Pada dasamya tidak banyak pertanyaan fi losofis yang harus diajukan. Kita sudah mengajukan sebagian dari pertanyaan-pertanyaan yang paling penting.
Namun sejarah memberi kita banyak jawaban yang berbeda untuk setiap pertanyaan. Maka adalah lebih mudah untuk mengajukan pertanyaan filosofis daripada menjawabnya.
Sekarang pun setiap individu harus menemukan jawabannya sendiri untuk pertanyaan-pertanyaan yang sama. Kita tidak akan tahu apakah ada Tuhan atau apakah ada kehidupan setelah kematan dengan mencarinya di buku ensiklopedia.
Buku ensiklopedia juga tidak akan memberitahu kita bagaimana sebaiknya kita hidup. Namun, membaca apa yang telah diyakini orang lain dapat membantu kita untuk merumuskan sudut pandang kehidupan kita sendiri.
Banyak teka-teki kuno yang kini telah berhasil dijelaskan melalui ilmu pengetahuan. Seperti apa sisi gelap bulan itu sebelumnya pernah terselubung misteri. Dulu, itu bukanlah sesuatu yang dapat dipecahkan lewat diskusi, melainkan diserahkan pada imajinasi setiap individu.
Seorang filosof Yunani yang hidup lebih dari dua ratus tahun yang lalu percaya bahwa asal-mula fisafat adalah rasa ingin tahu manusia. Manusia menganggap betapa menakjubkannya hidup itu
sehingga pertanyaan-pertanyaan pun filosofis muncul dengan sendirinya.
Seperti menonton tipuan sulap. Kita tidak mengerti bagaimana tipuan itu dilakukan. Maka kita bertanya: bagaimana pesulap itu mengubah sepasang selendang sutera putih menjadi seekor kelinci hidup?
Dalam kasus kelinc i, kita tahu bahwa pesulap itu telah memperdaya kita. Yang ingin kita ke tahui hanyalah bagaimana dia melakukannya. Tapi jika menyangkut dunia masalahnya agak berbeda.
Bersambung,,, semoga kita bisa ngobrol lagi disalin kesempatan ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H