Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Polemik Rekayasa Genetika Embrio Manusia, Naik Kembali

15 Mei 2015   07:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:02 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan yang lalu (April 2015) yang lalu, sekelompok ilmuwan dari RRC mengklaim telah berhasil "mengedit" atau memperbaiki DNA pada embrio manusia yang non viable (embrio yang tidak bisa menjadi manusia utuh)

Polemik klasik yang udah ada semenjak beberapa dekade yang lalupun kembali naik ke permukaan, apakah etis atau tidak merekayasa embrio manusia sebelum ianya dilahirkan.

Ahli Rekayasa Genetika, DR Antony Perry dari Bath University berpendapat bahwa tidak etis mencegah rekayasa genetika terhadap embrio manusia, bahkan bisa dianggap sebagai dosa. Upaya itu bisa mengeleminasi atau mencegah terjadinya berbagai penyakit genetis pada "manusia-manusia baru"

Ahli rekayasa genetika lainnya, Francis Collins, Direktur National Institutes of Health in Bethesda, Maryland (terlibat aktif dalam proyek kemanusiaan yang fenomenal Human Genome Project) tidak menyetujui hal tersebut berdasarkan simpulan umum para ahli terkait hal ini yang secara jumlah masih mendominasi, bahwa ada batasan yang tidak boleh dilalui dalam hal rekayasa genetika ini.

Terkait hal ini, saya jadi teringat bagaimana kaum Spartan bisa memiliki manusia-manusia yang tangguh dan secara fisik, yang divisualisasikan dengan baik dalam filem 300.

Bayi yang baru dilahirkan akan diseleksi oleh seorang ahli. Jika menurutnya bayi tersebut sehat dan kuat, maka bayi itu akan selamat, dan jika tidak maka bayi itu akan dibuang atau dibunuh.

Saya tidak bisa memastikan apakah memang benar kebudayaan Sparta seperti itu, disini saya menjadikannya sebagai analogi bahwa pada dasarnya hal itulah yang dilakukan oleh para ahli rekayasa genetika yang mengedit embrio manusia, hanya saja mereka menyeleksinya sebelum embrio itu menjadi manusia utuh...

Sampai disini saya belum bisa mengambil sikap tegas, meski memang cenderung tidak menyetujuinya...

Bagaimana menurut teman-teman pembaca?

[-Rahmad Agus Koto-]

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun