua karena dorongan Pak Ichsan, sekalipun berbeda bendera partai.
Pagi tadi, 30 Juli 2019, kabar duka dari Tokyo datang. Pak Ichsan Yasin Limpo, Pukul 07.30, waktu Tokyo, telah kembali ke Sang Pencipta. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Selamat jalan Pak Ichsan. Semoga Damai di Sisi Allah. Lahu Al Fatihah.
Tana Toraja, 30 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H