You are different. Julukan yang layak bagi pria dengan nama sapaan Jamal. Pria kelahiran gowa, Sulawesi Selatan, tepatnya di desa Kanreapia, memiliki segudang mimpi dan harapan untuk mengubah peradaban di tanah kelahirannya. Niat dan panggilan jiwa mengetuk relung hati Jamal untuk menjadi bagian dari kemajuan tempat tinggalnya.
Jamal, pemuda yang lahir dan dibesarkan di lingkungan petani. Ayah ibunya berprofesi sebagai petani sayur. Latar belakang keluarga sebagai petani, menjadi dorongan utama bagi Jamal dalam memantapkan niatnya untuk berkontribusi pada kampung halamannya. Meski seorang anak petani, ia tetap memperjuangkan mimpinya untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Tak hanya menamatkan pendidikan sarjananya, Jamal mampu membungkam cibiran orang-orang, bahwa meski anak petani, ia mampu bersuara di podium pascasarjana.
Berbekal pengetahuan di bangku kuliah, jamal berambisi mengubah paradigma masyarakat tentang gelar sarjana. Di saat para lulusan sarjana berlomba-lomba melamar pekerjaan di instansi ternama, ia justru terpanggil untuk melakukan kegiatan kemanusiaan. Jamal melihat, ada secerca asa di desanya. Ia menemukan ada harapan di balik keterbatasan.
Pemuda kelahiran 1988 itu, sejak kecil bergaul di lingkungan petani. Keluarga dan kondisi lingkungan sekitar yang kental dengan pertanian membuatnya merasa terbiasa. Namun, di balik kehidupannya sebagai anak petani, ada kisah menyayat hati yang ia rasakan. Desa Kanreapia, tempat tinggalnya, Jamal melihat masih banyak masyarakat yang buta aksara. Ia prihatin dengan keadaan ini. Ia tak ingin masyarakat terutama anak-anak di desanya terjebak dalam kebodohan dan ketidaktahuan. Beranjak dari sini, Jamal yang begitu peduli, merangkul mereka dan mengajarkan aksara di lingkungan sekitarnya.
Niat dan rasa peduli, membawa anak petani itu mendidirkan “Rumah Koran”. Singkat cerita, Rumah Koran didirikan dengan tujuan kemanusiaan yaitu memberantas ketidaktahuan akan aksara di desa tempat tinggalnya. Ia bercita-cita, kelak anak-anak di desanya bisa merangkul bersama meraih cita-cita dan memajukan kampung halamannya.
“saya menginginkan anak-anak petani di desa saya bisa menimbah ilmu dan memajukan desanya kelak. Saya prihatin dengan anak-anak yang putus sekolah dan tidak tau apa-apa” ungkap Jamal yang dihubungi via whatsapp.
Niat baik Jamal dalam mendirikan Rumah Koran, mendapat dukungan penuh dari keluarga, baik orang tua maupun istri tercinta. Meski orang tua sebagai petani sayur, mereka tidak memaksakan kehendak sang anak untuk menjadi apa dan seperti siapa. Begitupun bagi Jamal pribadi, bekerja tidak harus karena ada rupiah, yang terpenting bagaimana ia mampu merobohkan dinding buta aksara untuk kemaslahatan banyak manusia.
Menyulap Kandang Hewan jadi Rumah Koran
Berawal dari kandang bebek, Jamal yang tak pernah kehabisan ide mengubah kadang itu menjadi tempat belajar bagi masyarakat di desa Kanreapia. Tempat belajar yang kemudian diberi nama Rumah Koran didirikan pada 17 Agustus 2011 tepat di hari kemerdekaan Indonesia. Bukan tak mungkin tanggal itu menjadi doa, kelak anak-anak petani di desa dapat merdeka dalam memberantas buta aksara.
Sejak awal berdiri, Rumah Koran digunakan oleh Jamal sebagai tempat belajar layaknya gedung sekolah. Bangunan dari dinding kayu yang dipenuhi dengan tempelan koran menjadi media pembelajaran bagi anak-anak petani yang tergabung dalam program literasi. Di pondok sederhana itu, para anak petani diajarkan membaca, menulis hingga berhitung. Bersama dengan rekan sekampung, Jamal berbagi ilmu kepada anak petani di desa.