Tidak tahu persis apa yang menginspirasi pengelola Kompasiana memilih topik Mainan Anak untuk Obrolan Freez kali ini, yang pasti sangat menarik dan telah memicu kenangan saya semasa kecil dulu, sekitar 25 tahun yang lampau >.<
Begitu banyaknya jenis mainan yang saya mainkan dahulu, main kelereng (gundu), mobil-mobilan dari bambu, pistol-pistolan dari kayu, kapal-kapalan dari stirofoam, congklak dari batu kerikil dan tanah yang dilobangi sedemikian rupa, halma, ludo dan banyak lagi jenis mainan yang saya mainkan semasa kecil dulu. Sungguh masa-masa yang menyenangkan bermain sendiri maupun bersama teman-teman ^_^ [caption id="attachment_185570" align="aligncenter" width="400" caption="Congklak (yysdapena.blogspot.com)"][/caption]
Mainan Anak Sebagai Media Pendidikan Anak
Mainan anak-anak bukanlah sekedar mainan belaka, mainan anak-anak merupakan media pendidikan anak yang penting dalam melatih daya pikir (kognitif), imajinasi, rasa seni, kontrol emosional, dan kepekaan atau tanggung jawab sosial.
Mainan anak-anak terbagi atas dua jenis berdasarkan jumlah penggunanya yaitu permainan yang dimainkan sendirian (Solitary Kids Toys) dan permainan bersama (Social Kids Toys).
Selaras dengan tulisan Romana Tari (Bidan Care), "9 Kecerdasan Anak Yang Perlu Diketahui Orang Tua", ke 9 kecerdasan anak tersebut dapat dilatih dan dikembangkan melalui mainan.
Kecerdasan Musikal, Intrapersonal, Visual Spasial, Natural, Logika Matematika, Kinestetik Tubuh melalui permainan Solitary Kids Toys seperti kotak musik, puzzle, gasing, dll.
[caption id="attachment_185580" align="aligncenter" width="314" caption="Mainan Gasing (keranakamu.blogspot.com)"]
Kecerdasan Moral dan Verbal Linguistik melalui permainan Social Kids Toys seperti congklak, kelereng, loncat karet, petak umpet, balap-balapan mobil dan sebagainya.
[caption id="attachment_185572" align="aligncenter" width="314" caption="Bermain Kelereng (Karawang Info)"]
Antara Mainan Anak Tradisional dan Modern
Mainan anak tradisional maupun modern, masing-masing memiliki kelebihan. Kurang bijaksana rasanya apabila kita terlalu membeda-bedakan keduanya.
Walaupun perbedaan fungsinya dalam mendidik anak tidak terlalu jelas, namun pada umumnya mainan anak tradisional melatih daya cipta (kreatifitas) dan produktivitas anak, hal ini disebabkan sang anak harus mencari ide sendiri, mencari bahan-bahan dan merakitnya sendiri, misalnya dalam membuat mobil-mobilan dari barang-barang bekas atau alamiah misalnya kaleng susu, batang pisang, bambu dan buah-buahan.
[caption id="attachment_185573" align="aligncenter" width="360" caption="Mobil-Mobilan dari Bambu (Kalipaksi)"]
Sedangkan mainan anak modern secara umum melatih daya inovasi, modifikasi dan kemampuan operasional, misalnya permainan mobil balap radio control, robot-robotan, boneka-boneka. Dimana anak dapat memodifikasi mobilnya sehingga lebih kencang larinya, merakit robot-robotannya, memilih pakaian bonekanya yang sesuai untuk acara-acara imajiner sang anak, dan seterusnya.
[caption id="attachment_185576" align="aligncenter" width="346" caption="Boneka Tunisia (adamite.wordpress.com)"]
[caption id="attachment_185577" align="aligncenter" width="384" caption="Mobil Balap Radio Control (www.neatstuff.net)"]
Selain itu mainan anak tradisional dapat juga sebagai solusi untuk anak-anak yang orangtuanya berada di bawah garis kemiskinan, bukan berarti mainan tradisional identik dengan kemiskinan loh heheheh
Akan lebih bijaksana apabila orang tua dapat mengkombinasikan keduanya untuk mendidik anak-anaknya.
Semoga bermanfaat yach Sahabat Kompasianers, Salam Hangat ^_^
------------------------------------------------
"Sweet Child O'Mine" by GN'R mode on!
------------------------------------------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H