Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Daerah Agamis Rentan Termakan Hoaks?

26 Januari 2019   12:33 Diperbarui: 26 Januari 2019   12:47 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi pagi, saya membaca informasi dari teman di Facebook yang mengejutkan dan terus terang bikin nyesek. Judulnya benar-benar memojokkan ummat Islam di Indonesia. Menuduh secara tidak langsung bahwa agama telah gagal mendidik ummatnya.

"LIPI: Daerah yang Kental Nuansa Agamanya Paling Tinggi Termakan Isu Hoaks" (Kontan, 18/01/2019) ~ "Peneliti LIPI: Wilayah yang Kental Nilai Agama Lebih Mudah Termakan Hoaks" (Tribunnews, 18/01/2019).

Setelah menelaah isi beritanya, saya menyimpulkan bahwa simpulan hasil penelitiannya itu bersifat prematur dan higly debatable. Dengan asumsi penelitiannya itu memang sahih secara ilmiah, tidak bias oleh kepentingan politis atau kepentingan pribadi penelitinya, Amin Mudzakir dkk.

Baiklah saya uraikan argumentasinya.

"Amin menuturkan, dari hasil penelitian terhadap 2000 responden yang tersebar di seluruh Indonesia, didapati tiga provinsi di Indonesia rawan termakan isu hoaks."---Redaksi Kontan.

Sementara Amin menyatakan, "Daerah provinsi Aceh, Jabar, Banten itu. Tingkat keterimaan terhadap berita PKI, kriminalisasi ulama, invasi tenaga asing itu tinggi sekali dirilis tahun 2018 terhadap 1800 responden, masing-masing provinsi 200 orang ada di sembilan provinsi."

Mengapa ada perbedaan yang signifikan (~10%) dalam pemberitaannya ini? 2000 responden atau 1800 responden?
 Tersebar di seluruh Indonesia?! Apakah 9 dari 34 provinsi di Indonesia cukup mewakili Indonesia untuk simpulannya itu?

"Mereka yang memproduksi tahu persis isu mengenai komunisme, isu anti China, Jokowi itu China akan laku. Daerah di luar itu, Bali misalkan atau Papua, tidak akan laku karena tidak ada memori kolektif yang membuat orang tergiring untuk menerima info hoaks tersebut"---Amin Mudzakir.

Amin berani menyimpulkan bahwa diluar provinsi yang ditelitinya info hoaks tidak akan berlaku, sementara tidak ada penelitiannya, murni hanya berdasarkan asumsinya saja.

Hasil penelitiannya ini sepertinya sangat salah kaprah, bisa dianalogikan dengan cerita singkat dibawah ini.

Mukijo menderita penyakit hipertensi dan jantung. Dokternya mengatakan supaya ia tidak memakan atau menghindari makanan yang bisa membahayakan kesehatannya, misalnya kari kambing, coto makassar, dan rendang. Mukijo pun menyimpulkan bahwa cabe berbahaya bagi kesehatannya karena di setiap makanan itu ada cabenya. (Btw. Diet cabe yang tepat dan terkendali, justru baik bagi kesehatan jantung).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun