Mohon tunggu...
ALI KAHFILUBIS
ALI KAHFILUBIS Mohon Tunggu... Programmer - Semangat

Saya ali Kahfi Lubis mashsiswa STMIK Nusa Mandiri Jurusan Teknik Informatika

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Gunung Prau Dieng, Negeri di Atas Awan

13 Juli 2018   18:31 Diperbarui: 13 Juli 2018   18:35 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PRAU MEMANG BENAR BENAR MEMUKAU.

Waktu itu pas banget abis Lebaran, gw,Jamet dan oncom ingin melakukan pendakian ke gunung Prau di daerah Dieng Wonosobo.

Sebenarnya rencana udah jauh-jauh hari tapi bukan gunung Prau tujuan nya sebab kata temen gw Tian.

"Prau itu bukan gunung tapi bukit"

Dia bicara seperti itu dengan nada sedikit merendahkan ("sial emang tuh orang "). Padahal gak ada efeknya menurut gw, mau direndahkan ataupun disanjung. Sebab segala apa-apa yang diciptakan Tuhan sebelum tersentuh tangan manusia adalah keindahan yang memukau.

Ohh iya klo gak salah, niat gw itu ke gunung Semeru, tapi karena kehabisan tiket kereta, jadi kita memilih untuk ke gunung Prau yang katanya bukit.
Yahhhh dari pada gak kemana-mana. Yakan.

H+2 setelah lebaran, tepatnya sore hari sebelum berangkat, biasa kita selalu kumpul di rumah jamet untuk packing packing dan memastikan tidak ada barang yang tertinggal.

Saat itu oncom mengajak teman kampusnya namanya Irwan, kata oncom.

"Gw ngajak cewe gak ada yang mau"

Hahaha memang oncom selalu berharap naik gunung itu ada cewenya, karena sudah sering kita mendaki selalu batangan semua.

Setelah sholat ashar kita diantar oleh adenya jamet, menuju terminal Kalideres. Nah terminal ini adalah terminal dimana kita memulai petualangan.

Di terminal Kalideres gw dan jamet langsung nego ke petugas PO. Sinar jaya .Kenapa kita memilih sinar jaya...? Karena memang bis ini harganya paling bersahabat...walaupun pada hari itu harga bis terbilang mahal karena masih masuk musim mudik.

Petugas bus menanyakan tujuan kami ingin kemana.

"Mau kemana mas?".

"Kewonosobo pa",Jawab gw. "Sekarang berapa  ya pa onkosnya?". Lanjut gw.

"Masih mahal mas, soalnya musim mudik lebaran, masih 250ribu mas".

Gw langsung kaget. (Gila mahal banget)*dalemhati, soalnya biasanya cuma 120ribu.

"Gak bisa kurang pa?"

"Wah harga pas mas!!"

Gak lama dari itu ada petugas lainnya yang menanyakan tujuan kami.

"Mau kemana mas?".

Gw jawab ajah. "Wonosobo, tapi harganya gak bisa goyang pa.?".

Dia bilang, "yaudah 230rb gmana mas, mau gak?"

"200rb pa gimana?...soalnya kan ini musim mudik..tapi kan saya gak mudik pa, tapi mau naik gunung", guyon gw.

Karena bis sudah mau jalan dan bangku di dalam juga masih ada yang kosong akhirnya petugas PO.Sinar jaya mengalah.

"Ywdah masuk masuk." Katanya dengan wajah sedikit kecewa.

Hahahaha...Mayan 50ribu..selamat...!

Setibanya di terminal wonosobo kira kira pukul 07:00 WIB, kami langsung bergegas untuk mencari kebutuhan perut sebab sedari malam kami menahan lapar, disana kami juga berbincang-bincang ringan dengan beberapa pendaki, ada yang ingin ke Sindoro, sumbing, dan sikunir. Kemudian kami meneruskan perjalanan menuju basecamp petak banteng.

Petak banteng adalah jalur pendakian gunung Prau yang paling terjal, karena terjal jadi untuk menuju puncak waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama. Pokonya jalur ini cocok banget buat pendaki pemula untuk merasakan indahnya pemandangan, dengan letih yang lumayan.

Oh iya waktu itu kami menuju basecamp dengan menaiki mini bus jurusan Dieng, dengan harga yang sudah pas, tak bisa di ganggu gugat. Cukup murah lah untuk perjalanan sejauh itu kami dekenakan biaya 20ribu.

Setibanya kami di basecamp kira kira pukul 10:00 WIB, kami langsung istirahat sekalian packing-packing+pembagian beban. Oh iya untuk Sikmasi gunung Prau kita dikenakan biaya hanya 10ribu, plus dikasih plastik sampah 1 pcs, jadi tidak ada alasan untuk tidak membawa sampah.

Sebenarnya yang gw rindukan dari mendaki adalah saat kita tiba di desa sebelum menuju gerbang pendakian, karena banyak warga desa, si mbok si mas , si embah, dan sesiapa saja yang melemparkan senyum ke kami. Disaat itu gw benar-benar merasakan berada di Indonesia, sebab gw masih percaya untuk merawat hidup, kita harus sering-sering melemparkan senyum ke siapa saja, sebab senyum mu kepada saudaramu bernilai pahala dan tradisi seperti itu hanya terdapat di desa-desa.

Waktu menunjukan pukul 11:00 WIB, suhu di kaki gunung Prau terbilang sangat dingin, bahkan jika kita keluar tanpa mengunakan alas kaki kita bisa merasakan Dingin yang menusuk tulang. Warga sekitar diesetiap harinya selalu menggunakan jaket atau pakaian tebal. Dan yang aneh adalah ketika gw masuk minimarket gw sama sekali tidak menemukan AC dan minuman dingin, pintu mini market pun di buka begitu saja.

Setelah mengurusi perizinan, kami langsung memulai pendakian dengan berdoa karena segala sesuatu harus diawali dengan meminta dan memohon kepada robb Alam semesta, apalagi kita ingin mengunjungi tempat tempat semacam ini.

Pendakian melalui jalur petak banteng itu tidak memakan waktu lama..hanya sekitar 1 jam kita sudah sampai di pos1 dan kata jamet paling 3 jam kita sudah berada di puncak, mendengar hal itu kita langsung aja meneruskan perjalanan menuju puncak.

Saat perjalanan menuju pos satu kami di sungguhi dengan pemandangan kebun milik warga dah beberapa bukit di sekitar Dieng , di sini belum masuk zona hutan jadi cuacanya agak panas karena matahari yang begitu terik tapi tetep hawanya dingin, yahh pokoknya gitu dah..panas tapi dingin..haha.

Nah,, kalau sudah nyampe pos satu kita akan disambut dengan beberapa pohon Pinus walaupun gak banyak banget sii pohon pinusnya..tapi lumayan lahhh...buat spot foto-foto, disini juga terdapat beberapa warung jadi klo kalian ada rencana ingin kesini jangan takut kehausan dan kelaparan seperti di gunung-gunung lain, karena Prau termasuk dalam kategori gunung manja, hahaha.

Sambil bercanda-canda dalam perjalanan tak terasa kita sudah tiba di pos 2, di sini hutan cukup lebat kita rehat sejenak, ngopi-ngopi dan melakukan kewajiban sebagai seorang muslim,

Dari pos 2 untuk menuju pos 3 tidak terlalu jauh. Hanya saja medan nya yang terjal jadii Setengah jalan setengah istirahat.

Di pos 3 pohon-pohon juga mulai jarang jadi disini sudah terlihat jelas pemandangan desa petak banteng. Tapi sayang pada saat itu kabut begitu tebal, alhasil kami meneruskan perjalanan menuju puncak.

"Kita ngecamp dimana?".Tanya jamet sambil melihat lihat lokasi dan view yang cocok untuk mendirikan tenda.

"Disini ajah met" sahut oncom sambil menunjuk tempat, "di sini enak met bisa hammockan", tambah oncom.

Oh iya, kita sudah sampai di puncak gunung Prau. Memang tidak terlalu letih tapi pemandangan yang di janjikan tidak mengecewakan. Memang si kata beberapa pendaki gunung yang sudah melalang buana bahkan sampai lupa orang tua, haha. Nikmat puncak itu sebanding dengan letih yang kita rasakan saat mendaki jadi kalau sudah bener-bener merasakan letih disitulah nikmatnya mendaki.

Ngomong ngomong tentang nikmat nya puncak, gw mau cerita sedikit nih tentang pengalaman gw waktu di gunung Slamet, di situ gw bener-bener merasakan apa itu mendaki. Pokonya kesunyian hutan, kebersaman, kesetia kawanan, suka, dan duka lengkap sudah, intinya semua rasa ada disana, kecuali rasa duren. Haha. Bahkan pada saat sampai atap Jawa tengah, gw NANGIISS. Terharu..... Kerena pada saat itu gunung Slamet blom dibuka untuk pendakian kerena pasca erupsi. Jadi cuma anak-anak(teman) gw ajah yang ada di gunung itu. 

Sumpah gunung dalam keadaan sepi pi pi pi..dan pas bener-bener nyampe di puncak gw cuma bisa diam. Sebab diam nya seseorang bukan berarti dia tidak mencintaimu, bisa jadi nama mu lah yang selalu disebut dalam sujud sembah kepada nya. (Lahh kok jadi begini,  wah ngawur-ngawur). Gak. Gw diam emang karena..?apa ya..?Pokonya Slamet bikin mati kata sumpah...kalian harus coba . Tapi harus sepi. Titik. Jadi cuma ada lu dan sahabat lu ajh di gunung itu. Cukuplah ceritanya...soalnya gw mau bahas gunung Prau buka gunung Slamet.

Melihat jamet lagi berseteru dengan oncom mencari lokasi tenda gw diem ajh sambil menikmati pemandangan dari atas gunung Prau. Masalah view! Prau gak kalah sama gunung gunung lainnya!. Ini gunung emang instagrameble banget.

Setelah tenda sudah dirikan, seperti biasa ritual selanjutnya adalah masak air buat ngopi. Ini mah ritual gak boleh dilewatin. Ngopi di dalam tenda sambil memandang Sindoro dan sumbing yang berdiri gagah, wahhaha pokonya di kota kota gak ada yang kaya gini.

Jika dilihat dari gunung Prau, Sindoro dan sumbing benar benar memukau, wanita dengan alis yang dilukis kalah indahnya dengan lukisan yang satu ini. Terpesona aku saat melihat mu, masih jauh mempesona karya Tuhan yang satu ini. Tapi aku yakin jika kamu berdiri di depannya nya. Ahhh selesai sudah, dunia pasti akan berhenti berkata-kata.(Wah parah ngawur lagi)haha. udah lah...! Kayanya makin kesini tulisan gw makin ngawur...!!!

Intinya penilaian gw terhadap gunung Prau itu salah. Gw pikir ini gunung pendek dan biasa ajah, ternyata apa yang gw lihat jauh lebih indah dari apa yang gw bayangkan. Pointnya si jangan menganggap remeh apa apa yang Tuhan cipta, apa lagi keindahan alam nya sekalipun itu hanya bukit yang tingginya tak seberapa. Udah dulu yaa

Terimakasih sudah mau membaca.

Salam cinta, hangat dan lestari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun