“ OK, tunggu sebentar ya mbak! “ lalu Rio berlalu dari hadapan Anz.
Tak berapa lama, Rio membawa pesanan Anz. Rio meletakkan piring berisi satu slice classic tiramisu berhiaskan strawberry segar dan dikelilingi oleh saus coklat yg nikmat, juga lemon tea icedengan extra lemon di depan Anz dengan hati-hati.
“ Terima kasih, Mas Rio!” kata Anz begitu Rio selesai menaruh pesanan Anz di meja
“ Sama-sama, Mbak! Kalau ada yang bisa saya bantu, silahkan panggil saya. Permisi. “ ujar Rio sopan.
Hampir di semua kunjungan Anz ke Tiramisu Café, Rio selalu melayani Anz dengan senang hati. Rio, 25 tahun, lulusan D3 di sebuah universitas, tampan, dan ramah. Seharusnya Rio bisa mendapat pekerjaan lebih dari seorang waiter. Tapi entah kenapa ia tetap bertahan menjadi waiter. Pernah sekai Rio memergoki Anz menangis sesenggukan dengan air mata berderai-derai sambil memainkan sedotan lemon tea-nya. Ia terus memperhatikan Anz walaupun ia sendiri juga sibuk melayani pelanggan. Tapi hari itu, Anz bertahan di tempat duduk café itu hingga waktu café itu tutup. Kerjaannya hanya memandang ke arah luar café , memesan lemon tea ice hingga tujuh kali, dan sesekali mengusap air matanya yang mengalir. Karena café sudah hampir tutup, maka Rio menghampirinya.
“ Maaf Mbak, kami akan tutup. “ kata Rio pelan.
Namun alangkah terkejutnya Rio begitu Anz tiba-tiba langsung memeluk pinggangnya. Ia malah menangis keras sambil memeluk pinggang Rio. Rio buru-buru menenangkan Anz sembari tak mempedulikan tatapan aneh teman-temannya. Rio melepaskan pelukan Anz perlahan dan buru-buru mengambil tas kerjanya. Dibimbingnya Anz keluar café dan ia tetap menenangkan cewek yang sedang hancur hatinya. Itu terjadi di masa-masa Anz saat putus dengan Ronald, teman masa kecilnya yang akhirnya saat itu menjadi pacarnya selama 4 tahun, namun harus berakhir ketika Ronald memutuskan untuk menerima pernikahan dengan Laura, cewek yang dijodohkan orang tuanya, di usia 20 tahun. Jadi, Rio dan Anz sebenarnya cukup dekat, walau hanya sekedar sebagai waiter dan customer.
“ Mas Rio!” panggil Anz.
Rio yang sedang mengelap gelas dan piring meninggalkan pekerjaannya sejenak dan berjalan menemui Anz.
“ Ya, Mbak Anz ? Ada yang bisa saya bantu ?” tanya Rio.
“ Saya butuh bantuan dan tadi Mas Rio bilang, jika saya butuh bantuan, maka saya harus memanggil Mas Rio, ‘kan ? “kata Anz.