Mohon tunggu...
Akbar Ami
Akbar Ami Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Intelektual Profetik Menumpas Krisis Identitas

29 Agustus 2021   20:45 Diperbarui: 29 Agustus 2021   22:19 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bismillah 

Dewasa ini umat manusia memasuki era yang baru, sebuah zaman di mana segala kebutuhan dapat diakses melalui sentuhan jari-jemari. Dengan smartphone mereka dapat menjangkau berbagai belahan dunia bahkan memenuhi kebutuhan dasar manusia walaupun ukurannya hanya segengaman orang dewasa.


Datangnya era digital membuat manusia berintraksi dengan cara yang baru, yaitu melalui media sosial. Intraksi dapat terjadi tanpa harus bertemu dan bertatap muka. Di media sosial mereka dapat mengekspos kehidupan sehari-harinya, pribadinya, dan pencapaiannya. 

Adanya media sosial membuat kebanyakan dari mereka kehilangan jati diri, prinsip hidup, dan percaya diri. Mereka selalu membanding-bandingkan dirinya dengan pencapaian orang lain sehingga mereka tidak percaya terhadap dirinya sendiri. Mereka tidak yakin dengan prinsip hidupnya. Seiring berjalannya waktu mereka akan kehilangan jati dirinya.


Peran intelektual profetik dalam menghadapi era digital sangatlah dibutuhkan. Ketika manusia memiliki intelektual dan sifat profetik bisa dipastikan ia dapat bertahan dari berbagai macam badai perubahan zaman. Kemudian, apa itu intelektual pofetik? Intelektual profetik adalah sebuah kondisi dimana manusia memiliki kecerdasan yang baik dengan diiringi sifat kenabian, seperti jujur, amanah, cerdas, dan tabligh. Sifat profetik atau kenabian akan membangun tiga karakter utama yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi.


Humanisasi adalah karakter di mana seseorang memanusiakan manusia. Sifat profetik akan membagun karakter humanisasi teosentris yang mana kemanusiaan berpusat pada tuhan bukan berpusat pada manusia, humanisasi antroposentris. Walaupun humanisasi teosentris berpusat pada tuhan tujuannya adalah untuk keperluan dan kepentigan manusia itu sendiri.


Liberasi adalah karakter berusaha membebaskan seseorang dari kontrol dan kendali dari orang lain ataupun kondisi. Dengan sifat kenabian dalam konteks sosial yaitu membebaskan manusia dari kekejaman kemiskinan, perbudakan, dan dominasi struktur yang menindas.


Transendensi adalah karakter yang menjadikan niali-nilai keimanan sebagai bagian penting dalam membangun peradaban. Dengan sifat ini agama menjadi sangat sakral dan sentral dalam menentukan tindakan kedepannya.


Hadirnya era digital menimbulkan masalah sosial yang baru yaitu krisis identitas. Krisis identitas adalah kondisi dimana seseorang merasa tidak yakin dengan mengenai siapa dan apa dirinya. Anggapan ini biasanya muncul akibat dari rasa ketertinggalan dan ketidakmampuan terhadap keberhasilan atau pencapaian orang lain. 

Apalagi dengan adanya media sosial membuat potensi seseorang terhadap krisis identitas semakin tinggi disebabkan media sosial menjadi jalan untuk mereka memamerkan keberhasilan dirinya.


Ada banyak faktor yang membuat krisis indentitas terjadi diantaranya adalah FOMO (fear of missing out)/takut ketinggalan tren, perundungan, capaian teman lebih jauh dari diri sendiri dan diposting di media sosial. Faktor-faktor ini bisa menjadi alasan yang cukup besar terhadap datangnya krisis identitas. Dalam kondisi tersebut peran intelektual profetik sangatlah penting karena dapat menjadi perlindungan terhadap krisis identitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun