Mohon tunggu...
Akbar Muhrazal
Akbar Muhrazal Mohon Tunggu... -

Belajar menulis, belajar memahami, belajar mengerti, dan belajar-belajar lainnya. Bukan yang terbaik namun terus berusaha menjadi lebih baik lagi. Kenali kemudian baru nilailah :)

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Sejarah Pempek!

3 Februari 2012   07:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:07 3109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pempek adalah kuliner khas Palembang dan salah satu kuliner yang populer di Indonesia. Kurang pas jika jalan-jalan ke Palembang tidak makan pempek. Pempek merupakan penganan yang berbahan dasar tepung sagu yang diolah dan dicampur menggunakan ikan giling. Biasanya ikan sungai karena di Palembang dan sekitarnya mudah didapatkan ikan sungai macam ikan gabus dan ikan seluang. Namun awalnya campuran untuk pempek merupakan ikan belida, namun karena populasi ikan belida mulai terbatas dan harganya mahal maka jenis ikan untuk pembuatan pempek mulai diinovasikan, seperti ikan tenggiri, ikan gabus, dan ikan seluang yang harganya terjangkau, mudah didapatkan, dan yang pasti tidak mengurangi citra rasa pempek.

Namun tahukah anda sejarah pempek?

Pempek berasal dari nama seorang pria keturunan Tionghoa yang biasa dipanggil Apek yang saat itu pada tahun 1617 berusia 65 tahun. Saat itu Kesultanan Palembang Darussalam masih dipimpin oleh Sultan Mahmud Badaruddin II yang kini namanya menjadi nama bandara internasional di Kora Palembang. Apek yang tinggal di pinggir Sungai Musi berpikir bagaimana cara memanfaatkan potensi ikan yang begitu melimpah di Sungai Musi karena banyak sekali ikan yang akhirnya menjadi mubazir aliasa membusuk setelah ditangkapi. Biasanya hasil tangkapan ikan hanya digoreng ataupun digulai.

Hingga suatu hari akhirnya Apek memanfaatkan ikan yang melimpah di dekat rumahnya untuk dijadikan sebuah makanan dengan cara dicampur dengan tepung terigu dan digoreng. Sebelumnya penganan buatan Apek belumlah ada namanya, namun lambat laun karena Apek menjual keliling makanan buatannya dan ketika warga memanggil namanya untuk membeli dagangannya terdengar hanya ujung namanya, yaitu "peek..peek" akhirnya penganan buatan Apek populer dengan nama pempek yang merupakan hasil plesetan nama sang pembuat pempek pertama kali.

Ini hanyalah cerita rakyat yang beredar di Palembang dan sekitar. Yang membuat pempek bisa dikaitkan erat dengan bangsa China karena adanya kemiripan pempek dengan penganan khas China macam bakso ikan, kekian, dan ngohyang.

Pempek biasanya disajikan dengan kuah yang biasa disebut orang Palembang dan sekitar dengan nama "Cuko". Namun ada juga warga daerah lain yang menyebut dengan nama "kuah pempek" maupun "saos pempek". Cara memakan pempek yaitu dengan cara mencelupkan pempek kedalam cuko, kemudian baru dimakan. Biasanya cuko dihirup/diminum, sehingga terkadang orang lebih banyak menghirup cuko dari makan pempeknya.

Biasanya masyarakat Palembang dan sekita menjadikan pempek sebagai makanan ringan di sore hari ketika bersantai. Namun banyak juga yang menjadikan pempek sebagai makanan untuk sarapan dan biasanya dilengkapi dengan minuman hangat. Untuk yang belum terbiasa dianjurkan jangan mencoba makan pempek dan cuko ketika pagi hari, apalagi ketika perut belum terisi makanan berat macam roti atau nasi karena dapat menyebabkan sakit perut.

Hingga kini pempek terdiri berbagai macam jenis, mulai dari pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek adaan, pempek bawang, pempek kulit, dll.

Cuko dak becuko hargonyo tetap tenga duo.

Sudahkah anda menghirup cuko hari ini? Yuk mari ke Sumatera Selatan :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun