Penulis: Suardi
Peristiwa invasi Rusia terhadap Ukraina masih terus menjadi perbincangan hangat. Atas invasi tersebut Presiden Rusia Vladimir Putin dengan berani mengecam kepada dunia terutama Amerika jika ikut campur pada invasi negaranya terhadap Ukraina.
Rusia terus melakukan gencatan senjata terhadap Ukrania. Awalnya Presiden Ukraina kecewa kepada negara-negara Eropa (NATO) karena belum juga menyatakan sikap untuk membantunya, namun akhirnya NATO menyatakan sikap dengan cara memberikan menyanksi kepada Rusia.
NATO angkat bicara dan mengecam kepada Rusia meski kecamannya tidak membuat takut Putin. NATO memberikan sanksi kepada Rusia atas tindakannya yang dianggap sebagai kejahatan kemanusiaan dimana telah banyak korban akibat invasi Rusia di Ukraina tersebut.
Sanksi NATO yaitu berupa memutus hubungan dengan Rusia terutama hubungan ekspor dan impor energi gas yang mana energi minyak menjadi salah satu pendapatan terbesar bagi negara Rusia. Selain itu sanksi keuangan juga diberikan kepada Rusia.
Namun, jika kita amati tindakan Rusia, sebagian besar masyarakat Indonesia justeru terliha respek terhadap Vladimir Putin. Padahal, bagaimanapun juga tindakan Putin tidak bisa dibenarkan. Namun, faktanya banyak orang yang menilai bahwa tindakan Putin seolah menyadarkan dunia.Â
Respek terhadap Putin, bukan tentang invasinya terhadap Ukraina, tapi soal keberaniannya terhadap Eropa. Rusia menjadi penyeimbang dan dunia pun juga menyadari bahwa Eropa khususnya Amerika selalu memainkan peran terhadap negara-negara di dunia.Â
Sebagai contoh di Indonesia. Amerika telah banyak memainkan peran dalam setiap perjalanan politik Indonesia terutama ketika peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto. Banyak pengamat menilai sebagian besar peristiwa-peristiwa hitam di Indonesia tidak lepas dari campur tangan Amerika lewat CIA.
Selain itu, publik juga menilai bahwa aktivitas invasi bukanlah yang pertama kalinya, bahwasannya dunia juga menyaksikan hal serupa bagaimana negara Palestina terus diperangi oleh Israel, namun dunia tetap diam. NATO, PBB menutup mata soal Palestina, tapi giliran Ukraina, mereka memberikan sanksi tegas untuk Rusia sebagai dukungan terhadap Ukraina.
Hal ini jelas menandakan bahwa Rusia punya hubungan spesial bersama Ukraina. Istilahnya Ukraina telah siap dilamar NATO tapi NATO masih takut. Entah takut atau apa yang pasti Ukraina belum masuk NATO meskipun punya hubungan khusus tapi seolah digantung hingga Ukraina merasakan kekecewaan yang cukup mendalam.
Bukan hal yang aneh jika negara-negara Eropa yang tergabung dalam NATO berbondong-bondong membela Ukraina hingga memberikan sanksi kepada Rusia. Pasalnya, NATO punya hubungan khusus terutama dengan presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.Â
Hal inilah yang menjadi alasan Rusia menyerang Ukraina yaitu karena pemimpin Ukraina tersebut lebih dekat ke Barat dan ingin menjadi bagian Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO.Â
Rusia sepertinya dibuat geram karena tau betul sifat Amerika yang selalu memberikan pengaruh terhadap negara-negara di dunia tapi karena Ukraina tepat berada di perbatasannya maka ia tidak akan membiarkannya.
Di hari pertama, ketika Rusia melakukan invasi ke Ukraina dunia seolah menjadi penonton. Tapi sebetulnya semua orang menunggu bagaimana sikap atau reaksi NATO terhadap konflik Rusia-Ukraina.
Pada awalnya NATO diam, tapi bukan berarti tidak mau melakukan tindakan, mereka berpikir bagaimana konsekuensinya. Seperti sedang melakukan analisis bagaimana strategi yang dibuat Putin, ketika NATO turut membantu Ukraina konsekuensi apa yang akan terjadi.Â
Berkali-kali Putin memperingatkan kepada dunia, jika siapa saja negara yang terlibat ikut campur dengan urusannya maka negara tersebut akan melihat sesuatu yang belum pernah terjadi sepanjang masa. Bahkan Putin menyebut kata kata mengerikan yaitu kiamat yang bisa dipercepat olehnya.
"Kiamat adalah urusan Tuhan, tapi jika negara Barat ingin segera kiamat maka itu urusan saya," kata Putin dalam salah satu pidatonya yang menjadi viral di Indonesia terutama jargonnya "Urra" yang menjadi populer di Indonesia.
Ya, nama Vladimir Putin justeru menjadi populer bahkan beberapa video singkatnya banyak disukai khususnya oleh warganet. Menurut Analis Survei Digital Evello hal ini didasarkan oleh ketidaksukaan kepada AS dan NATO.Â
Keberanian Putin seolah membuka mata waganet Indonesia bahwa Ini Soviet yang sekarang Rusia masih menjadi penyeimbang kekuatan barat. Keberanian Putin juga mengingatkan kembali pada presiden pertama Indonesia yang memiliki sikap pemberani seperti Putin, tegas anti imperialisme dan kolonialisme dalam bentuk apapun.
"Kecenderungan pengguna media sosial untuk memperbincangkan Putin cenderung dominan dibandingkan Zelensky sebesar 74 persen," kata pendiri Evello Dudi Rudianto.Â
"Putin adalah mantan intelejen. Presiden Ukraina komedian seakan-akan mantan intelejen bisa jadi presiden, sementara komedian jadi presiden dianggap negaranya tidak benar," kata Radityo Dharmaputra, Peneliti Studi Rusia dan Eropa Timur UNAIR.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H