Mohon tunggu...
Akademizi
Akademizi Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Akademizi lahir dari sebuah visi besar yang ingin mendorong kemajuan gerakan filantropi Islam sekaligus mampu menjadi inspirasi bagi gerakan kebajikan dan pemberdayaan umat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Program Pemberdayaan Harus Sesuai Kebutuhan Masyarakat

18 Januari 2024   10:45 Diperbarui: 18 Januari 2024   10:47 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Program pemberdayaan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga bermanafaat dan dapat mengatasi persoalan ekonomi.

"Apa yang diidealkan dalam pemberdayaan tidak sesuai dan tidak ada manfaat. Misalnya sebuah kampung diberi bantuan jahe gajah ternyata di lapangan muncul pertanyaan, itu tanaman untuk siapa? Setelah panen mau diapakan? jahe gajah itu dijual ke mana?" kata Direktur Akademimzi Nana Sudiana di acara Pelatihan Dai IZI, Selasa (15/1/2024).

Nana mengatakan, program pemberdayaan jangan hanya sekadar terlaksana. Misalnya budidaya tanaman cabai. Setelah panen tidak ada yang datang dan ramai hanya ketika launching.

"Program pemberdayaan habis pakai. Saat launching CSR perusahaan kerja sama lembaga zakat ramai namun desain program pemberdayaannya tidak jelas. CSR perusahaan memberi souvenir dari kayu berupa alat kesenian dari Jawa. Warga diajarkan pengrajin senior membuat souvenir dan setelah itu dipajang. Awalnya dibeli namun tidak terjual karena harganya mahal sehingga program itu hanya dijadikan etalase. Program tidak direncanakan jangka panjangnya. Akhirnya programnya bubar tidak ada yang meneruskan," ungkapnya.

Program pemberdayaan masyarakat harus melibatkan masyarakat agar bisa terlaksana dengan baik dan berkelanjutan.

"Pelaksana program tidak melibatkan partisipasi dari masyarakat. Misalnya lembaga memberi alat pencacah sampah dengan alasan program lingkungan hidup tapi tidak melihat masyarakat sudah mempunyai pengurai sampah secara tradisional. Akhirnya program pencacah sampah sampah ini tidak berhasil," jelasnya.
 
Nana mencontohkan ada lembaga zakat yang tidak tepat sasaran dalam melakukan program pemberdayaan ikan air tawar di Sulawesi Selatan. Padahal masyarakat setempat tidak terbiasa makan ikan tawar. "Akhirnya program pemberdayaan tidak efektif karena yang membeli ikan tawar orang Jawa. Apapun yang kita lakukan harus utuh, apa ini sesuai atau tidak, disambut masyarakat atau tidak," ungkap Nana.

Manajer Dakwah dan Pembinaan LAZNAS IZI Ustaz Rosihan Anwar mengatakan, Da'i Penjuru Negeri melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat. "Peran dai bukan hanya persoalan fikih tapi mempunyai sensitifitas dalam meriset secara enjoy dalam berdakwah," paparnya.

Untuk asatiz, Ustaz Rosihan mengutip pernyataan gurunya sewaktu di Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo, ath thariqah ahamu minal madah, wal ustaadzu ahammu min ath-thariqah, wa ruuhul ustadz ahammu min al ustadz. (metode pelajaran lebih penting dari pelajaran, guru lebih penting dari metode, dan ruh guru lebih penting dari guru itu sendiri).

"Ada guru yang mengajarnya biasa saja tetapi mudah diterima para siswanya. Ini tidak lepas dari ruh guru," ungkapnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun