Virus adalah mahluk hidup yang relatif sangat sederhana. Tidak memiliki struktur biologis untuk mengolah, untuk menghasilkan energi. Tidak mempunyai struktur biologis untuk berkembang biak.
Samasekali tidak dapat hidup aktif di luar sel mahluk hidup lain. Oleh karena itulah, mahluk yang berukuran sekitar 0,1 mikron ini digelari parasit sejati.
Selain itu, virus juga memiliki satu cirikhas yang benar-benar unik, yang membuat para ahli mikrobiologi memperdebatkan apakah virus sejenis mahluk hidup atau senyawa kimia yang sangat istimewa (benda mati), yaitu bisa dikristalisasi.
Demi menjaga keberlangsungan hidup spesiesnya, virus dibekali alam dengan peralatan khusus untuk memasuki sel mahluk hidup lain. (Fitur ini adalah fitur yang paling menentukan keberhasilan virus SARS-CoV-2 menjadi pandemi).
Setelah berhasil menembus dinding dan atau membran sel inang (host), gen virus mengelabui inti sel supaya memproduksi atau memperbanyak seluruh komponen virus itu sendiri. Kemudian merangkainya menjadi sel-sel virus baru yang utuh.
Satu sel virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit CoViD-19 yang menginfeksi sel pada sistem pernafasan manusia, bisa menghasilkan 100-1.000 virion baru.
Pada saat virus-virus baru keluar dari sel inang atau setelah mencapai jumlah tertentu, sel inangnya akan non-aktif atau hancur, mati. Selanjutnya, virus-virus baru itu menyiapkan diri untuk memasuki sel-sel inang yang lain.
Setelah menipu inangnya, membajak sumber daya dan energi inangnya, iapun membunuh inangnya setelah tujuannya tercapai.
Begitulah jahatnya virus.
Jahat. Tentunya dari sudut pandang kemoralan kita manusia.
Sedangkan dari sisi virusnya sendiri, sepertinya tidak mengenal konsep jahat atau baik. Entahlah. Yang jelas, sang pencipta alam semesta telah menciptakan model kelangsungan hidupnya dengan jalan seperti itu, dan pastinya mempunyai tujuan tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H