MAGELANG (6/08) - Nenek moyang bangsa Indonesia meninggalkan kekayaan Budaya yang sangat melimpah, sebagai pewaris dari nenek moyang hendaknya kita melestarikan Budaya yang ada.Â
Sebagai desa yang telah dicanangkan menjadi desa penggerak Pancasila, Desa Dampit memiliki Budaya dan kehidupan masyarakat yang masih sangat erat. Dengan toleransi, gotong royong dan keagamaan menjadi Budaya yang melekat di desa ini. UNNES GIAT 5 yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata LPPM UNNES dan mitra terkait.Â
Untuk membantu melestarikan Budaya, tim Unnes Giat 5 Desa Dampit menanamkan nilai moral sejak dini melalui tembang Macapat. Hal ini perlu dilakukan, selain untuk melestarikan budaya yang semakin lama semakin ditinggalkan, nilai moral bangsa Indonesiapun mengalami penurunan seiring perkembangan zaman.Â
Tentu saja penanaman moral sejak dini diberikan kepada anak-anak atau pelajar agar nilai moral yang terkandung pada sebuah budaya terutama tembang Macapat tersebut dapat tertanam dengan baik pada diri anak tersebut sebagai bekal dalam kehidupan di kemudian hari.
Kegiatan tersebut dilaksanakan selama kegiatan KKN atau yang sekarang disebut Unnes Giat 5 di Desa Dampit, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang. Terutama ketika kegiatan belajar malam di posko KKN yang rutin dilaksanakan pada hari Jumat malam. Dengan mengajarkan tembang Macapat dan juga menjelaskan apa maksud dari tembang yang dinyanyikan, maka dapat membantuk anak dalam memahami makna dari tembang tersebut sehingga nilai moralpun dapat ditanamkan didalamnya.
Tembang Macapat yang diajarkan diantaranya yaitu gambuh yang mengajarkan tentang menghargai ucapan orang lain, pocung yang mengajarkan mengenai ilmu yang harus dicari dengan sepenuh hati, pangkur yang mengajarkan tentang budi pekerti dan agama yang selalu digunakan di tanah Jawa. Selain macapat, tembang dolanan juga diajarkan dalam menanamkan nilai moral generasi penerus bangsa.Â
Dengan lagu gugur gunung yang mengajarkan gotong royong, maka jiwa-jiwa muda mereka akan merasa bersemangan ketika melakukan gotong royong dan saling membantu antar sesama.
Tak hanya tembang Macapat, dalam melestarikan budaya anak-anak juga diajarkan mengenai sastra Jawa terutama aksara jawa. Antusiasme anak-anak disini juga cukup tinggi apalagi yang mereka pelajari sesuai dengan kultur budaya yang masih sangat melekat pada desa ini.Â
Saking antusiasnya bahkan beberapa dari anak tersebut menginginkan belajar pranatacara. Dengan senang hati mereka mempelajarinya yang berdasar rasa ingin tahu yang tinggi dari anak-anak tersebut.
Pelestarian budaya sangatlah penting pada saat ini, apalagi budaya-budaya yang ditinggalkan nenek moyang kita mengandung nilai moral yang sangat tinggi. Tak hanya itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus mengupayakan agar generasi-generasi berikutnya tertarik dan mau mempelajari budaya bangs akita agar tetap lestari. (APN)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H