Mohon tunggu...
Akbar Adri Suwendo _Inpar
Akbar Adri Suwendo _Inpar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Trip

Field Trip Sumedang Heritage Industri Pariwisata Angkatan 2023 Universitas Pendidikan Indonesia

19 Maret 2024   16:00 Diperbarui: 21 Maret 2024   20:09 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gugurnya Teuku Umar dalam pertempuran di Meulaboh pada 11 Februari tahun 1899 karena serangan besar-besaran dari Belanda. Mengakibatkan pasukan Cut Nyak Dien melemah dan hanya bisa menghindar. Setelah kejadian tersebut Cut Nyak Dien mulai berperang selama 33 tahun di hutan belantara, Cut Nyak Dien tidak terima saat tempat ibadahnya dihancurkan oleh Belanda dan berkata "Saya lebih baik buta dari pada melihat seorang kafir di tanah kelahiran saya". Karena usianya yang sudah mulai renta, kondisi fisik dan kesehatannya juga mulai menurun tetapi beliau masih tetap turun langsung dalam pertempuran sampai di mana ia mengalami kebutaan.

 Dalam kurun waktu yang singkat Cut Nyak Dien berhasil dijemput oleh tentara Belanda pada tanggal 6 November 1905 untuk diasingkan. Setelah tinggal di markas Belanda yang terletak di Aceh selama 1 tahun sampai tahun 1906, Cut Nyak Dien di pindahkan ke Jakarta. Saat hendak kembali di asingkan Cut Nyak Dien meminta untuk di asingkan di Sumedang, Jawa Barat tepatnya pada tanggal 11 Desember 1906. Yang pada saat itu beliau tidak mengetahui di mana daerah itu berada.

Setelah sampai di tempat perasingannya di Sumedang Cut Nyak Dien berbicara dengan Bupati Sumedang, tetapi Bupati tersebut tidak bisa mengerti apa yang disampaikan Cut Nyak Dien karena Beliau hanya menggunakan bahasa Arab dan Aceh, sehingga di pertemukanlah Beliau dengan KH. Sanusi, Ulama pertama sumedang dan pendiri mesjid agung yang di serahkan pada pangeran mekkah.

Cut Nyak Dien tinggal di kediaman KH. Sanusi bersama pengawalnya dengan keadaan sakit dan buta, sehingga Beliau dirawat oleh Ibu Siti Khodijah semasa hidup di Sumedang. Cut Nyak Dien memiliki nama lain semasa tinggal di Sumedang yaitu "Ibu Ratu" agar tidak dapat ditemukan oleh pasukan Belanda. Dan diberi gelar “Ibu Suci” karena kehidupan sehari-hari beliau mengajarkan agama Islam ke masyarakat Sumedang. Gelar itu di berikan sebagai bentuk kasih sayang yang besar dari masyarakat Sumedang untuk Beliau.

Sampai di mana pada Tahun 1907 K.H Sanusi dinyatakan meninggal dan tak lama kemudian setelah K.H Sanusi wafat, pada tahun 1908 tepatnya tanggal 6 November Ibu Cut Nyak Dien wafat. Keluarga K.H Sanusi merundingkan agar makam Ibu Cut Nyak Dien bersanding dengan makam K.H Sanusi. Hingga akhirnya dimakamkan di sumedang tepatnya di makam keluarga Ibu Siti Khodijah yang bertempat-an di Gunung Puyuh, karena tidak memungkinkan untuk di pulangkan ke Aceh

sumber : foto mahasiswa
sumber : foto mahasiswa

Bagaimana orang Aceh bisa mengetahui makam Ibu Cut Nyak Dien berada di Sumedang? Makam Ibu Cut Nyak Dien diketahui secara pasti pada tahun 1960. Karena Presiden Soekarno menyuruh Gubernur Aceh atau Pemda Aceh untuk menelusuri di mana makam Ibu Cut Nyak Dien berada.

Alun Alun dan Keraton Sumedang Larang 

  • Alun-Alun Kabupaten Sumedang

Alun-alun Kabupaten Sumedang terletak dibagian Selatan Kabupaten Sumedang, tepatnya di Daerah Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan.Alun-alun Kabupaten Sumedang sudah cukup lama berdiri, tentunya adanya Alun-alun Kabupaten Sumedang tidak lepas dari peran Kerajaan Sumedang Larang. Alun-alun Sumedang tentunya menjadi pusat pemerintahan bagi Kerajaan Sumedang Larang.Alun-alun Sumedang memiliki sejarah panjang yang cukup menarik, tentunya ikon Alun-alun sendiri yang menjadi pusat perhatian bagi para wisatawan dan juga masyarakat sumedang, yaitu Monoumen Lingga yang sangat terkenal dan menjadi Ikon Sumedang salah satunya menjadi Ikon Sentra Batik Kasumedangan.

  • Monumen Lingga

Monumen Lingga didirikan pada zaman kolonial Belanda pada tahun 1922. Adanya Lingga ini adalah sebuah Penghargaan atas pengabdian pemimpin rakyat dan dibangun di pusat pemerintahan Sumedang.Monumen penghargaan ini dipersembahkan bagi Bupati Pangeran Aria Soeriaatmadja yang wafat di Mekah dan dijuluki Pangeran Mekah. Namanya juga diabadikan menjadi jalan persis di sebelah utara Lingga itu. Monumen ini didirikan tahun 1922 setelah bupati yang hidupnya sangat sederhana ini tak lagi menjadi orang nomor satu. Pangeran Soeriaatmadja menjadi Bupati Sumedang sejak 31 Januari 1883-1919.

Monumen Lingga yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal Mr D Fock di bagian dindingnya ditulis, Pangabakti Ka Suwarginan Pangeran Soeriaatmadja, Bupati Sumedang 1883-1919, ping 1 Juni 1919. Bagian atas Lingga berbentuk setengah bola dan terbuat dari pelat tembaga, melambangkan setinggi tingginya puncak prestasi manusia, tidak akan mencapai kesempurnaan yang hakiki, sebab kesempurnaan sesungguhnya hanyalah milik Allah SWT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun