Program pemberdayaan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga bermanafaat dan dapat mengatasi persoalan ekonomi.
"Apa yang diidealkan dalam pemberdayaan tidak sesuai dan tidak ada manfaat. Misalnya sebuah kampung diberi bantuan jahe gajah ternyata di lapangan muncul pertanyaan, itu tanaman untuk siapa? Setelah panen mau diapakan? jahe gajah itu dijual ke mana?" kata Direktur Akademimzi Nana Sudiana di acara Pelatihan Dai IZI, Selasa (15/1/2024).
Nana mengatakan, program pemberdayaan jangan hanya sekadar terlaksana. Misalnya budidaya tanaman cabai. Setelah panen tidak ada yang datang dan ramai hanya ketika launching.
"Program pemberdayaan habis pakai. Saat launching CSR perusahaan kerja sama lembaga zakat ramai namun desain program pemberdayaannya tidak jelas. CSR perusahaan memberi souvenir dari kayu berupa alat kesenian dari Jawa. Warga diajarkan pengrajin senior membuat souvenir dan setelah itu dipajang. Awalnya dibeli namun tidak terjual karena harganya mahal sehingga program itu hanya dijadikan etalase. Program tidak direncanakan jangka panjangnya. Akhirnya programnya bubar tidak ada yang meneruskan," ungkapnya.
Program pemberdayaan masyarakat harus melibatkan masyarakat agar bisa terlaksana dengan baik dan berkelanjutan.
"Pelaksana program tidak melibatkan partisipasi dari masyarakat. Misalnya lembaga memberi alat pencacah sampah dengan alasan program lingkungan hidup tapi tidak melihat masyarakat sudah mempunyai pengurai sampah secara tradisional. Akhirnya program pencacah sampah sampah ini tidak berhasil," jelasnya.
Â
Nana mencontohkan ada lembaga zakat yang tidak tepat sasaran dalam melakukan program pemberdayaan ikan air tawar di Sulawesi Selatan. Padahal masyarakat setempat tidak terbiasa makan ikan tawar. "Akhirnya program pemberdayaan tidak efektif karena yang membeli ikan tawar orang Jawa. Apapun yang kita lakukan harus utuh, apa ini sesuai atau tidak, disambut masyarakat atau tidak," ungkap Nana.
Manajer Dakwah dan Pembinaan LAZNAS IZI Ustaz Rosihan Anwar mengatakan, Da'i Penjuru Negeri melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat. "Peran dai bukan hanya persoalan fikih tapi mempunyai sensitifitas dalam meriset secara enjoy dalam berdakwah," paparnya.
Untuk asatiz, Ustaz Rosihan mengutip pernyataan gurunya sewaktu di Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo, ath thariqah ahamu minal madah, wal ustaadzu ahammu min ath-thariqah, wa ruuhul ustadz ahammu min al ustadz. (metode pelajaran lebih penting dari pelajaran, guru lebih penting dari metode, dan ruh guru lebih penting dari guru itu sendiri).
"Ada guru yang mengajarnya biasa saja tetapi mudah diterima para siswanya. Ini tidak lepas dari ruh guru," ungkapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H