Banyak yang beranggapan bahwa warisan itu berupa uang, harta benda, ladang sawah atau perusahaan. Padahal ada warisan yang bisa jadi jauh lebih penting daripada itu semua, cerita kehidupan pribadi, khususnya bagi anak-anak kita.
Cerita kita tentang berbagai peristiwa kehidupan yang menarik, mulai dari cerita yang sifatnya membahagiakan bahkan hingga yang menyedihkan. Misalnya mengenai bagaimana kita bertemu dan berjodoh dengan ibu anak-anak, mengenai bagaimana terbentuknya usaha yang kita bangun, mengenai kenangan bersama keluarga yang sangat mengesankan, dan sebagainya.
Warisan ini bisa dalam bentuk audio-visual maupun dalam bentuk tulisan. Namun tulisan lebih baik daripada audio-visual, karena melalui tulisan kita bisa lebih leluasa mendeskripsikan atau menarasikan apa yang kita alami dari sebuah peristiwa.
Semestinya semua orang yang bisa berbicara, yang bisa berdialog, sudah pasti bisa menulis kecuali tentunya yang buta huruf. Ketika kita sedang menulis sebuah cerita, anggap saja kita sedang berbicara kepada seseorang. Hiraukan saja dulu mengenai tata bahasa kepenulisan, abaikan dulu mengenai susunan tulisan atau urutan waktu peristiwanya, tuliskan saja apa yang teringat di benak. Jika memungkinkan, semua cerita itu disatukan dalam bentuk buku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H