[caption id="attachment_368114" align="aligncenter" width="541" caption="Masker Bioselulosa"][/caption]
Sekitar dua dekade yang lalu, saat baru masuk kuliah di Biologi Universitas Sumatera Utara, wajahku masih dihinggapi oleh jerawat yang menyebalkan. Selain menggunakan sabun wajah anti jerawat, saya juga sempat mencoba menggunakan masker tradisional berupa bedak dingin yang dicampur dengan air.
Samasekali tak terpikirkan waktu itu, jika akhirnya sekarang (setelah melalui petualangan bisnis yang cukup panjang, mulai dari budidaya jamur tiram, produksi nata de coco, hingga pengolahan limbah industri), saya terlibat langsung dalam penelitian yang didanai oleh produsen kosmetik dari Malaysia untuk memproduksi masker kosmetik yang secara kualitas jauh lebih baik daripada masker tradisional itu.
Yep, Masker Bioselulosa!
[caption id="attachment_368115" align="aligncenter" width="545" caption="Penelitian Masker Bioselulosa yang sedang kukerjakan bersama dua anggota timku"]

Saat ini, produk kosmetik untuk wajah ini sedang booming di luar negeri, di negara-negara maju diantaranya Prancis, Amerika, Tiongkok, Jepang dan Korea. Produk yang menjadi salah satu andalan produsen-produsen kosmetik kelas dunia seperti L’oreal, DHC, Lancome, Bel Mondo, dan Ludeya. Akhir 2013 yang lalu, saking seriusnya L’oreal (produsen kosmetik terbesar di dunia) bahkan berani mengakuisisi Magic Holding, Ltd. senilai 840 juta USD, perusahaan dari Tiongkok yang sebelumnya dikenal dengan produk-produk masker wajahnya.
Harganya yang relatif masih mahal, antara 50 ribu hingga 100 ribu rupiah per lembarnya (sekali pakai) membuat produk ini secara umum hanya digunakan oleh kalangan ekonomi menengah ke atas.
Saya sudah mencoba menelusuri apakah produsen-produsen kosmetik yang berasal dari negara kita sudah memproduksinya, namun hingga kini saya tidak menemukannya. Sepertinya mereka belum menyadari akan potensi bisnisnya yang sangat besar.
Apa yang membuat Masker Bioselulosa ini begitu istimewa dibandingkan masker tradisional, masker berbahan kertas dan gel?
Berdasarkan hasil dari berbagai penelitian terkait, berikut ini beberapa keistimewaannya:
- Praktis, mudah digunakan.
- Teksturnya yang lentur dan lembut membuat masker ini melekat dengan baik pada wajah dan merata.
- Zat aktif kosmetik (untuk membersihkan, melembabkan, memperhalus, memutihkan dan mencerahkan) yang diinjeksikan ke dalam masker ini bertahan relatif lama, tidak gampang menguap dan dilepaskan secara perlahan-lahan (diserap kulit wajah).
- Menyesuaikan diri dengan suhu tubuh sehingga nyaman dipakai.
- Sesuai untuk segala jenis kulit wajah.
Masker Bioselulosa terbuat dari apa?
Mungkin sebagian teman-teman pembaca akan terkejut, bahwa Masker Bioselulosa ini terbuat dari makanan/minuman yang kemungkinan besar pernah teman-teman konsumsi, nata de coco. Iya, nata de coco. Sebenarnya bukan harus dari air kelapa sih, bisa juga dari bahan-bahan mengandung gula/karbohidrat lainnya seperti air perasan pepaya, semangka hingga limbah cair tahu.
Bioselulosa (nata) yang dihasilkan oleh bakteri (umumnya Acetobacter) ini memang sangat istimewa, salah satu biomaterial yang paling banyak diteliti dalam satu abad terakhir hingga kini karena aplikasinya yang sangat luas, biomasker ini satu diantaranya. Mikrobial selulosa ini menjadi salah satu sumber utama untuk pembuatan nanoselulosa, yang selanjutnya bisa diaplikasikan ke berbagai bidang, mulai dari aplikasi medis hingga elektronik. Saya pernah menjelaskan perihal nanoselulosa ini di artikel “Supermaterial yang Akan Mengubah Wajah Dunia Industri”
Oke, kembali ke judul.
Saya sih berharap semoga produsen-produsen kosmetik kita tidak jauh tertinggal dengan produsen-produsen dari luar negeri.
Salam Hangat Sahabat Kompasianers…
[-Rahmad Agus Koto-]
Sumber Foto Ilustrasi
Sumber Informasi/Referensi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI