Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Industri 4.0, R&D Indonesia dan Presiden Baru

16 Februari 2019   15:55 Diperbarui: 16 Februari 2019   16:19 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapun "kelemahan" bidang ini adalah terkait waktu. Proses pengaplikasian output R&D dan lamanya waktu yang diperlukan untuk mengetahui dampaknya, bisa mencapai tahunan. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri khususnya bagi negara-negara berkembang, termasuk negara kita, Indonesia.

Selama ini hingga tahun 2018, pemerintah mengalokasikan dana untuk R&D bisa dikatakan sedikit, hanya sekitar 0.2 % dari Groos Domestic Product (GDP). Indonesia berada di posisi terendah se-Asia Tenggara (LIPI/Tirto).

Global Investments in R&D (UNESCO Institute for Statistics, June 2018):

Israel (4.3%) and the Republic of Korea (4.2%) being the world leaders, followed by Switzerland (3.4%), Sweden (3.3%) and Japan (3.1%).

  • 1.7% for World
  • 0.5% for Arab States
  • 1.0% for Central and Eastern Europe
  • 0.2% for Central Asia
  • 2.1% for East Asia and the Pacific
  • 0.7% for Latin America and the Caribbean
  • 2.5% for North America and Western Europe
  • 0.6% for South and West Asia
  • 0.4% for Sub-Saharan Africa

Nah, berdasarkan uraian diatas, wajar saja Zaky menganggap omong kosong Industri 4.0 jika anggaran R&D sekecil itu. Secara fakta, kritiknya memang benar. Dengan demikian ia berharap semoga pemerintahan berikutnya alias "Presiden Baru" menaikkan jumlah anggarannya. Sebenarnya ia tidak perlu meminta maaf.

Harapannya itu sebenarnyalah juga harapan para peneliti se-Indonesia, harapan kita semua demi kemajuan dan perkembangan negara yang sama-sama kita cintai ini, Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun