[caption id="attachment_276323" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Kompasiana adalah arena perdebatan yang sangat menarik, dengan pesertanya yang berasal dari latar belakang sosial budaya dan pendidikan yang berbeda-beda. Berdebat adalah salah satu cara yang baik untuk memperoleh wawasan dan ilmu pengetahuan. Namun berdebat akan menjadi suatu perbuatan yang sia-sia, suatu kebodohan, apabila salah satu atau masing-masing pihak bertekak, ngotot, dengan pendapatnya sendiri. Tidak lagi memandang topik yang didebatkan, tetapi lebih kepada membela harga diri yang semu, takut dibilang bodoh karena pendapatnya salah. Perdebatan yang telah menjadi pencarian pembenaran, bukan kebenaran. Ciri-ciri perdebatan yang akan menuju kesia-siaan yang sebaiknya kita hindari diantaranya adalah,
- Suatu pendapat tidak selamanya relatif. Sebagai contoh yang sangat sederhana sekali, secara matematika, X berpendapat bahwa 1+1=2 yang disertai penjelasan, dan Y berpendapat hasilnya 3. Apabila Y tidak menyetujui pendapat X, apalagi mengatakan bahwa hal itu relatif, maka perdebatan itu akan menjadi sia-sia.
- Salah satu pihak mengeluarkan pernyataan yang bersifat mengunci perdebatan. Misalnya "Walau bagaimanapun anda berargumen, merasionalisasikan keyakinan, tetap saja itu sebatas asumsi."
- Memberikan suatu pendapat, namun tidak disertai penjelasan lebih lanjut.
- Salah satu pihak, apalagi keduabelah pihak mulai mengeluarkan kata-kata, "pokoknya".
- Tidak mau mengakui bahwa pendapatnya tidak benar, setelah diberikan argumen yang dapat membantah pendapatnya.
- Mulai munculnya kalimat yang menyerang orangnya, bukan pendapatnya (ad hominem). Tetapi wajar apabila hanya sekedar mengetahui latar belakang lawan debat untuk lebih memahami mengapa ia memberikan suatu pendapat.
- Adanya pendapat atau penjelasan-penjelasan yang bersifat over generalization.
Mungkin masih banyak lagi-ciri-cirinya, barangkali teman-teman bisa menambahkannya. Berikut ini adalah kisah fiktif mengenai perdebatan,
“Aaarghh… bosan bosan, kau selalu membicarakan tentang rumput dan padang rumput, sementara aku berharap kau membicarakan tentang daging dan tulang” Seorang pemuda yang mendengar perdebatan mereka, nimbrung dan mengatakan, “Seharusnya kalian tahu kadang-kadang rumput dan daging sama bergunanya.” Anjing dan keledai menoleh si Pemuda, anjing menggonggong keras dan keledai itu dengan kaki depannya menendang si Pemuda hingga terjungkal.
Salam Hangat Sahabat Kompasianers... ^_^ [caption id="attachment_276299" align="aligncenter" width="300" caption="www.njfamily.com"]