22 April 2017 yang lalu, CNN memberitakan ada sekitar 600 demonstrasi di seluruh dunia. Demonstrasi ini relatif unik dan langka. Demonstrasi "March of Science" yang menuntut supaya kemajuan dan perkembangan Sains lebih diperhatikan, khususnya oleh pemerintah.
Lalu, secara global mengapa Sains tidak begitu diminati masyarakat, khususnya di Indonesia?
Sebelum mencoba menjawab pertanyaan itu, saya hendak menceritakan pengalaman saya sendiri yang langsung terkait dengan pertanyaan tersebut.
Sekitar tahun 1999, saya prihatin dengan keorganisasian di linkungan kampus, organisasi yang kebanyakan berdasarkan kesamaan suku, agama, atau politik.
Menurutku itu kondisi yang janggal, khususnya di lingkungan kampus FMIPA, Pertanian atau Kefokteran. Seyogianya lingkungan itu didominasi oleh organisasi atau klub sains.
Hal itu menginspirasiku untuk mendirikan klub sains. Saya mengajak seseorang yang memiliki keprihatinan yang sama. Pada tahun itu, kami mendirikan organisasi resmi dibawah pengawasan Departemen Biologi Universitas Sumatera Utara. Kami menamakannya Microbiology Science Club (MSC) dan saya dipercayakan sebagai Ketua MSC pertama.
Seiring waktu, klub ini relatif berjalan lancar meskipun kemajuan dan perkembangannya tidak begitu cepat. Jumlah anggotanya waktu itu sekitar 20-30 orang mahasiswa/i.
Selain membuat penelitian-penelitian yang sifatnya terbatas, kegiatan rutin MSC diantaranya mengunjungi industri-industri yang memiliki divisi yang erat kaitannya dengan Mikrobiologi, seperti Industri Minuman Teh dan Industri Makanan Instan.
Setelah melewati 4-5 pergantian kepengurusan dua tahunan, akhirnya MSC perlahan-lahan dorman atau bagai kerakap diatas batu, hidup segan mati tak mau. Saya tidak tahu bagaimana nasib klub sains itu sekarang.
Berdasarkan pengalaman tersebut dan dari informasi-informasi umum, ketidakberminatan masyarakat umum erat kaitannya dengan kondisi perekonomiannya.
Di benak masyarakat umum, yang paling penting dan mesti diutamakan adalah kebutuhan atau status perekonomian. Dengan perekonomian yang mapan, kesejahteraan lebih terjamin.
Kemudian, berkaitan juga dengan kondisi keadilan sosial, budaya dan politik. Elemen-elemen kehidupan sehari-hari yang langsung berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Otomatis, hal-hal tersebut menjadi prioritas utama yang diperhatikan pemerintah.
Sementara itu, aplikasi sains sifatnya relatif lambat, manfaatnya secara umum tidak bisa langsung diaplikasikan dan dirasakan masyarakat.
Solusi untuk persoalan ini?
Pada prinsipnya, Sains bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Dalam hal ini, orangtua dan para guru semestinya mensosialisasikan pentingnya sains bagi kehidupan kepada anak-anaknya.
Di sisi lain, pemerintah harus sangat memperhatikan kondisi kesehatan, pendidikan dan perekonomian masyarakat. Lebih aktif lagi mendorong para pelajar (akademisi) untuk melakukan peneitian-penelitian sains yang sifatnya praktis, yang manfaatnya bisa langsung atau lebih cepat dirasakan masyarakat.
Solusi yang terkesan klise... 😅
Tapi ya memang begitulah semestinya. Sekarang, berhasil atau tidaknya ya bergantung kepada kesungguhan masing masing pihak...
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H