Mohon tunggu...
Akbar Endra
Akbar Endra Mohon Tunggu... Politisi - Penulis dan Politisi.

Mengamati sambil menulis yang penting diketahui dan didiskusikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ilmu Hikmah Usai Pilkada

28 Juni 2018   21:46 Diperbarui: 28 Juni 2018   22:40 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inilah hukum Alam Semesta. Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan: ada siang ada malam, ada panas ada dingin, ada sehat ada sakit, ada senang ada susah, ada lapang ada sempit, ada kaya ada miskin, ada menang ada kalah. 

Allah tidak akan membiarkan adanya suatu kaum yang berlaku sewenang-wenang terhadap kaum-kaum lainnya kecuali Allah akan hadirkan sekelompok manusia lainnya yang bertugas menjadi penyeimbang atas kelompok yang berlaku zalim tersebut. Ini dikenal dalam istilah Islam sebagai Sunnatu At-Tadaafu'(Sunnatullah dalam hal Konflik Antar-Umat).

Satu lagi sunatullah yang bernama Sunnatu At-Tadaawul (Sunnatullah dalam hal Pergantian Giliran Kepemimpinan). Hal ini kita temukan dalam sebuah ayat yang berbunyi sebagai berikut:

Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia..." (QS Ali Imran ayat 140)

INI yang sgt pemting disimak. Bacalah apa di balik silih bergantinya siang dan malam. Politik juga mengalami hal demikian: dipergilirkan!

Jadi Rasul Allah, Muhammad SAW pernah mengatakan, jika kalian menang, janganlah terlampau gembira, dan jika kamu kalah, janganlah bersedih. Karena sesungguhnya yang punya kehensak adalah Allah SWT.

Pasca Pilkada serentak 2018 ini, pemahaman spiritual atau kecerdasan spiritual itu sangatlah penting dimiliki semua konteatan. Baik bagi pasangan calon, maupun bagi tim sukses masing-masing.

Yang menang harus tetap rendah hati, dan yang kalah mesti lapang dada. Itulah manusia berkualitas: menang tapi rendah hati, kalah tapi lapang dada.

Banyak peristiwa yang terjadi. Usai Pilkada, orang banyak bermusuhan karena perbedaan pilihan. Dan permusuhan juga sering dipicu oleh kandidat yang tidak mau menerima kenyataan. Mereka hendak melawan takdir. Segala cara digunakan untuk mencapai ambisi berkuasa. Misalnya menggugat dan menyogok aparat penegak hukum.

Ada peristiwa menyedihkan. Justru usai Pilkada, ada beberapa kejadian. Rumah tangga berubah menjadi malapetaka. Disharmonisasi terjadi karena hati tidak lapang dan ogah berserah diri kepada Allah.

Begitulah. Saya hanya mengingatkan betapa pentingnya bersyukur, kalah atau menang. Kebahagiaan dapat raih tanpa harus menjadi jawara atau pemenang. Tergantung bagaimana memanaje hati dan ambisi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun