Mohon tunggu...
Aka Komar
Aka Komar Mohon Tunggu... lainnya -

Hanya pemuda biasa. Tak banyak ilmu dan kuasa. Hanya mencoba. Ungkapkan rasa cinta yang ada. Cinta pada Rabb-nya. Yang tak henti melimpahkan cinta kepada hamba-Nya. Cinta pada Rasul-Nya. Yang jua mencintai umatnya. Yang bahkan disebut-sebutnya pada akhir hayatnya. Cinta kepada keluarganya. Yang jika bersamanya sirnalah lelah dan putus asa. Cinta kepada sahabatnya. Yang bersama-sama dalam menjalankan segala aktivitas di jalan-Nya. Yang wajahnya mampu mengingatkannya akan surga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Stop Kekerasan, Berikan Anak Hukuman Edukatif

24 Maret 2013   20:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:18 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1364554950276431695

tulisan ini lahir dari keprihatinan melihat begitu banyaknya orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya yang memilih menggunakan kekerasan fisik untuk memberikan hukuman kepada anak. efektif dalam memberikan efek jera adalah satu dari sedikit alasan yang dipakai untuk menerapkan metode ini. menggunakan kekerasan seakan menjadi jalan pintas favorit untuk memberikan pelajaran bagi si anak. menampar, memukul, menjewer, mencubit, berkata keras dengan nada mengancam, dan beragam cara lainnya sering menjadi pilihan oleh sebagian orang tua untuk mendisiplinkan anak-anak mereka ketika mereka melakukan suatu kesalahan. hukuman semacam ini kerap dilakukan dengan anggapan dan keyakinan bahwa cara seperti itu efektif untuk mendidik si buah hati. namun miris, cara tersebut juga ternyata cukup banyak diterapkan oleh guru maupun tenaga pendidik lainnya di sejumlah lembaga pendidikan tempat mereka bekerja. sama seperti para orang tua, mereka pun beranggapan bahwa hukuman fisik merupakan cara yang paling efektif untuk mendidik siswa mereka menjadi anak yang disiplin. padahal telah banyak artikel dari sejumlah pakar pendidikan yang dengan tegas menyampaikan bahwa hukuman fisik adalah hal yang tabu bagi dunia pendidikan. telah banyak ilmuwan yang dalam hasil penelitiannya menemukan bahwa hukuman fisik kepada anak merupakan suatu hal yang kontraproduktif. saya yakin para guru sebenarnya mengetahui hal ini, atau minimal pernah membaca dan mengetahui bahwa pemberian hukuman fisik pada anak memiliki resiko yang tinggi terhadap terganggunya perkembangan mental sang anak. hanya saja guru maupun orang tua kurang sabar dalam mendidik anak mereka, sehingga menggunakan cara ini sebagai senjata ampuh untuk "mendisiplinkan" sang anak. pada hakiktanya, hukuman adalah salah satu metode dalam pendidikan yang digunakan untuk memberikan motivasi kepada anak agar mampu memperbaiki kesalahan yang telah dilakukannya. dengan diberikannya hukuman, anak diharapkan bisa mengetahui kesalahan yang dibuatnya, tidak mengulanginya, serta belajar darinya. oleh karena itu, orang tua maupun guru tidak boleh sewenang-wenang dalam memberikan hukuman kepada anak. hukuman yang diberikan hendaknya bersifat mendidik dan bukan karena faktor balas dendam atau keinginan untuk menyakiti si anak. para pakar pendidikan telah merumuskan 6 prinsip yang perlu diperhatikan untuk memberikan hukuman kepada anak. 1. tetapkan hukuman bersama. batasan dan jenis hukuman sebaiknya ditetapkan bersama anak-anak. ajak mereka untuk ikut berpartisipasi dalam menentukan batasan perilaku mereka dan hukuman apa yang akan mereka terima jika melanggar kesepakatan. dengan cara ini diharapkan anak bisa memiliki rasa tanggungjawab atas kesepakatan yang dibuat. 2. jangan menunda hukuman. berikanlah hukuman saat anak melakukan kesalahan, jika memungkinkan lakukanlah segera, jangan menunda hingga keesokan harinya. penundaan hukuman akan membuat anak merasa tertekan karena menunggu hukuman apa yang akan dia terima nanti. 3. berikan hukuman yang sesuai. jangan memberi hukuman secara berlebihan kepada anak. jika telah ada kesepakatan, berilah hukuman sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dengan anak. pemberian hukuman yang berlebihan hanya akan membuat anak menjadi makin tertekan dan berpotensi menyakiti perasaan mereka. 4. perhatikan batas waktu pemberian hukuman. hal penting berikutnya dalam memberikan hukuman pada anak adalah jangan memberi hukuman terlalu lama kepada anak. jika memang hukuman yang diberikan akan memakan waktu yang cukup lama, maka pastikan hukuman yang diberikan adalah hukuman yang mendidik. 5. tunjukkan akibat alaminya. salah satu metode hukuman adalah dengan membiarkan si anak merasakan akibat dari kesalahannya. sebagai contoh jika si anak tidak mau makan, maka biarkan ia untuk merasakan lapar sebagai akibat dari kelakuannya tersebut. cara seperti ini diharapkan dapat membuat anak secara alami memahami konsekuensi dari perbuatannya. 6. berikan penghargaan atas prestasinya. berikan anak hadiah atau minimal pujian jika anak telah berperilaku baik atau mampu mencapai suatu prestasi tertentu. bukan hanya kesalahan yang harus diberikan konsekuensinya, keberhasilan anak jika harus diapresiasi agar sang anak merasa bahwa guru atau orang tua benar-benar menyayanginya. hasan Asymawi dalam bukunya, Kaifa Nurobbi Awlaadanaa, menuliskan, "Kayu dan ucapan yang menyakitkan tidak bisa membuat orang menjadi baik; mungkin bisa digunakan untuk melatih kera menjadi beradab, namun anak-anak kita bukanlah kera." kalimat ini membenarkan pendapat para pakar pendidikan yang mengatakan bahwa cara-cara kekerasan bukanlah cara yang tepat diterapkan dalam proses pendidikan. hukuman disik yang menyakitkan hanya akan melukai fisik dan psikis sang anak tanpa adanya jaminan perbaikan sikap anak di masa yang akan datang. satu hal penting yang harus diketahui oleh orang tua maupun guru ketika ingin menghukum anak adalah jangan memberikan hukuman kepada anak ketika dalam kondisi marah. ketika orang tua atau guru sedang dikuasai emosi kemarahan yang besar maka sebaiknya tenangkan diri terlebih dahulu baru kemudian menemui si anak jika sudah reda kemarahan. jangan sampai kemarahan malah membuat kita menjadi berlebihan dalam memberikan hukuman atau bahkan terlihat konl di hadapan mereka. menahan emosi dan menundukkannya merupakan indikasi dari kuatnya seseorang, bukan sebaliknya. Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda, "bukanlah orang yang kuat yang selalu menang dalam berkelahi, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah." (Muttafaq 'Alaih). kalaupun memang hukuman fisik perlu diberikan kepada anak, maka pastikan hukuman tersebut tidak membuat anak merasakan sakit yang teramat sangat. ingatlah bahwa hukuman fisik tidak menjamin seorang anak menjadi mampu memperbaiki kesalahannya. serta yang harus diperhatikan ketika memberikan hukuman fisik adalah jangan pernah memukul atau menampar wajah anak. tamparan keras yang kita berikan kepada anak akan berpengaruh buruk baik bagi si anak maupun diri kita sebagai orang tua ataupun guru. baahkan Rasulullah Muhammad SAW melarang hal tersebut. Rasulullah bersabda, "Jika salah seorang dari kalian memukul, hendaklah menghindari wajah." sekuat mungkin kita sebaiknya menghindari bentuk hukuman fisik yang menyakitkan bagi si anak. ada banyak hukuman edukatif yang bisa kita terapkan, diantaranya adalah: 1. menampakkan wajah masam wajah masam yang kita perlihatkan kepada anak yang melakukan kesalahan bertujuan untuk memperlihatkan ketidaksetujuan kita terhadap perilaku anak tersebut serta menjadi pertanda bahwa kita tidak menyukai perbuatan itu. bagi anak, wajah masam yang diperlihatkan oleh orang tua maupun gurunya bisa menjadi hukuman baginya. saat anak melihat perubahan ekspresi wajah kita, dengan sendirinya sang anak akan menyadari jika yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan yang harus diperbaikinya. 2. memberikan time out maksud dari memberikan time out adalah dengan menyuruh si anak untuk berpisah dari kelompoknya, menyuruhnya duduk atau berdiri di suatu ruangan tertentu dalam waktu tertentu untuk merenungi kesalahannya. biasanya saya menerapkan ini dengan menyuruh si anak mengucapkan kalimat istighfar dengan jumlah tertentu, setelah si anak selesai melaksanakannya saya menjelaskan kesalahannya dan memintanya untuk tidak mengulanginya dan kemudian anak tersebut dipersilahkan untuk kembali ke tempatnya. hukuman ini cocok untuk anak yang melakukan kesalahan terkait sopan santun baik kepada guru, orang tua, maupun kepada teman sebayanya. 