Mohon tunggu...
Aka Mustafa
Aka Mustafa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

saya itu mahasiswa ilmu komunikasi uin suka.asa menjadi kopi tiwus ala dewi lestari

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Awas, Nanti Kudanya Lari Ke Malaysia!

16 September 2012   10:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:23 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak henti-hentinya Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo membuat pernyataan yang kontroversial.Tahun lalu,  orang nomor  satu di Jawa Tengah itu menyebut bahwa Joko Widodo selaku Walikota Solo saat itu sebagai karena berani melawan Gubernur dalam rencana pembangunan mal di tanah eks bangunan pabrik es saripetojo di Solo.Dan menjadi buah bibir warga Solo saat itu.

Dan belum lama ini, Bibit waluyo menyatakan bahwa jaran kepang (kuda lumping) adalah kesenian terjelek didunia , saat memberikan sambutan pada pembukaan  “The 14th Merapi and Borobudur Senior’s Amateur Golf Tournament Competing The Hamengku Buwono X Cup”.dan pernyataan itu sontak membuat naik darah para penggiat seni di Magelang.Jelas saja, kesenian jaran kepang adalah bagian dari budaya Indonesia yang sudah berpuluh-puluh tahun lamanya.

Para penggiat seni di Jawa Tengah yang gerah akan pernyataan tersebut kemudian menggelar aksi di Alun-alun magelang sebagai aksi keprihatinan atas pernyataan orang yang pernah mengenyam pendidikan di AKABRI,bagian darat,Magelang tersebut.Sempat dicegah oleh aparat, namun setelah ada mediasi antara aparat dan seniman yang ikut dalam aksi tersebut, aksi pun kembali dilanjutkan.

“Katane bali ndeso,kok ra nggregani budayane ndeso dewe”ujar salah seorang seniman yang ikut berpartisipasi dalam aksi tersebut.Dalam aksi tersebut, dibuat pula replika jaran kepang dengan muka mirip pak Gubernur.yang kemudian dibakar.aksi tersebut sebagai keprihatinan terhadap orang nomor satu di Jawa Tengah tersebut.

Seharusnya Gubernur sebagai seorang public figure dapat mengontrol dan menjaga perkataan yang  diucapkanya.karena seorang public figure adalah contah teladan bagi umatnya.Dan menjadi inkosisten terhadap konsep yang diusung Bibit saat kontes politik menjelang pemilihan umum dulu dengan konsep “Bali ndeso-nya”  yang dekat dengan rakyat dan mencintai kreasi dan kebudayaan rakyat.

Seorang pemimpin daerah adalah orang yang dapat memimpin daerahnya dan menjaga kebudayaan daerahnya.Karena kebudayaan suatu daerah adalah kebudayaan leluhurnya, yang patut dihargai dan dicintai.kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menjaga dan melestarikan budaya daerah kita sendiri.Selain itu, kebudayaan suatu daerah dapat menjadi semacam alat penarik untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.Yang dapat meningkatkan pendapatan devisa daerah tersebut.

Kuda lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro  dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda (Sumber : www.wikipedia.com). Yang kemudian mengalami akulturasi budaya menjadi seni rakyat hingga saat ini.Masih untung ada yang masih mau melestarikan budaya, ini kok malah dicela.

Sanggar Seni Jaran Kepang Kartika Harapan yang menjadi pementas dalam acara tersebut merupakan satu dari puluhan kantung budaya yang kerap menyelenggarakan kegiatan kesenian dan kebudayaan yang seharusnya mendapat apresiasi atas konsistensinya menjaga kesenian daerah bukan malah merendahkan.Dan ini menjadi bukti, bahwa pemimpin di negri ini sudah mengalami kemerosotan budaya.

Ada sebuah filosofi tinggi pada setiap kebudayaan, bahkan ada ilmu sosial yang terkandung dalam setiap kebudayaan itu yang mungkin kita tidak pahami .Adalah saatnya para pemimpin, khususnya di Jawa harus kembali menata diri dan dapat mengontrol setiap perkataannya, dan tidak memandang suatu hal yang ia tak pahami dengan pikiran yang sempit.Ada satu falsafah jawa kuno “aja keminter mundak keblinger”  yang berarti jangan sok pintar agar tidak salah arah. Dan semoga ini menjadi perhatian pada setiap para pemimpin  kita agar dapat memahami setiap kebudayaan daerahnya sendiri.

Jangan salahkan kudanya  lari ke Malaysia, Jika kita tidak bisa menghargai seni dan budaya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun