Mohon tunggu...
AkakSenja
AkakSenja Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan yang terus belajar, bertumbuh, dan sembuh melalui tulisan.

Ekspresif yang aktif. Menulis untuk diri sendiri. Fotografi dan pejalan jiwa. Penikmat kopi dan penyuka senja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbahagialah dengan Kegagalan

17 Januari 2021   06:56 Diperbarui: 17 Januari 2021   11:10 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah berpikiran bahwa hal terbaik yang bisa saya lakukan sekarang adalah menciptakan sesuatu. Mungkin ada yang beranggapan bahwa kata "menciptakan" yang saya gunakan terlalu berlebihan.

Namun, di situlah letak energi semangat untuk terus berkarya dan "menciptakan" sesuatu. Meski hanya dari ceceran tulisan yang terbentuk dari pemikiran sendiri. Apapun itu, bagi saya lebih baik daripada berdiam diri dan secara tidak langsung membatasi diri saya untuk berekspresi.

Dulu, saat masih awal sekali mengenal dunia tulis menulis begitu bersemangat. Namun, tetap ada masanya semangat itu luntur. Sebabnya banyak. Dari kritikan yang tak menyenangkan atau daya dukung yang kurang dari keluarga. Hal-hal itu cukup membuat saya tertekan dan berpikiran untuk berhenti.

Meskipun begitu, ada saja yang membuat saya memulai lagi. Mulai melanjutkan apa yang sudah saya mulai dulu. Dengan begitu, bagaimana pun hasilnya nanti, proses yang berupa progress kecil akan membawa saya pada kebaikan. Entah kebaikan itu berbentuk apa dan bagaimana.

Setiap tahun selalu ada hal yang dimulai atau diakhiri. Maka dari itu, agar hal itu terjadi, adanya resolusi di setiap tahun bisa menjadi awal yang baik. Sama halnya dengan tahun 2020, tahun di mana saya mulai mengenal pahitnya kehidupan. Dari permasalahan yang sederhana sampai yang rumit.

Tahun-tahun di mana saya masih dalam pencarian jati diri. Seperti saat saya menemui banyak kegagalan dan kesulitan yang mulai merangkul saya menjadi beban dan tanggung jawab yang saya rasa tak pernah selesai.

Banyak hal yang saya mulai, tapi di penghujung tahun belum ada yang bisa saya akhiri. Menjadikan saya tak banyak berharap di tahun 2021. Hanya beberapa harapan yang pasti masih bisa saya upayakan dengan segala kegagalan dan kesulitan yang saya rengkuh di tahun sebelumnya.

Tahun berganti, secara otomatis umur bertambah, tapi masa hidup berkurang, begitulah kiranya. Pada umur yang bertambah, jika belum bisa apa-apa dan menjadi sesuatu, hal itu yang akan menjadi beban tersendiri.

Jujur, saya sendiri merasa seperti itu. Banyak orang sering bilang, orang seperti saya biasa disebut sebagai “beban orang tua”. Ahh! Apapun yang menyangkut orang tua, saya langsung merasa ciut. Merasa menjadi anak yang tidak berguna sama sekali.

Bagian terburuk dari itu semua, jika orang tua tidak mampu atau bahkan tidak mau mengerti dan memahami, ditambah dengan penilaian buruk tetangga, ditambah lagi kegagalan yang kita terima, biasanya menjadi bahan candaan dan dengan mudahnya mereka mentertawakan kegagalan itu. 

Meskipun di masyarakat hal itu sudah lumrah, akan tetapi bagi kita hal itu berubah menjadi beban. Beban yang seakan semakin bertambah tanpa adanya solusi dan progress yang berkesinambungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun