Apakah bisa membuat pakaian dari selulosa bakteri? Bisa. Apakah bisa diproduksi massal demi kepentingan bisnis? Tidak. Lain hal kalau fashion dari selulosa bakteri ini memang didesain dan diproduksi secara khusus utuk kalangan terbatas semacam marketing ala Dior dan Gucci.
Sepengematan saya selama ini, banyak sekali yang terjebak dengan ilusi selulosa bakteri sebagai pengganti selulosa tumbuhan untuk produk sehari-hari, baik dari kalangan akademisi maupun dari kalangan rakyat biasa, karena penjelasan tentang hal ini memang sangat langka.
Sampai sejauh ini, aplikasi selulosa bakteri yang paling realistis hanya sebagai sumber serat pangan yang baik bagi pencernaan (nata de coco), sebagai bahan pengantar zat aktif kosmetik dalam bentuk masker dan sebagai bahan-bahan untuk produk high-tech seperti membran headset dan layar gadget yang hanya diperlukan dalam jumlah yang relatif sangat sedikit.
Catatan tambahan. Dari hasil penelaahan saya terhadap informasi yang diberikan oleh start-up Malai-India, produknya adalah campuran selulosa bakteri dengan selulosa tumbuhan dan produknya belum final.
Sedangkan start-up Nanollose-Australia, produknya mengarah kepada produk eksklusif dan sebagai bahan tambahan untuk produk dari perusahaan lain yang berbahan selulosa tumbuhan.Â
Saya sangat yakin bahwa kendala teknis yang sedang mereka hadapi, persis seperti yang sudah saya sampaikan dan tidak mungkin mereka ceritakan ke ruang publik secara terbuka.
Dengan demikian, harapan mereka supaya bakteri selulosa bisa sebagai bahan fashion penyelamat lingkungan, nampaknya mustahil terwujud.
Sebagai penutup tulisan ini, saya cenderung lebih yakin bahwa material pengganti selulosa yang lebih aman, nantinya bisa diperoleh dari teknologi sintesis biokimiawi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H