Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Saya Disetrap Facebook?

26 Maret 2019   12:44 Diperbarui: 26 Maret 2019   13:01 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hello gaess. Apa kabarnya neh? Kali ini saya mau ceritakan mengapa saya diblokir Facebook. Bakalan asyek dan seru neh gaess! Youtuber wannabe. Preeeet...! 
Dua minggu yang lalu, tiba-tiba muncul notifikasi tentang postinganku yang dianggap oleh Facebook melanggar peraturan. Pertama, sekedar peringatan tanpa hukuman apapun. Lalu muncul yang kedua, ketiga dan keempat dalam rentang waktu sekitar satu minggu. Setelah yang keempat, lagi-lagi muncul satu notif bahwa ada postinganku yang melanggar aturan. Dikarenakan sebelumnya telah membuat empat kali postingan yang terlarang menurut aturan medsos buatan Mas Zuck ini, akupun disetrap selama tiga hari. 
Gak boleh mosting. Gak boleh ngomen. Gak boleh ngelaik. Cuma bisa nonton postingan teman-teman dan ngebacain komen-komen saja. Menyebalkan!. 
Tiga hari berlalu, akupun dibebaskan dari penjara ala Facebook. Sempat satu hari aktif, membuat beberapa postingan terkait Pilpres 2019 dan postingan ringan. Keesokan harinya, aku diblokir lagi karena suatu postingan. Kali ini hukumannya lebih lama, tujuh hari. 
Oke. Pada pukulan pertama saya sempat emosional, tapi tidak bisa berbuat banyak untuk melampiaskannya selain membuat postingan singkat di akun cadangan, Rahmad Agus Koto II. Sempat juga kuprotes dalam kolom feedback-nya, tapi gak ada respon balik samasekali.  Bagaimana saya tidak emosi? Merasa dizalimi gitu loh. Semua postingan yang dianggap melanggar aturan itu menurutku sepertinya tidak ada yang melanggar hukum resmi yang berlaku di negara manapun. Bahkan secara moralpun tidak. 
Sempat juga kudeaktivasi, dan sempat juga kepikiran mau kudelet permanen akunku ini, tapi rasanya sangat sulit. Mengapa? Akun ini umurnya udah satu dekade loh. Baru kali ini saya mengalami hal ini. Bayangkan aja sendiri, betapa banyak buah pemikiran-pemikiran dan momen-momen indah tak indah yang telah terekam di database server Facebook ini. Bukan sekedar bermedsos ria, ianya juga merupakan diari pribadi kan ya. Teman-teman yang aktif pasti pada ngerti deh.
Kita lanjutkan ya gaess... :D
Semua postingan yang dianggap melanggar aturan itu hanya berupa foto HaErEs! Sekali lage, foto-foto HaErEs! Iya, semuanya! Kata-kata pengantar foto-foto itupun sifatnya umum, nyindir dan tidak disertai kata-kata yang kasar. Beneran. Dikarenakan alasan-alasannya yang gak masuk akal, wajar dong ya terbetik pemikiran yang macam-macam di otakku. Kucoba menenangkan diri, kemudian instrospeksi, menganalisis persoalan dan membuat beberapa hipotesa dengan cara menciptakan berbagai pertanyaan.
Dihack? Dicrack? Kupastikan tidak. Udah kucek en ricek di dashboard sekuriti.
Mengingat saya aktif membuat postingan-postingan terkait politik nasional, apa mungkin akunku dilaporkan oleh akun-akun yang preferensi politiknya berbeda denganku? Lha, saya ini siapa sih? Rasanya berlebihan klo saya dianggap seleb medsos yang memiliki pengaruh besar, dianggap sebagai opinion leader. Saya ini cuma coro loh di dunia politik ala medsos. Cara merendahkan hatinya keterlaluan neh. Ngekeh.
Bagaimanapun, mungkin saja ini penyebabnya, akun-akun teman-temanku yang jauh lebih terkenal denganku juga mengalami hal yang sama dan dengan alasan yang sama, seperti Mbak Agi dan Mbak Ima. Lebih jauh lagi, apa mungkin admin Facebook telah berkolaborasi, berafiliasi dengan kelompok politik tertentu untuk nge-takedown akun-akun yang dianggap bisa mengganggu kepentingan politiknya? Tapi, menurutku kemungkinan ini sangat kecillah.
Dari semua kemungkinan-kemungkinan yang ada, saya lebih condong berpendapat bahwa ini disebabkan oleh para pecundang tukang lapor dan atau algoritma bot sekuriti Facebook yang error, yang salah kaprah. 
So?
Yaudah, kuanggap aja lagi apes. Perjuangan politikku di ranah medsos tidak akan kuhentikan karena hal ini. Bukannya jadi down, saya malah jadi lebih semangat, saya bakal lebih agresif lagi menyerang pujaan kalian yang pelangak pelongok itu. 
Camkan itu wahai kalian para pecundang! Eeeaaa... 
Trus, besoknya saya kenak blokir lagi. LoL.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun