Mohon tunggu...
Aka Komar
Aka Komar Mohon Tunggu... lainnya -

Hanya pemuda biasa. Tak banyak ilmu dan kuasa. Hanya mencoba. Ungkapkan rasa cinta yang ada. Cinta pada Rabb-nya. Yang tak henti melimpahkan cinta kepada hamba-Nya. Cinta pada Rasul-Nya. Yang jua mencintai umatnya. Yang bahkan disebut-sebutnya pada akhir hayatnya. Cinta kepada keluarganya. Yang jika bersamanya sirnalah lelah dan putus asa. Cinta kepada sahabatnya. Yang bersama-sama dalam menjalankan segala aktivitas di jalan-Nya. Yang wajahnya mampu mengingatkannya akan surga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Dari Bambu Cina

15 September 2014   21:48 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:37 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah kamu pohon bambu Cina? Jika kita bukanlah yang termasuk memiliki kesabaran dalam menunggu pertumbuhan suatu tanaman, mungkin pohon bambu Cina akan menjadi sasaran kemarahan akibat ketidaksabaran kita. Berbeda dengan pohon bambu pada umumnya yang begitu ditanam kita akan melihat pertumbuhannya dalam hitungan minggu, pohon bambu cina tumbuh dengan cara dan rentang waktu yang berbeda.

Ketika ditanam dan kita sirami rutin setiap hari, seminggu, sebulan, bahkan hingga setahun lamanya tak akan kita dapati pertumbuhan yang signifikan dari si bambu cina ini. Tahun kedua, ketiga, hingga keempat tak kunjung jua kita dapati ia bertumbuh tinggi layaknya pohon bambu lain pada umumnya. Walau rajin kita menyiraminya setiap hari, memberikan pupuk dan merawatnya dengan penuh perhatian, pohon tersebut hanya akan tumbuh 20-30 cm saja.

Namun lihatlah apa yang terjadi setelahnya. Setelah lima tahun bersabar menanti tumbuhnya si bambu cina, kita dapati ia tumbuh dengan sangat cepat. Setiap harinya akan kita lihat ia tumbuh sepanjang 3 kaki hingga mencapai bentuk tumbuh sempurnanya sepanjang 90 kaki, atau kurang lebih 30 meter panjangnya!

Apa yang sebenarnya terjadi pada pohon bambu cina tersebut? Mengapa ia begitu lama tumbuh?

Ternyata selama lima tahun itu ia sedang mempersiapkan dirinya untuk mampu menopang tubuhnya yang mencapai 30 meter nanti. Selama 4 hingga 5 tahun ternyata ia sedang mempersiapkan akar yang kuat nan kokoh. Semua nutrisi yang didapatnya ia curahkan sepenuhnya untuk memperkuat bagian tanaman yang tak terlihat di permukaan ini. Coba kita bayangkan apa jadinya pohon bambu cina ini jika tak memiliki akar yang kokoh untuk menopang tinggi badannya yang mencapai puluhan meter.

Pendidikan merupakan suatu kerja panjang dalam rangka membangun peradaban. Untuk melakukannya dibutuhkan kesabaran yang luar biasa banyaknya. Banyak pihak yang terlibat, orang tua, guru, lingkungan sekitar, dan pemerintah memiliki porsi perannya masing-masing yang sama pentingnya dalam menyukseskan agenda ini.

Ibarat menanam pohon bambu cina, dibutuhkan dada yang lapang, kesabaran yang tiada batas, dan kegigihan yang tak tergoyahkan dalam mendidik. Mungkin kita tak akan segera mendapati anak didik kita serta merta menjadi anak yang cerdas, mungkin tak juga kita dapati mereka memiliki karakter yang mulia seperti yang kita ajarkan. Boleh jadi yang kita dapati dalam prosesnya adalah anak tersebut tidaklah pandai menangkap pelajaran yang kita sampaikan. Boleh jadi yang kita dapati dalam prosesnya adalah mereka melakukan beberapa kesalahan perbuatan tak terpuji dalam kesehariannya. Lelah kita berhari-hari mengajarkannya menghafal surat-surat pendek dalam Al Qur’an, namun tak satu surat pun melekat kuat dalam ingatan mereka. Habis suara kita di kelas, mengajarkan mereka tentang beragam ilmu pengetahuan, namun tak banyak angka memuaskan menghiasi daftar nilai mereka. Beragam media dan metode pembelajaran yang variatif kita lakukan, namun tak juga membuat mereka memahami apa yang kita ajarkan.

Bersabarlah, karena kelak apa yang kita lakukan kini sungguh tak akan menjadi sia-sia. Paling tidak, jika kita ikhlas melakukannya, bersih niat kita karena Allah semata, maka jaminan pahala yang luar biasa banyak tak terbatas menjadi ganjaran bagi kita. Bukankah telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, “jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali 3 perkara, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).

Bayangkan berapa banyaknya pahala yang akan mengalir ke “rekening” kebaikan kita jika kini kita ajarkan mereka untuk membaca Al Qur’an, memperkenalkan pada mereka satu persatu huruf hijaiyah hingga pandai mereka membacanya dan kelak hingga mereka dewasa dan tua nanti mereka senantiasa membaca Al Qur’an. Bayangkan jika kini kita bimbing mereka untuk menghafal surat Al Fatihah dan surat-surat pendek lainnya dalam Al Qur’an dan setelah mereka bisa menghafalnya mereka baca surat-surat pendek tersebut dalam tiap shalat mereka. Sungguh besar dan tak terbilang nilainya kompensasi pahala yang akan kita terima jika kita senantiasa bersabar, meluruskan niat, dan ikhlas dalam menjalankan peran kita sebagai pendidik. Sebagai guru.

Ibarat pohon bambu cina yang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mencapai pertumbuhan yang sempurna, begitupun dengan anak-anak kita, murid kita. Mungkin tak akan kita rasakan langsung perubahannya, mungkin tak akan langsung mereka mengerti segala ilmu pengetahuan yang kita ajarkan pada mereka, mungkin hanya sedikit saja yang mereka mampu serap dari banyaknya hikmah yang kita berikan pada mereka. Tapi bersabarlah, karena mungkin saja suatu saat nanti, 30 atau 40 tahun yang akan datang akan ada diantara mereka yang mengisi posisi-posisi strategis di negara ini. Boleh jadi akan ada salah satu dari mereka yang akan memiliki posisi penting yang di tangannya terdapat banyak kepentingan hajat hidup orang banyak. Boleh jadi masa depan negeri ini akan berada di tangan mereka yang saat ini bersama kita. Kita didik mereka, kita ajarkan mereka agar kelak mereka mampu menjadi manusia seutuhnya. Manusia yang memiliki manfaat bagi sebanyak mungkin ummat.

Janganlah lelah mendidik mereka, lapangkan dada seluas-luasnya untuk menghadapi tingkah unik mereka, kumpulkan kesabaran sebanyak-banyaknya, terus sirami mereka dengan kasih sayang, pupuk mereka dengan kata-kata positif, sinari mereka dengan hikmah, dan ajarkan mereka dengan memberikan keteladanan yang mulia. Wallahu a’lam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun