Mohon tunggu...
AkakSenja
AkakSenja Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan yang terus belajar, bertumbuh, dan sembuh melalui tulisan.

Ekspresif yang aktif. Menulis untuk diri sendiri. Fotografi dan pejalan jiwa. Penikmat kopi dan penyuka senja.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jangan Nyampah! Kalau Enggan Beli Tempat Sampah

10 Desember 2020   18:15 Diperbarui: 10 Desember 2020   18:24 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita beralih ke tempat lain. Semisal di tempat umum seperti taman, bandara, stasiun, terminal dan banyak tempat lainnya. Banyak orang yang dengan sangat percaya diri membuang sampah di sembarang tempat. Padahal, di dekatnya ada tempat sampah. Memang cukup menggelikan.

Bahkan saya berkali-kali menyaksikan hal sepele yang berhubungan dengan membuang sampah sembarangan. Saya sangat geram dan tidak terima. Bisa-bisanya mereka seenaknya sendiri membuang sampah mereka di sembarang tempat.

Waktu itu saya sedang perjalanan pulang ke rumah dari kampus. Saat motor saya sedang melaju pelan, ada sebuah mobil yang mendahului saya. Tepat setelah mobil itu mendahului saya, seorang penumpang yang ada di dalam mobil itu membuka jendela dan membuang selembar tisu yang habis digunakan. Cuma selembar tisu lho? Itu yang  membuat saya sangat geram. Tapi, saya hanya bisa ngomel sama diri saya sendiri.

Lain halnya dengan cerita saya yang satu ini. Waktu itu sore hari. Saya perjalanan dari rumah menuju sanggar Pramuka di kampus. Saat itu kejadiannya di lampu merah, aku berhenti di belakang sebuah mobil. Tiba-tiba, ada sebuah tangan yang keluar dari jendela dengan memegang sebuah asbak -tempat membuang sementara puntung rokok- lalu isi yang ada di dalam asbak itu dibuang di pinggir jalan.

Apa? Beneran dibuang di pinggir jalan?

Iya. Dibuang di pinggir jalan. Lagi-lagi dengan sangat percaya diri orang itu membuang sampah puntung rokok di pinggir jalan. Waktu itu saya melihat kejadian itu dengan pandangan yang tidak suka. Seseorang yang membuang sampah sembarangan itu, melihat saya di bayangan cermin spion mobil. Mau tahu bagaimana raut mukanya? Tahu kan raut muka yang tersenyum sinis? Ya, gitu raut mukanya. Sangat mengesalkan.

Lagi-lagi, saya tidak bisa menegur. Karena waktu itu lampu sudah berganti hijau. Saya mendahului mobil itu dan saya menampakkan raut muka melengos. Saya terus melajukan motor saya. Sambil ngomel -lagi- dengan diri sendiri.

Sepele banget bukan? Pikirku, mereka mampu beli mobil tapi tidak mampu beli tempat sampah. Ya kalau tidak ada tempat sampah di dalam mobil atau di manapun itu, ya mbok jangan dibuang sembarangan. Sampahnya disimpan dulu di plastik atau di manapun. Baru ketika ketemu tempat sampah baru di buang. Jangan malah di buang sembarangan. Begitu saja kok sampai harus diajarin? Heran saya.

Setelah banyak peristiwa buruk yang terjadi karena sampah, seharusnya mereka sadar sepenuhnya. Bahwa sampah yang sedikit demi sedikit kita buang sembarangan juga akan terkumpul di suatu tempat dan menyebabkan masalah.

Orang yang belajar dari sebuah peristiwa tidak hanya orang-orang yang terkena dampak dari sebuah hukum alam. Tapi, semua orang berkewajiban untuk menjaga alam, khususnya lingkungan sekitar kita. Dengan cara apa?

Dengan cara membiasakan membuang sampah di tempat sampah. Memang itu hal kecil. Tapi, hal kecil yang terus dibiasakan dan menjadi kebiasaan bahkan malah menjadi budaya, maka akan berdampak besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun