Kemudahan yang ditawarkan dalam belanja online, membuat sistem perdagangan online (e-commerce) meningkat sangat pesat. Berdasarkan hasil survei belanja online yang dilakukan oleh Master Card pada bulan April 2012, total nilai transaksi perdagangan online di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 3,4 Milliar USD, dan akhir tahun 2012 diperkirakan meningkat menjadi 4,2 Milliar USD.
Kemudahan belanja online diantaranya adalah kenyamanan berbelanja, menghemat waktu, bisa dilakukan kapan dan dimana saja, lebih leluasa dalam memilih dan membandingkan barang-barang yang akan dibeli, harga yang relatif lebih murah, dan sebagainya.
Namun berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Robert La Rose, ahli telekomunikasi yang berasal dari Department of Telecommunication Michigan State University, USA, kemudahan-kemudahan itu meningkatkan resiko penggemar belanja online menderita Compulsive Buying Disorder (CBD) dibandingkan dengan penggemar belanja "tradisional" (JCMC).
World Psychiatric Association mendefenisikan CBD sebagai kondisi psikologi kronik, hasrat yang berulang-ulang (kecanduan) untuk membeli barang atau jasa yang umum (apa saja) maupun yang spesifik misalnya perhiasan dan pakaian.
Penderita CBD akan merasa tidak nyaman atau gelisah apabila tidak berbelanja dalam jangka waktu tertentu, timbulnya gangguan emosional, stres hingga depresi. Penggemar belanja online ini mengalaminya secara perlahan dan tanpa disadari, biasanya didahului oleh sifat konsumtif atau boros.
Dalam kondisi yang relatif ekstrim, CBD dapat mengakibatkan permasalahan finansial, terganggunya hubungan sosial dengan keluarga dan kenalan.
Indikator yang mengarah ke CBD diantaranya adalah:
- Seringkali membeli sesuatu tanpa ada perencanaan sebelumnya
- Menganggap belanja adalah kegiatan yang menyenangkan dan dapat menghilangkan stres.
- Suka membayar tagihan minimum untuk tagihan kartu kredit
- Kadang-kadang timbul perasaan bersalah setelah membeli sesuatu, karena menyadari bahwa barang yang dibeli tersebut tidak begitu dibutuhkan.
- Ada kalanya muncul keinginan yang kuat untuk belanja tanpa memiliki alasan yang jelas.
Kaum urban, pengusaha-pengusaha sukses dan selebritis adalah kalangan masyarakat yang rentan mengalami efek negatif dari belanja online ini.
Solusi untuk penderita CBD adalah terapi konseling atau pengobatan berdasarkan hasil konsultasi dengan psikiater, aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan.
Sedangkan untuk menghindarinya menurut Robert pada intinya adalah pengendalikan diri (self control), atau menguasai mekanisme pengaturan diri (self-regulatory mechanisms) saat belanja online. Kemudian memahami dan menghindari indikator-indikator yang mengarah ke CBD, mengatur keuangan secara rapi, membuat skala prioritas untuk barang-barang yang akan dibeli, belanja online di saat yang senggang, mempelajari dan memahami seluk-beluk serta peraturan perdagangan online.
Semoga bermanfaat.