3. memberi anak tugas bersih-bersih sebagai orang tua atau guru yang baik, kita tentu tak ingin memberikan toleransi kepada anak yang tidak mau menjaga kebersihan. Tak hanya terhadap anak yang tak menjaga kebersihan, kepada anak yang melakukan kesalahan lain pun bisa diberikan hukuman ini. Ketika di sekolah, kita bisa menyuruh anak untuk membersihkan papan tulis, menyapu kelas sebelum pulang sekolah, atau tugas kebersihan lainnya. Jika di rumah, hukuman bisa diberikan dengan menyuruhnya merapikan kamar atau meja belajarnya, menyuruhnya membantu tugas ibu membersihkan rumah. Selain memberikan efek jera, hukuman ini juga bisa mengajarkan tanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan kepada si anak. 4. menyuruh anak meminta maaf kepada orang yang disakitinya ketika anak melakukan kesalahan kepada orang lain maka salah satu hukuman yang bisa berikan kepada si anak adalah dengan menyuruhnya meminta maaf kepada orang yang bersangkutan. Dengan menyuruhnya meminta maaf itu sama dengan kita mengajarkan anak untuk bertanggungjawab atas segala perbuatannya. 5. menyuruh anak berjanji untuk tidak mengulanginya salah satu tujuan diberikannya hukuman kepada anak adalah agar anak tidak mengulangi perbuatannya. Jadi, setelah kita membuat anak sadar akan kesalahannya maka tugas kita selanjutnya adalah membuat anak berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukannya. Hukuman semacam ini memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah melatih anak untuk berlaku jujur, amanah, dan konsisten untuk menepati janjinya. 6. menyuruh anak membantu pekerjaan kita salah satu hukuman yang edukatif adalah dengan menyuruh anak membantu pekerjaan kita. Jika di rumah, si anak bisa diminta untuk mengerjakan beberapa pekerjaan ringan seperti menyapu lantai, membuang sampah, dan lain sebagainya. Jika di sekolah, anak bisa diminta untuk membagikan buku kepada siswa lain, menghapus papan tuls, atau tugas-tugas guru lainnya. 7. menyuruh anak membaca buku dan menceritakan isinya menyuruh anak membaca buku adalah salah satu jenis hukuman edukatif yang cukup banyak disarankan oleh para pakar pendidikan dibanding dengan memarahi atau memukulnya. Selain dapat menambah pengetahuan, hukuman ini juga mengajarkan kebiiasaan yang beik kepada si anak, khususnya kepada mereka yang tidak suka membaca. Selain membaca buku, menyuruh anak menceritakan kembali apa yang ia baca juga sangat penting. Hal ini diperlukan agar anak serius membaca apa yang ia baca. Jika hanya diminta untuk membaca tanpa menyampaikan isi dari yang ia baca, ada kemungkinan anak tidak serius membaca dan melakukannya hanya sebatas penggugur dosa. Kita juga bermanfaat bagi kita untuk mengetahui sejauh mana daya tangkap anak terhadap buku yang ia baca. 8. menyuruh anak menghafal salah satu hukuman edukatif lainnya adalah menyuruh anak menghafal terkait pelajaran yang ia pelajari. Misalnya anak diminta menghafal perkalian atau menghafal surat pendek dalam Alqur’an. Hukuman ini akan sangat bermanfaat untuk mengasah daya ingat, melatih konsentrasi, dan banyak manfaat lainnya. 9. menyuruh anak menulis menulis merupakan kegiatan yang sangat baik dibiasakan sejak kecil. Dengan menulis, anak dilatih untuk bisa mentransfer apa yang ada dalam pikiran mereka dalam bentuk tulisan. Selain itu, menulis akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan daya kreatifitas anak. Selain itu, kebiasaan menulis sejak kecil juga bisa menjadi investasi masa depan bagi si anak. Jika kebiasaan menulisnya terus diasah, bukan tidak mungkin si anak kelak akan menjadi seorang penulis hebat dan mampu memberikan banyak mafaat bagi orang banyak. 10. mengurangi jatah waktu bermain baik di sekolah maupun di rumah, waktu istirahat atau waktu bermain adalah saat-saat yang paling disenangin oleh anak. Dengan mengurangi jatah waktu bermainnya, diharapkan dapat memberikan efek jera kepada anak dan tidak mengulangi kesalahannya tersebut. Mengurangi jatah bermain anak harus dilakukan dengan mengalihkannya kepada kegiatan positif lainnya. Misalnya meminta anak untuk mengerjakan tugas tertentu di waktu bernainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun