Mohon tunggu...
akar gelombang
akar gelombang Mohon Tunggu... pegawai negeri -

buih putih di birunya laut

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Maaf Nak Aku Belum Siap

22 Desember 2011   03:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:55 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

pagi mendung serasi dengan kondisi ku minggu ini..

ku hisap rokok ku karena kuyakin ini racun buat mu...(maaf nak)..

sebotol minuman keras disampingku tinggal seteguk...

kulihat lagi tespack yang ku bawa...ah...dua strip terlihat...

ah hancur aku....

pikiran ku melayang dua bulan yang lalu...

andai-andai aku tak kesana...andai...

ah...sekarang tinggal andai..dan...andai...

ku habiskan miras disampingku....

************

langkahku gontai ....

satu yang kutuju akan kuakhiri hidupmu..(maaf nak)...

nomor 13 antrianku...

ah....akhirnya...sampai juga...giliranku...

***************

dalam remang ku lihat meja operasi....

senyum ramah baju putih...lirih berkata....

cuma sebentar tarik nafas dan...ah...gelap..

**************

dimana aku.....

taman bunga yang indah

anak-anak kecil bermain riang

mataku tertuju pada seorang anak mirip denganku

tajam memandangku

tangannya terangkat menunjuk kepadaku.....

dan bertanya mengapa...

mengapa...

*************

ku hampiri dia

ku gendong dia

lirih ku berkata

"MAAF NAK AKU BELUM SIAP"

*************

http://onclinic.files.wordpress.com/2010/06/aborsi.jpg

sebuah ambulan datang ke rumah sakit... kulihat seorang gadis tergeletak tak bernafas ditutup kain putih  dibawa masuk.. hai itu aku..kenapa aku bisa melihat tubuhku sendiri.. kulihat cahaya..terang...dan...tangan kecil muncul menggandengku... lirih iya berkata "AYO BUNDA SUDAH WAKTUNYA".....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun