Kali kelima saat kamu menjadikan menulis adalah salah satu cara untuk meluapkan keluh kesahmu. Kamu mulai menikmati apa yang kamu rasakan dengan menuliskannya. Tidak ada hal berarti yang membuatmu tidak menuliskan apa yang kamu rasakan.
Selepas banyak rasa yang kamu tuangkan dalam tulisanmu, pada akhirnya kamu tidak akan menyangka akan menuliskannya. Kamu mulai membaca dan terbiasa dengan apa yang kamu tulis kali pertama dan cerita selanjutnya.
Kamu tidak menitikkan air mata kesedihan lagi, melainkan menitikkan air mata bahagia. Sebab, emosi yang kamu rasakan, kamu tuangkan langsung dalam bentuk tulisan. Hal itu membuatmu mampu menerima apapun yang telah terjadi, tanpa sedikit pun merasakan sakit terhadap apapun yang telah kamu alami.
Inilah konsep "merawat kenangan" yang menjadikan diri kita terbiasa karena kita menulis dan menuangkan emosi yang kita rasakan ke dalam tulisan itu.
Seperti yang sudah saya sampaikan pada paragraf sebelum-sebelumnya. Menulis kenangan adalah salah satu bentuk sebuah karya. Karya yang akan membawa kita pada hal-hal baik di masa depan. Karya yang berbentuk tulisan, akan membuat kita senyum-senyum sendiri ketika membacanya suatu saat nanti.
Di masa depan, kita tidak tahu tulisan yang kita buat akan terkumpul menjadi sebuah naskah yang bisa dibukukan. Nah, buku itu yang akan membawa kita pada kebaikan-kebaikan seperti halnya rezeki. Namun, hal itu hanyalah bonus bukanlah tujuan utama.
Tujuan utamanya adalah agar kita menerima kenangan buruk seperti halnya barang antik. Menerimanya dengan lapang dada dan memberinya tempat dengan segenap jiwa dan raga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H