Mohon tunggu...
Akademizi
Akademizi Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Akademizi lahir dari sebuah visi besar yang ingin mendorong kemajuan gerakan filantropi Islam sekaligus mampu menjadi inspirasi bagi gerakan kebajikan dan pemberdayaan umat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Zakat Menjadi Gerakan Kemanusiaan

30 November 2023   09:50 Diperbarui: 30 November 2023   09:57 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)

Dalam perkembangannya, Hari Relawan juga cukup familiar di gerakan zakat. Hal ini tiada lain karena gerakan zakat, khususnya di Indonesia, telah pula memasuki urusan yang lebih jauh. Zakat digunakan di lapangan tak sekadar pada delapan ashnaf secara kaku. Dalam praktiknya, sejumlah gerakan zakat tampil menjadi gerakan kemanusiaan. Kehadiran gerakan zakat di dunia kemanusiaan kini tak asing, bahkan di momen hari-hari bencana terjadi, aktivis gerakan zakat tak kalah sigap juga bekerja selayaknya dengan relawan kemanusiaan pada umumnya.

Gerakan zakat bukan memperluas cakupan, apalagi "menamba pekerjaan", melainkan memang karena gerakan zakat terpangs untuk melakukan hal yang sama dalam membantu dan meringankan beban para korban musibah. Apalagi bila kejadian kemanusiaan atau musibah itu berimplikasi pada rakyat kecil yang notabene berkategori fakir atau miskin.

Bila yang terkena musibah atau sasaran aktivitas kemanusiaan itu mereka yang masuk ashnaf, maka gerakan zakat semakin tak ragu-ragu untuk secepatnya membantu dan terlibat dalam kerja-kerja sosial dan kemanusiaan bersama siapa pun di lapangan.

Di tengah dinamika perzakatan, Hari Relawan Internasional bukan momen asing bagi gerakan zakat Indonesia. Momen ini bukan lagi secara eksklusif milik organisasi sosial atau lembaga kemanusiaan. Sejatinya, gerakan sosial kemanusiaan dan gerakan zakat memenuhi panggilan jiwa yang sama, yakni kepedulian untuk berbagi.

Gerakan kemanusiaan hadir dalam lanskap general bahkan sangat luas; saat yang sama, gerakan zakat juga hadir untuk menopang problem mustahik di mana pun mereka berada. Di sisi lain, masalah kemanusiaan pun bukanlah semata-mata saat terjadi musibah, bencana alam, ataupun perang.

Kemiskinan pun sesungguhnya bencana terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Belum lagi keterbelakangan kehidupan dan tiadanya daya dukung kehidupan yang layak bagi mereka yang fakir dan miskin di banyak tempat di dunia.

Di tengah kemiskinan, yang juga di derita pula umat Islam di banyak belahan dunia, zakat laksana pelita di kegelapan. Zakat bisa menjadi sandaran atas solusi yang diinginkan untuk perbaikan masalah umat dan bangsa. Zakat yang jumlah penghimpunannya terus meningkat signifikan, bisa pula menjadi seakan tali penolong dari beratnya tekanan kehidupan sehari-hari yang dialami mereka yang berkategori fakir dan miskin.

Dengan zakat, diharapkan ada perubahan signifikan kehidupan mereka. Seiring berlalunya waktu, menjadi bumerang bila justru orang-orang miskin ini semakin bertambah miskin dan semakin banyak jumlahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun