Mohon tunggu...
ApriliaKiky
ApriliaKiky Mohon Tunggu... -

Low profile

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jibabmu atau Japitmu

5 Oktober 2016   12:03 Diperbarui: 5 Oktober 2016   14:36 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamualaikum ukhti,

Untuk memulai sesuatu yang baru akan selalu butuh proses. Baik itu proses yang sederhana atau proses yang super rumit (serumit isi hati wanita lagi pms). Dari proses itu kita bisa sekalian menjemput hidayah supaya kita yakin, apa yang kita lakukan ini akan membawa keberkahan. 

Sepertihalnya ketika kita memutuskan untuk berhijrah, dari mengkoleksi japit rambut berubah jadi koleksi jilbab kepala. Butuh proses untuk mengumpulkannya, mulai dari membeli satu per satu warna, memantaskan dengan bentuk wajah, model jilbab atau membeli gantungan jilbab sekalipun, semua butuh proses.

Terlepas dari proses koleksi jilbab, yang terpenting adalah proses bagaimana menjemput hidayah supaya kita merasa ikhlas melepas semua koleksi japit rambut yang sudah terlebih dahulu terkumpul, bagaimana supaya kita bisa ikhlas menggelung rambut yang sudah terlanjur di rebonding (kutu serasa prosotan di rambut), bagaimana kita bisa ikhlas berpanas panasan ria dengan berbalut jilbab di kepala (gatel dikepala tiada tara).

Dan yang terakhir bagaimana kita mempersiapkan mental untuk komentar yang datang dari segala penjuru arah. Well, itu semua butuh hidayah. Dan hidayah adalah petunjuk dari Allah untuk kemantapan hati kita, yang pastinya harus dijemput bukan ditunggu. Bagaimana menjemput hidayah??? Pergi ke bandara terdekat, jangan lupa bawa kertas A3, Spidol, terus kasih tulisan HIDAYAH, angkat tinggi tinggi di area kedatangan domestik atau turis, kali aja hidayah abis jalan-jalan ke luar negeri heheheheh.

“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya…” (QS. An-Nuur 24:31)

Coba baca penggalan makna ayat diatas, barang kali terselip hidayah. Kalo emang belum coba baca lagi yang dibawah ini

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Ahzab: 59). 

Masih belum ketemu juga??? (padahal itu Al-Quran lho yang bebicara)

Penulis mau sedikit berbagi pengalaman tentang proses pertama kali memutuskan berjilbab tanpa lepas pasang (emang behel). Yaitu berawal dari hobi  fashion yang kebetulan pada jaman itu sedang musim kata "hijabers". Prosesnya, stalking instagram para hijabers dari berbagai penjuru dunia, cari jilbab jaman sekolah di lemari, cari menset buat rangkapan baju yang (terlanjur) pendek, niruin gaya para hijabers, jadi deh... Singkat nya bukan main kan.

Sebulan, duabulan, tigabulan semua tingkahlaku, ucapan, pikiran dan hati turut berhijrah. Seolah-olah jilbab membawa pesona tersendiri buat saya, sehingga saya merasa sungkan jika harus berkelakuan, berucap, berpikiran seperti sebelum saya berjilbab. Tiga bulan itu proses saya menjemput hidayah, yang setelahnya itu saya merasa malu jika harus melepas jilbab atau memperlihatkan japit saya di depan umum, dalam mimpi sekalipun saya merasa malu.

Intinya untuk memilih jilbabmu atau japitmu tidak perlu menunggu siap hati, pikiran, jasmani atau rohani. Hanya dengan tekat yang bulat untuk tidak mendaftarkan diri menjadi calon penghuni neraka, karena perintah berjilbab turun langsung dari Allah. Atau kalian memang tega membiarkan ayah, kakak laki-laki atau adik laki-laki bahkan suami kalian terseret ke neraka oleh rambut dan aurat yang terpamerkan. 

Kesimpulannya, jika ukhti sudah ada rencana untuk berhijrah jangan pernah mencari alasan lagi untuk menundanya. Lakukan sekarang, jemput hidayah mulai sekarang, sebelum Allah menghentikan waktu kita di dunia.

Semoga bermanfaat

Wassalamualaikum

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun