Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menelaah Dilema Pemerintah dalam Menangani Wabah Besar Covid-19

6 Mei 2020   08:17 Diperbarui: 6 Mei 2020   08:19 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika diserahkan kepada mekanisme seleksi alam untuk membentuk kekebalan populasi (herd immunity) yang lambat laun pasti akan menghentikan laju wabah, bakal banyak yang jadi korban nyawa. Ujung ujungnya krisis sosial dan krisis politik. Ini adalah pilihan yang menafikan fungsi akal manusia. Gak ada bedanya kita manusia dengan hewan-hewan liar di alam liar sana.

Jika diterapkan metode penguncian wilayah (lockdown), negara gak sanggup membiayai tanggungjawabnya untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup rakyat yang terdampak langsung. Kita asumsikan saja tidak sanggup (benar tidaknya, entahlah). Hal ini saya tangkap dari pernyataan presiden Jokowi 22 April yang lalu, presiden mengatakan biaya yang dikeluarkan negara sebanyak 300 milyar rupiah/hari hanya untuk Jakarta saja. Jabodetabek tiga kali lipatnya. Bisa kita bayangkan berapa besar biaya total lockdown untuk seluruh kota-kota besar di negara kita.

Belum lagi perkara teknis pengaplikasiannya di lapangan yang pastinya sangat tidak mudah dan kesiapan rakyat menerima kondisi tersebut.

Akhirnya pemerintah memilih jalan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Jika pilihan ini berjalan terlalu lama, katakanlah lebih dari tiga bulan, korban nyawa akan banyak juga, fasilitas kesehatan yang kita miliki relatif sangat terbatas. Prekonomian akan remuk. 

Ujung-ujungnya krisis sosial dan krisis politik, juga. Btw. Berdasarkan apa yang telah kupelajari, pilihan ini adalah kombinasi antara intervensi manusia dengan mekanisme seleksi alam.

Tanpa bermaksud membela (apalagi sudah mengetahui sejumlah blundernya yang sangat signifikan, khususnya di awal outbreak di negara kita pada bulan Januari-Februari 2020 yang lalu), saya memahami betul peliknya masalah yang sedang dihadapi oleh pemerintah.

Semua pilihan-pilihan solusi mengatasi wabah besar yang ada, mempunyai dampak buruk (collateral damage) yang signifikan.

Sikonnya memang sangat menyebalkan.

Bikin serba salah. Mendukung keputusan pemerintah tetapi sebagian (besar) gak selaras dengan pemikiran pribadi. Tidak mendukung dan protes selalu, juga sama salahnya. Berpotensi mengganggu lancarnya upaya-upaya intervensi yang sedang dilakukan pemerintah. Bisa-bisa jadi tenggelam sama-sama.

Sekarang, aku cenderung memilih jalan tidak mau ngeributin. Kalaupun ada sesekali aja, ketika gak bisa lagi nahan diri, terutama bila ada keputusan pemerintah yang benar-benar gak masuk akal dan bersifat fatal.

Aku selalu punya keyakinan, ada kebaikan di setiap takdir apapun yang telah ditentukan oleh Alllahu Rabbal'alamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun